Kelas XII IPA-3 pagi ini sangat-sangat sepi. Hanya ada bisikan-bisikan dari anak-anak lain yang mengobrol. Para peramai kelas pun pagi ini hanya diam.
Siapa lagi jika bukan Anak Mama Ganteng? Keadaan gelisah, mencekam, bingung, dan pasrah pun sangat terasa di antara mereka. Alex hanya diam dan sesekali mengacak rambutnya, Mario yang di sebelahnya pun sudah beberapa kali ini mengusap kasar wajahnya, Adrian yang duduk di sebelah Agra itu sudah berkali-kali menghembuskan nafas, dan Rega, memilih untuk menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya dengan berpikir keras.
Di pojok kanan belakang kelas pun terdapat suasana yang sama. Diva dan Callista hanya berdiam diri menunggu bel jam pertama dimulai. Kebiasaan mereka waktu cemas seperti saat ini adalah Diva yang berdeham sudah beberapa kali sedangkan Callista sudah beberapa kali menggosok kedua telapak tangannya karena berkeringat.
Kembali lagi ke Anak Mama Ganteng, Rega kali ini sudah mengangkat kepalanya dengan tegak dan menoleh kepada Agra. "Gra, maafin gue."
Agra tetap menatap ke arah depan. Tidak ada jawaban satupun yang keluar dari mulutnya.
Mario dan Alex pun ikut menoleh kepada Agra. Mereka memandang Agra dengan pandangan memelas.
"Gra, maafin kita terutama Rega. Kita lakuin ini juga demi kebaikan lo, Gra," ucap Alex.
"Iya, Gra. Kan kalo lo beneran suka sama Callista, kita bisa bantuin lo. Kita juga bisa bantu jagain dia dari geng Baby Girl," sahut Mario.
"Gra, please," sahut Adrian.
Agra tersenyum miring. "Meskipun gue maafin tapi kalian tetep ngulangin lagi," ucapnya dingin.
"Ya ampun, Gra. Kita janji, udah nggak bakal ada yang disembunyiin lagi dari lo. Kita bakal saling terbuka. Termasuk lo, Gra," ucap Rega.
Agra kembali terdiam. "Oke, gue maafin kalian berempat. Tapi kalo kalian ulangin ini lagi, gue keluar dari geng ini," ucapnya dengan datar tentunya.
Alex membelalakan matanya kaget. "Beneran, Gra?!" Dan Agra pun mengangguki ucapan Alex.
"Tapi, Gra. Bisa lo bilang ke kita tentang kenapa lo selalu perhatiin Callista dan belain dia?" sahut Adrian.
Agra menghembuskan nafasnya. "Emang salah kalo gue sering perhatiin dia dan belain dia?"
"Bukan gitu. Agra yang gue kenal selama ini, bukan Agra yang bisa merhatiin cewek sama peduliin cewek. Agra yang gue kenal itu adalah Agra yang nyuekin cewek entah itu fans ataupun temen," balas Adrian.
"Tepatnya sejak kelas 5 SD," ralat Rega.
Agra menghembuskan nafasnya sekali lagi. "Oke, gue cuma ngasih tau alesan gue. Callista itu beda. Ada hawa tersendiri waktu gue deket dia. Dan gue rasa, dia orang yang sama dengan masalah dari masa lalu gue."
Alex mengerutkan keningnya. "Emang lo dulu ada kejadian apa kok sampai lo ngerasa dia itu orang dari masa lalu lo?"
"Gue cuma kasih alesan gue, bukan mau cerita," jawab Agra lalu menjadi dirinya yang semula, dingin dan cuek.
"Dasar Pak Bos," cibir Alex. Dia menatap ke arah Diva dan Callista yang masih memajang wajah tegang. Alex tidak tahu kenapa itu bisa terjadi. Pasalnya, dia tidak tahu jika Rega mengunjungi mereka berdua dan menceritakan yang terjadi. Alhasil, sekarang ini, Alex berdiri dari duduknya dan menghampiri kekasihnya itu. "Lo kenapa, Dip?" tanyanya dengan duduk di lantai kosong disebelah Diva.
"Kenapa gimana?" tanya Diva dengan raut wajah bingung.
"Bukan lo aja sih," Alex menjeda perkataannya lalu menunjuk Callista dengan dagunya. "Callista juga tuh. Kok wajah kalian kayak tegang gitu," lanjut Alex
KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...