-I'm gonna marry your daughter and make her my wife. I want her to be the only girl that I Love for the rest of my Life. And give her the best of me till the day that I die."
(Marry your Daughter - Brian McKnight)
***
Ceklekk.
Arjuna bersidekap. Menatap tajam perempuan yang baru saja membuka pintu rumah tersebut.
"Dari mana aja kamu? Gak liat sekarang jam berapa?" tanyanya.
"Aku capek, Mas. Mau istirahat." jawab Awi singkat sambil terus berjalan tanpa menengok ke arah Arjuna.
"Awi, aku minta maaf soal tadi. Aku . . . "
"Mas gak perlu jelasin apapun. Mas tadi ngejar Raina kan?" seru Awi yang masih membelakangi Arjuna.
"Kamu tahu dari mana?"
Awi tertawa getir.
"Gak penting aku tahu dari mana, Mas."
"Wi, aku tahu kamu marah. Tapi tolong dengerin penjelasan aku. Ya kamu benar, aku memang mengejar Raina tadi. Tapi aku kembali lagi ke butik, dan kamu udah gak disana."
"Itu karena Mas gak berhasil ngejar Raina. Kalau berhasil, Mas gak akan kembali kesana. Mas lupa sama aku. Atau mungkin Mas juga lupa kalau Mas itu punya istri." ucap Awi kemudian mulai berjalan meninggalkan Arjuna.
Arjuna mencekal pergelangan tangan kanan Awi .
"Enggak, Wi. Aku mohon maaf atas semua sikap aku. Tapi, aku janji gak akan mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali. Aku akan belajar mencintai kamu. Aku . . ."
"Berhenti mengumbar janji kalau memang Mas gak bisa menepati janji yang Mas buat sendiri. Kita akan cerai kan Mas? Kapan?"
Pertanyaan yang terlontar daru mulut Awi sontak membuat Arjuna terdiam. Entah ada perasaan apa. Sejenis tak rela jika membayangkan harinya tanpa Awi.
"Kenapa tiba-tiba kamu tanya itu?" tanya Arjuna yang sudah melepas genggamannya.
"Aku sadar, bukan aku sumber kebahagiaan kamu."
***
Alwi terbaring lemah diatas ranjangnya. Arjuna sendiri tidak bisa melakukan apa-apa selain memandang tak tega ke arah perempuan yang berstatus istrinya itu.
Ini hari ketiga, dan keadaan mereka masih sama. Canggung.
"Kamu gak usah kerja dulu." ucap Arjuna yang duduk ditepi ranjang seraya mengompres kening istrinya.
"Hm." gumam Alwi singkat. Matanya terasa sulit sekali untuk terbuka.
"Resepsi pernikahan kita diadakan dua hari lagi. Tapi kalau keadaan kamu masih kayak gini, kitaa bisa batalkan semuanya."
"Jangan, Mas. Aku kalau cuma demam gini enggak pernah lama. Besok juga sembuh palingan. Kasihan sama keluarga kita yang udah siapin ini dari jauh-jauh hari kalau sampai dibatalkan."
"Yaudah. Kamu istirahat aja. Aku temenin."
"Mas kerja aja. Aku enggak apa-apa sendirian dirumah."
"Percuma aku kerja, kalau pikiran aku dirumah. Kamu tidur aja, nanti aku bawain sarapan."
"Mas Junaaa."
Panggil Awi yang sontak membuat langkah lebar Arjuna terhenti, kemudian berbalik menatap istrinya."Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Awi & Juna (Selesai)
ChickLitHighest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cuma penulis amatir yang suka baca dan nulis. 100% karya sendiri. Tulisan masih berantakan. Berisi 75% typo. Bukan orang yang pinter pake berb...