Usia kehamilan 8 bulan.
"Mas Jun. . "
"Mas. . ."
"Mas Juna."
Awi mencubit gemas daerah sekitar wajah suaminya. Mulai dari pipi, bibir hingga hidung.
Opsi terakhir dilakukan cukup lama sampai Arjuna merasa kehabisan nafas lalu terbangun dari tidurnya yang terhitung baru satu jam yang lalu.
"Apaan lagi sih, Wi?"
"Laperrrr." Rengek Awi.
"Makan lah. Tadi kan Mas udah beliin pecel ayam kepengen kamu. Tapi pas sampai rumah malah gak kamu makan." Ucap Juna masih dengan mata terpejam.
"Iya aku mau makan sekarang. Tadi kan udah kenyang kebanyakan minum jus."
"Yaudah sana. Mas ngantuk ah mau tidur lagi." Seru Juna membalikkan tubuhnya membelakangi Awi.
"Mas tuh kenapa, sih? Marah gara-gara pecel itu? Maaf. Aku ngerepotin banget ya? Yaudah aku gak akan minta macem-macem lagi. Hiks." Ucap Awi sendu saat satu isakan lolos dari mulutnya.
Ia segera bangkit dari tidurnya lalu berjalan keluar kamar menuju dapur.
Hah lelah sudah raga Arjuna.
Arjuna melihat jam dinding yang menunjukkan waktu tepat pukul 2 dini hari.
Awi merengek ingin pecel saat dirinya baru saja selesai mengurus pekerjaannya di jam 11 malam.
Dengan sigap Arjuna mencarikan makanan yang istrinya ingin itu.
Tapi, saat tiba dirumah. Dengan santainya Awi bilang.
"Kenyang Mas. Tadi habis minum jus alpukat 2 gelas. Taruh aja dikulkas."
Tahu rasanya tidak dihargai? Itu yang Arjuna rasakan.
Setelah hampir 2 jam mencari tempat pecel yang masih buka, tiba dirumah malah mendapatkan perlakuan seperti itu dari istrinya.
Ia baru saja terlelap jam 1 tadi, dan tepat di jam 2 istrinya merengek lagi minta makan.
Ohastagahh!!!
Arjuna bangun dari tidurnya saat mendengar pintu kamar ditutup oleh Awi dengan begitu pelan.
Ia lalu bergegas menuju dapur. Dan melihat istrinya tengah duduk di meja makan dengan bahu bergetar.
Wanita dan hormon kehamilannya. -batin Juna-
Arjuna menghela nafas panjang, mensuggest dirinya sendiri untuk tetap sabar.
Baru setelah itu menghampiri Awi dan bersandar pada meja makan tepat dikursi yang Awi duduki.
"Katanya laper, kok malah nangis?" Tanya Juna seraya menangkup wajah istrinya dengan kedua belah tangan kekar itu.
Mengusap sisa air mata dengan Ibu jarinya.
"Maaf." Dan hanya itu yang keluar dari mulut istrinya disertai tangisan yang malah semakin kencang.
"Iya, gak papa. Maafin sikap Mas juga, ya? Laper, kan? Mas angetin ayam nya dulu." Ucap Juna, namun saat hendak bangun dari posisinya Awi malah menarik ujung kaos yang dipakai suaminya membuat Juna seketika menoleh.
"Kenapa, Sayang? Mau peluk? Sini." Seru Juna yang langsung merentangkan tangannya dengan senyum mengembang.
Awi langsung memeluk perut Juna yang saat itu posisinya tepat di depan wajahnya.
Arjuna membalasnya dengan tangan kiri merangkul pundak, dan tangan kanan mengelus sayang rambut istrinya.
"I Love you." Ucap Awi disela pelukan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...