Aku ingin mencintaimu dengan cara yang tidak sederhana.
-Arjuna-
###
"Assalamu'alaikum." Seru Arjuna seraya mengetuk pintu dihadapannya.
"Wa'alaikumsalam." Jawab wanita paruh baya dari dalam rumah tersebut.
". . Eh Juna, mau jemput Awi? Langsung masuk aja ke kamarnya."
Arjuna mengangguk setelah menciun punggung tangan Ibu mertuanya, ia langsung berlalu.
"Makasih, Bu." Jawab Juna.
"Jun. . ." Ucap Randa membuat Arjuna berbalik.
"Ya?"
"Selesaikan masalah kalian baik-baik." Ucap Randa begitu melihat Arjuna datang tidak jauh lebih baik dari keadaan putrinya.
Berantakan.
Pun dengan Awi yang datang siang tadi. Matanya sembab dengan Satria digendongannya.
"Iya, Bu. Maaf atas kesalahpahaman yang saya buat ini."
"Nggak apa-apa. Itu lumrah dalam rumah tangga. Awi aja yang kurang dewasa sampai kabur segala dari rumah." Ucap Randa mengusap bahu kanan Arjuna.
"Sekali lagi maaf, Bu."
"Iya, kamu langsung masuk aja. Bujuk Awi supaya mau makan. Dia tuh kalau lagi ngambek susah banget disuruh makan."
"Iya, Bu. Saya permisi dulu." Ucap Juna yang langsung diangguki oleh Randa.
###
Ceklek. . . .
"Apaan lagi sih, Bu? Awi belum laper. Nanti juga kalau laper Awi makan kok." Seru Awi tanpa menoleh ke arah pintu.
Arjuna memperhatikan istrinya yang tertidur membelakanginya.
Ia tersenyum lega. Setidaknya, Awi-nya itu dalam keadaan baik-baik saja.
Langkah kaki tanpa suaranya berjalan mendekati ranjang Awi yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang saja.
Setelah itu, ia duduk ditepi ranjang dan melihat Awi yang masih setia pada posisinya.
Tidur menyamping dengan tangan kanannya yang memeluk tubuh bayi berusia 6 bulan yang tengah terlelap.
"Yang. ." Panggil Juna pelan.
Awi jelas tau siapa pemilik suara itu. Tapi ia memilih tetap pada posisinya.
"Dengerin Mas dulu. Yang tadi tuh enggak seperti yang kamu pikirkan." Ucap Juna seraya mengusap rambut hitam panjang milik istrinya dari belakang.
"Ngebelakangin suami itu dosa, Sayang. Mau jadi istri durhaka kamu?"
Skak.
Ampuh. Awi langsung berbalik membuat Arjuna tersenyum. Namun senyuman itu tak berlangsung lama, tatkala matanya melihat wajah istrinya yang sembab itu.
"Sini peluk dulu." Ucap Juna seraya menarik tubuh Awi masuk dalam pelukannya.
"Kata Haris, tadi kamu ke Resto. Kenapa pulang sebelum ketemu Mas?"
"Mas terlalu sibuk pelukan sama perempuan lain. Sampai aku dateng aja Mas gak sadar."
Arjuna tersenyum, setidaknya Awi tidak mendiamkannya. Itu jauh lebih baik.
"Dia itu Arisya, anak dari pemilik hotel yang akan bekerja sama dengan Resto kita. Mas kan udah pernah cerita sama kamu."
"Mantan pacar Mas waktu SMA itu, kan? Terus maksud pelukan tadi itu apa?" Tanya Awi disela isakan nya.
"Yap. Betul sekali istriku. Itu enggak seperti apa yang kamu lihat, Wi. Tadi dia mau keluar, dan tiba-tiba aja badannya limbung. Pusing katanya dia, ya Mas bantu mapah dia ke sofa aja."
"Dia sebenernya masih berharap sama Mas, dan gak percaya kalau Mas udah nikah. Bahkan udah punya anak. Sejujurnya dia masih tetap minta diperhatikan walau hanya sebagai teman. Tapi, Mas enggak bisa. Mas enggak mau ada salah paham diantara kita hanya karena dia." Jelas Juna panjang lebar tapi Awi malah diam tak merespon.
Arjuna melepaskan pelukannya, lalu kedua tangannya memegang bahu istrinya.
"Masih enggak percaya? Kamu mau Mas batalin kerjasama itu?" Tanya Juna membuat Awi menggeleng dengan cepat.
"Enggak perlu, Mas. Mas bilang keuntungan yang didapat lumayan banyak. Lanjut aja kerjasama kalian. Aku percaya sama kamu, tapi enggak sama dia." Ucap Awi membuat Arjuna tersenyum senang kemudian mengecup kedua mata Awi yang terpejam.
"Lain kali dengerin dulu, jangan langsung nangis terus kabur. Kesian mata kamu." Seru Juna mengusap kedua mata istrinya sayang.
"Iya, Mas-ku." Ucap Awi memberikan senyum terbaiknya.
"Mas udah makan?" Tanya Awi saat melihat Arjuna masih mengenakan pakaian yang dipakainya tadi pagi.
"Belum."
"Langsung kesini?" Tanyanya lagi membuat Arjuna mengangguk.
"Ya Allah, Mas. Jakarta-Bogor kan gak sedeket itu."
"Ya kamu bayangin aja. Aku pulang kerja enggak ada siapa-siapa dirumah. Tau-tau Ibu nelpon dan bilang kamu ada disini." Omel Juna dengan bibir mengerucut.
"Maaf." Seru Awi menunduk merasa bersalah.
"Hm. Makan yuk. Udah hampir masuk jam makan malem. Kata Ibu, kamu susah makan. Gak inget kamu kalo Satria butuh asupan dari ASI kamu?" Ucao Juna tegas membuat Awi nyengir takut.
"Iya maaf, Mas. Aku bantu Ibu nyiapin makan deh. Kamu bawa baju ganti?"
"Hm. Ada di mobil."
"Yaudah biar aku ambil. Mas mandi aja."
"Satria sendirian dikasur?"
"Gapapa. Gak akan jatuh kok."
"Yaudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...