Sudah sebulan lamanya Callista di sekolah ini. Sudah sebulan juga, Sean diam-diam mendekati Callista dengan alasan apapun, entah itu saat pelajaran atau di luar pelajaran. Selain itu, sudah sebulan juga, Alex gencar mendekati atau menggoda Diva.
"Van, itu si Alex kenapa sih?" tanya Callista dengan menunjuk Alex yang sedang melihat Diva dari bangkunya dengan senyum menjijikan.
"Nggak tau, biarin aja deh," ucap Diva. "Udah biasa gue diliatin kayak gitu."
"Dih, gaya banget lo!" tanggap Callista seraya memukul pelan bahu Diva.
Bel masuk berbunyi, Bu Titik—guru biologi—sudah memasuki kelas. Setelah berdoa bersama dan memberi salam, Bu Titik membuka suara. "Anak-anak, saya disini hanya memberi tugas. Saya ada urusan di luar sekolah."
"Hore!" teriak Alex, Mario, dan Rega.
"Alex, Mario, Rega!" peringat Bu Titik. "Baik, saya lanjutkan. Kalian akan dibentuk kelompok. Setiap kelompok berisi 6 orang, bebas. Tugasnya adalah mencari artikel bab 3 selengkap-lengkapnya. Paham?"
Semua pun menggumamkan kata 'paham'.
"Baik, saya permisi." Bu Titik keluar dari kelas.
Callista menoleh pada Diva. "Kita sekelompok sama siapa?" tanyanya.
"Nggak tau." Diva melirik Lucy yang melambaikan tangan ke Diva. "Eh, dipanggil Lucy tuh." Diva mengambil buku dan alat tulisnya lalu berjalan ke bangku Lucy diikuti Callista di belakangnya.
Saat mereka sudah tiba di bangku Lucy, Callista langsung disambut dengan senyuman Sean dan ditarik ke kursi kosong di sebelahnya. Karena tidak siap dengan sikap Sean, Callista jatuh terduduk di sebelah Sean dengan posisi yang sangat dekat di sebelah lelaki itu. Bahkan Callista hampir terduduk di pangkuan Sean. Callista hanya bisa tersenyum canggung dan Sean yang merona malu.
"Kalian ikut kelompok kita ya?" tanya Lucy. "Sama gue, Sean, Felix, Rara."
"Boleh," Diva mengangguk. "Lucy sama Felix mulu nih!" canda Diva.
Lucy merona. "Apaan sih, Dip." Lucy menoleh pada Felix lalu mengacak rambut kekasihnya itu.
Sedangkan Sean terkekeh melihat Lucy salah tingkah seperti itu. Dia langsung menoleh pada Callista yang masih saja terkekeh. "Mereka lucu ya?" tanya Sean yang kemudian dibalas anggukan oleh Callista. Sean tersenyum lalu mengelus lembut pundak Callista yang di rangkulnya.
Di bagian Anak Mama Ganteng, terdapat mereka berlima ditambah Aldo yang ikut kelompok mereka. Mereka terlihat tertawa terbahak karena lelucon Alex dan Mario. Ya, mereka semua kecuali Agra. Mata Agra sibuk mengawasi dua sejoli yang sedang duduk bersama ditambah sang lelaki yang meletakan lengannya di pundak sang perempuan. Melihat itu, hati Agra panas seketika. Agra juga belum tahu kenapa bisa seperti itu. Gue nggak boleh gini! Ada yang belum gue selesain tentang masa lalu yang udah ngerubah kehidupan gue, batinnya. Hingga sebuah tangan menyentuh pundaknya. Saat Agra menoleh, Adrian lah yang menyentuh pundaknya itu.
"Lo kenapa?" tanya Adrian yang sedang menghadapkan bangkunya ke Agra. "Cerita sama gue."
Agra menggeleng lalu menatap Adrian. "Nggak papa. Ada saatnya gue cerita."
Seakan tersadar temannya sedang tidak dalam mood, Mario menghentikan tawanya. Dia memberitahu Alex agar menghentikan tawaan kerasnya itu. "Lex! Diem, kutil!" Mario memukul kepala belakang Alex.
Alhasil Alex mengelus kepalanya itu. "Sakit, bego!" Alex berkata seraya meringis kesakitan.
Rega yang tak menghiraukan perkataan temannya itu langsung menghampiri Agra. "Lo kenapa, bro? Cerita kek! Kayak baru kenal kita kemaren aja!"
![](https://img.wattpad.com/cover/95177330-288-k290707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...