Chapter 2

383 135 119
                                    

Pagi ini kelas XII IPA-3 terlihat lebih ramai dari biasanya. Mereka baru saja mendapatkan berita bahwa akan ada anak baru di kelas mereka hari ini. Ada yang bilang kalau anak baru itu pindahan dari Australia tepatnya di kota Sydney, tapi ada juga yang bilang dia berasal dari desa di pinggiran kota.

Geng Anak Mama Ganteng pun ikut membicarakan anak baru itu. Mereka semua membayangkan bagaimana rupa anak baru itu. Termasuk Agra yang kali ini ikut penasaran.

"Kalo cantik, gue gebet ah!" ucap Rega semangat.

"Dikasih Pak Bos aja, Ga. Kasian tuh dia nggak punya pasangan hidup." Alex menunjuk Agra dengan dagu sambil menyengir.

Agra yang merasa terpanggil menoleh. "Sialan, lo," ucap Agra dingin dan datar. Seperti biasanya.

Mereka pun tertawa karena ulah Alex yang sangat suka menjaili Agra dan menyebutnya 'Pak Bos'. Mereka tertawa sampai tanpa sadar bel masuk telah berbunyi. Mereka pun duduk sesuai tempatnya. Rega duduk bersama Aldo di sebelah bangku Adrian dan Agra, sedangkan Mario duduk bersama Alex tepat di depan bangku Agra dan Adrian.

Guru fisika pun masuk ke kelas mereka. Di belakangnya ada seorang siswi yang bisa di tebak sebagai anak baru tersebut. Dia memakai kacamata, rambutnya diikat dua, rok panjang selutut, dan baju lengan pendek. Tak berbeda jauh dengan Diva yang berambut dikepang seperti anak desa.

"Anak-anak, hari ini kalian mendapat teman baru," ucap Bu Marni, guru fisika di kelas itu. "Ayo perkenalkan dirimu."

Anak itu menautkan jari-jarinya. "Na–nama saya Callista. Pindahan dari Semarang," katanya dengan gugup.

"Si Dipa ada temennya nih!" teriak Mario blak-blakan yang membuat Bu Marni—selaku guru fisika di kelas itu—mengalihkan pandangannya dan menatapnya dengan tajam.

"Maafkan Mario, anak itu memang terlalu blak-blakan," ucapnya meminta maaf pada Callista yang dibalasnya dengan anggukan. "Kalau begitu kamu bisa duduk di samping Divanya." Bu Marni menunjuk sebuah bangku kosong tepat di sebelah Diva.

"Hei, Vanya," sapa Callista dengan berbisik setelah duduk di sampingnya

"Udah lo diem aja. Gue nggak mau penyamaran kita ketahuan," balas Diva tak kalah pelan. Callista pun hanya tersenyum manis membalas ucapan Diva.

Pelajaran pun dimulai. Mereka berdua terfokus pada pelajaran yang diajarkan. Kita semua sudah tahu bahwa mereka sebenarnya sedang melakukan penyamaran, tapi tidak ada satupun yang tahu motif mereka.

Pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Indonesia. Tetapi, gurunya sedang absen dan tidak ada guru piket yang bertugas di kelas IPA saat ini. Murid-murid dengan senangnya mengubah suasana kelas yang tadinya tenang menjadi rusuh. Dan lagi-lagi, Alex menghampiri Diva.

"Dipaaaa!" panggil Alex kemudian mencubit pipi Diva. "Eh, halo Callista!"

Mario, Rega, dan Adrian juga menghampiri mereka. Ditambah lagi dengan–

Tunggu.

Ternyata Agra juga ikut menghampiri mereka. Biasanya, dia tidak mau repot-repot menghampiri mereka, tapi kali ini berbeda. Cukup mengejutkan dan tentunya kejadian langka.

"Kenalin nih, gue Mario, si cowok ganteng," ucap Mario dengan sangat percaya diri. 

"Ini telinga gue nggak bermasalah kan ya?" ejekan Rega itu membuat yang lainnya tertawa.  "By the way, gue Rega. Gue suka bercanda, jadi gak kaku banget kalo sama gue."

"Perasaan candaan lo garing, Ga," sahut Alex. "Oh ya, gue Alex!"

"Gue Adrian."

Callista menerima semua jabatan tangan dari mereka. Sampai akhirnya dia menerima jabatan dari tangan terakhir. Dia mendongak.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang