Chapter 10

191 65 35
                                    

Siang ini, keluarga besar Caitlyn sudah mulai sibuk mempersiapkan acara yang akan diselenggarakan malam nanti. Meski masih nanti malam, banyak yang harus dipersiapkan sedemikian rupa. Mulai dari dekorasi gedung yang akan digunakan sampai dengan tamu-tamu yang akan datang. Beberapa juga sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

Callista dan Diva sendiri memiliki tugas untuk menjemput orang tua Callista di bandara. Kedua orang tua Callista memang tiba hari ini dari Sydney. Tyler dan Jane-orang tua Callista-sangat bersemangat ketika tahu anaknya dan keponakannya akan muncul di acara nanti malam. Sudah sejak lama mereka menginginkan untuk memberi tahu semua orang tentang anaknya. Tapi apa daya, anaknya tidak ingin terekspos sedikit pun.

Callista dan Diva kali ini berpenampilan cukup culun. Dengan rambut dikuncir satu dan ditambah dengan kacamata mereka masing-masing. Mereka berjaga-jaga jika ada anak dari sekolahnya, mereka tidak akan dicemooh lebih parah lagi. Atau parahnya Diva yang akan ketahuan.

"Bokap nyokap lo dateng jam berapa sih?" tanya Diva saat mereka tiba di bandara.

Callista melihat jam tangan yang ada ditangannya. "Jam 1 kayaknya."

"Yah... masih 10 menit lagi dong." Diva memajukan bibir bawahnya. "Gue laper nih," lanjutnya dengan mengelus perutnya yang kelaparan itu.

Callista memutar kedua bola matanya. "Bukannya tadi sebelum berangkat, lo udah makan roti ya?"

Diva membalas ucapan Callista dengan mendecak kesal. "Kan nggak kenyang kalo cuma roti!"

Baru saja Callista akan membalas perkataan Diva, tiba-tiba terdengar pengumuman pesawat dari Sydney sudah tiba. Callista langsung menyeret Diva agar mengikutinya untuk menemui kedua orang tuanya. Terlihat dua orang, satu pria dewasa blasteran Eropa dan satu wanita dewasa.

"OM TYLER! TANTE JANE!" teriak Diva seraya berlari memeluk om dan tantenya.

Tyler membalas pelukan Diva, begitu pula Jane yang memeluk erat keponakannya itu.

"Wah! Keponakan Om makin tinggi aja!" ucap Tyler dengan memegang bahu Diva.

Callista mendecak kesal di belakang Diva. "Nyindir anak sendiri itu dosa loh," cibirnya. Callista langsung menyalimi kedua orang tuanya.

"Kalo kamu kesindir, berarti kamu merasa dong?" sahut Jane.

Callista semakin kesal. Dia menghentak-hentakan kakinya di lantai. "Kenapa sih gue selalu dibully? Nggak di sekolah, di rumah, sama aja."

Mereka berempat berjalan menuju mobil sedan hitam yang dikendarai oleh Callista. Memang dia sudah bisa mengendarai mobil sejak dari Sydney. Dirinya diajari oleh supir kepercayaan Tyler. Callista belajar sejak umur 16 tahun dan sudah lancar sejak umur 17 tahun.

Callista duduk di depan bersama Tyler, sedangkan Diva di belakang bersama Jane. Perjalanan mereka dihiasi dengan beberapa percakapan. Mulai dari perkembangan Callista di sekolah barunya, penyamaran mereka, sampai membahas tentang lelaki yang sedang dekat dengan mereka.

"Vanya itu pacarnya Alex, Ma, Pa!" ucap Callista dari balik kemudi. Wajahnya menyeringai jahil.

Diva melolot ke arah Callista. "Enak aja! Lo tuh sama Agra!"

Tyler tertawa melihat aksi perdebatan Diva dan Callista. "Jadi Diva sama Alex terus Callista sama Agra? Iyakan?"

"Pasti ganteng-ganteng! Selera kalian mana ada yang jelek," sahut Jane lalu tertawa.

Callista mendecak kesal. "Ih Mama! Aku nggak suka Agra, Ma! Dia itu orangnya cuek, dingin, nggak ramah lagi!"

"Heh! Gitu-gitu kan dia ketua geng Anak Mama Ganteng!" balas Diva.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang