Chapter 21

125 13 13
                                    

Chapter 20

Mereka semua terbahak diikuti oleh Agra yang tersenyum kecil. Sedikit demi sedikit es yang menyelubungi Agra mulai mencair. Hanya dibutuhkan kehangatan yang terpancar dari diri Callista. Tetapi bagaimana jika Callista pergi menjauhi Agra? Mungkin saja es itu kembali muncul dan kembali tak tersentuh.

***

Menemukan sebuah benda yang tergeletak di lantai langsung membuat Alex mengambil benda itu. Berbentuk ikan-ikanan berwarna jingga dengan mulut terbuka. Sebenarnya, benda itu digunakan untuk pelajaran biologi. Sayangnya tidak ada yang mengembalikannya ke tempat asal dan dibiarkan tergeletak di lantai.

"Io! Bagus, nih," panggil Alex seraya memamerkan barang temuannya yang berasa seperti harta karun.

Mario yang kebetulan sedang duduk di meja Rega langsung menoleh pada Alex yang berada di belakang kelas. Tawanya langsung meledak ketika melihat barang temuan Alex. "Wih! Mirip banget sama lo, Lex. Coba lo tiruin!" perintah Mario.

Dengan bodohnya, Alex menirukan bentuk mulut ikan yang buka-tutup seraya menggerak-gerakkan ikan tersebut dengan gaya ikan berenang seperti umumnya. Berjalan memutari kelas dan tak jarang menggoda Diva dengan ikan tersebut. Tawaan dari anak-anak kelas pun mulai terdengar karena ulah unik dari Alex.

"Lex, pinjem, Lex," sahut Mario yang tiba-tiba sudah berada di belakang Alex. Ikan pun berada di tangan Mario. Sekarang ikan tersebut digunakan Mario sebagai pesawat-pesawatan. "Ngenggg~~" ucap Mario dengan berlarian di dalam kelas. Menabrak bangku sana-sini tanpa merasakan sakit sedikitpun. Entah kenapa kelas unggulan itu memiliki murid gila seperti mereka. Belum lagi jika Rega bergabung. Sayangnya lelaki itu sedang belajar bersama Agra.

Adrian yang melihat kelakuan anak-anaknya itu langsung berdiri menghampiri Alex dan Mario yang sedang berada di depan kelas. Untung saja kali ini tidak ada guru yang masuk dan sudah hampir jam pulang sekolah. Beruntungnya lagi, geng Baby Girl pergi dari kelas ketika tahu jika pelajaran terakhir tidak ada guru. Adrian melihat Mario yang masih saja bermain pesawat-pesawatan dengan ikan tersebut. Lelaki yang paling dewasa itu tertawa seraya melipat kedua lengannya di depan dada lalu menyandar pada papan tulis. "Bagi sini, Io." Mario menyerahkan ikan itu ke tangan Adrian dengan tatapan bingung.

Alex yang menatap itu juga ikut kebingungan. Apakah Adrian ikut gila dengan mereka? "Mau ngapain lo?" tanya Alex mendekati Adrian yang sedang mengambil spidol di atas meja guru.

Adrian tidak mempedulikan pertanyaan Alex. Dia membuka tutup spidol papan yang dipegangnya lalu meletakan ikan di papan tulis seraya memegangnya. Kemudian, Adrian mulai mengarahkan spidol ke papan tulis dan menggambar mengikuti garis luar ikan tersebut hingga tercetaklah garis berbentuk ikan di papan tulis. Adrian menatap hasil gambarannya dengan pandangan takjub. Padahal hasilnya benar-benar berantakan. Mungkin benar, Adrian mulai tertular virus gila dari trio kampret.

"Cerdas, Bro!" puji Alex. Lelaki itu mengambil spidol yang ada di tangan Adrian. Dia menggambar mata dan mulut pada gambaran Adrian. Saat dia sibuk menggambar, teguran pun terdengar dari arah belakangnya.

"Ngabisin tinta aja."

Alex yang tersindir akan kata-kata itu langsung membalikkan badannya. Terlihat Sean sedang berkacak pinggang. Alex menolehkan kepalanya ke kanan lalu kebkiri berlagak seperti mencari orang. "Lo ngomong sama gue?" tanya Alex dengan menunjuk dirinya sendiri.

Sean mendecak lalu memutar kedua bola matanya. "Sama tembok! Ya sama lo lah!" bentak Sean. Entah kenapa, sejak putus dengan Callista, Sean bertambah benci dengan geng bernama Anak Mama Ganteng itu.

"Lah, ngegas?" tanya Mario dengan tatapan tidak percayanya. "Salah kita apa sih?"

"Ngabisin tinta, ribut di kelas, gangguin anak-anak, dan masih banyak lagi," jawab Sean.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang