Bagian 15 - Alwiranda & Arjuna

50.7K 3.3K 39
                                    


Bila cinta tak lagi untukku. Bila hati tak lagi padaku. Mengapa harus dia yang merebut dirimu. Bila aku tak baik untukmu. Dan bila dia bahagia dirimu. Aku kan pergi meski hati tak akan rela.

(ps : hayati lupa judul lagunya 😅)

###

Usia kandungan Awi sudah memasuki minggu ke 20. Baju yang dipakainya tak mampu lagi menyembunyikan perutnya yang sudah membuncit itu.

Setelah kejadian dirumah sakit beberapa bulan yang lalu, hubungan Awi dan Juna makin hari kian membaik.

Bahkan, tak jarang Awicpun membawakan Arjuna makan siang ke resto nya.

Sejak 3 minggu yang lalu, Arjuna resmi mengundurkan diri dari perusahaannya. Dan mulai fokus pada Restaurant yang dikelolanya. Juga mulai membuka beberapa cabang di luar kota.

Dan itu membuat Awi dengan leluasa dapat datang ke tempat kerja suaminya. Arjuna pun lebih sering menghabiskan waktu untuknya dari pada di Restaurant.

"Mas.." panggil Awi seraya menepuk pelan pipi suaminya yang terlelap itu.

"Hmmm.." jawab Arjuna tanpa membuka matanya.

"Masss.." panggil Awi lagi membuat Arjuna dengan malas membuka matanya.

"Kenapa, Wi??" tanya Arjuna menatap mata Awi.

"Laper." seru Awi yang sontak membuat Arjuna tersenyum kecil kemudian bangkit dari tidurnya.

"Mau makan apa emang? Jangan yang aneh-aneh ya, Mama. Ini udah malem loh." ucap Arjuna.

Awi tersenyum malu mendengar panggilan Mama dari mulut Arjuna barusan.

"Hei. Malah senyum-senyum. Kamu mau apa??"

"Bukan aku yang mau. Tapi . . ."

"Iya iya. Maksudnya, anaknya Papa mau apa?" tanya Juna lagi.

"Hmm mau molen sama onde yang kecil-kecil itu sama jus jambu nya."

"Emang jam segini masih ada??" tanya Arjuna saat melihat jam di meja kecil samping ranjangnya yang menunjukkan pukul 22.30 itu.

Awi menggeleng pertanda ia tidak tahu. Arjuna menarik napas sebelum akhirnya turun dari tempat tidur.

"Yaudah kamu tunggu disini ya." ucap Juna seraya mengambil jaketnya.

"Aku mau ikutttt." rengek Awi .

"Dingin. Aku aja yang beli."

"Gapapa, Mas. Kan kita enggak jalan kaki."

Arjuna menghela napas pendek. Istri keras kepalanya itu benar-benar . . .

"Yaudah ayo. Nih pakai jaket aku. Jaket kamu tipis semua." ucap Arjuna seraya memakaikan jaketnya pada sang istri.

"Jaket aku masih dirumah. Nggak aku bawa." ucap Awi yang sontak membuat Arjuna menaikkan alisnya.

"Rumah??" tanya Juna bingung.

"Hem. Rumah aku dulu. Sebagian enggak aku bawa." jawab Awi seraya melingkarkan tangannya pada pinggang Arjuna dan berjalan keluar kamar.

"Kenapa enggak dibawa?" tanya Arjuna seraya merangkul pundak sang istri.

"Buat apa juga aku bawa semua bajuku ke sini, nanti juga aku pergi dari rumah ini kan." seru Awi yang sontak membuat Arjuna menghentikan langkahnya juga melepaskan rangkulannya.

Awi ikut berhenti, kemudian memposisikan badannya agar berhadapan dengan Arjuna.

"Kenapa, Mas?" tanya Awi bingung.

"Kamu ada niat pergi dari sini?" tanya Arjuna dingin dengan ekspresi datarnya.

Awi menunduk melihat ekspresi Arjuna yang sama saat mereka bertemu untuk kedua kali dirumahnya saat itu.

"Jawab!!" seru Arjuna dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya.

Awi bergidik ngeri sambil memeluk perutnya sendiri saat merasakan pergerakan di dalam sana. Membuatnya sedikit meringis.

"Sshh. . ." ringisnya seraya mencengkeram jaket Arjuna yang melekat ditubuhnya.

Arjuna panik. Ia sendiri sadar melakukan kesalahan dengan membentak istrinya itu.

"Wi, kamu kenapa?? Maaf, aku a-ku gak bermaksud bentak kamu kayak tadi." ujar Arjuna sambil memegang kedua bahu istrinya.

Tak mendapat respon, membuat Arjuna menurunkan sedikit tubuhnya agar bisa menatap wajah sang istri.

Ia membelalakan matanya saat melihat wajah Awi penuh dengan air mata.

Sesakit itu kah??

Tanpa tunggu lama, Arjuna langsung mengangkat tubuh mungil istrinya itu dan berjalan kearah garasi rumahnya.

"Kita ke Rumah Sakit." seru Arjuna saat sudah berhasil mendudukan istrinya dikursi depan samping kemudi.

Arjuna baru saja hendak melajukan mobilnya, saat sebuah tangan menghentikan pergerakannya.

Arjuna menoleh kesamping dan menatap Awi yang sedang menatapnya pula.

"Aku gakpapa, Mas." ucap Awi mencoba tersenyum meski bibirnya terlihat pucat.

"Gakpapa gimana? Muka kamu pucet gitu juga." panik Arjuna.

"Dedeknya mungkin cuma kaget, dibentak Papanya gitu." seru Awi yang membuat penyesalan semakin terlihat pada raut wajah Arjuna.

"Maaf. Aku enggak bermaksud . . ."

"Iya gakpapa ko, Mas. Mas harusnya dengerin kelanjutan omongan aku dulu tadi." ucap Alwi dengan duduk menyamping kemudian meraih tangan Arjuna menempelkannya diatas perutnya.

Arjuna sontak mengelusnya dengan lembut.

"Kenapa??" tanya Arjuna tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Mas lupa gimana sikap Mas dulu waktu awal kita menikah? Aku enggak pernah berpikir kalau pernikahan kita akan lama, mengingat Mas sendiri yang dari sebelum kita menikah sudah mempunyai pikiran untuk . . . . "

"Iya aku minta maaf, enggak usah dibahas ya, Sayang. Besok kita ke rumah kamu, ambil barang-barang kamu. Tapi kalau kamu enggak mau pun, kita beli yang baru."

"Enggak usah, Mas. Besok kerumah aku aja." tolak Awi yang kemudian disambut anggukan oleh Arjuna.

"Molen sama Jus nya jadi nggak, Mama??" tanya Arjuna mengingatkan tujuan awal mereka.

"Jadi dong, Papa." balas Awi dengan senyum malu-malunya.

Senyumnya bikin orang ikutan senyum.

Arjuna mencubit kecil pipi istrinya, kemudian mencium tepat ditempatnya mencubit barusan.

"Tapi, dedeknya udah enggak berulah lagi kan, Ma??" tanya Juna setelah mesin mobilnya menyala.

Awi menggeleng. Arjuna menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan perut sang istri.

"Maafin Papa ya, Nak." bisik Arjuna sebelum menghadiahkan satu kecupan hangat pada perut buncit istrinya.

"Iya, Papa." balas Awi dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.

###

Tbc

Oke tau ko ini sedikit. Emang iseng ajaaa. Kemarin baru plg dr jogja dan sempet²in untuk bikin ini cerita walaupun sedikit.

Bahagiain dulu ya merekanya ❤ hahaha *ketawajahat

Minggu insya allah next.

Awi & Juna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang