Chapter 26

24 2 1
                                    

Seminggu berlalu, sudah seminggu pula ujian usai. Masih ada beberapa hari lagi sebelum Ujian Akhir Semester ganjil benar-benar usai. Liburan sudah di depan mata dan tentu saja sangat ditunggu-tunggu oleh semua murid dimanapun mereka berada.

Akhir pekan ini, Anak Mama Ganteng memutuskan untuk mengajak para gadis mereka berjalan-jalan. Kecuali Adrian tentunya. Gadis yang dipujanya belum pernah dia ceritakan kepada siapapun. Alasannya klasik, dia belum siap. Tetapi batinnya berkata lain. Dia tidak mau teman-temannya terkejut atau bisa jadi langsung melarangnya untuk mendekati gadis pujaannya.

Kebun binatang adalah pilihan mereka. Usulan unik dari Mario ini langsung disepakati bersama mengingat sudah berapa lama mereka tidak mengunjungi para hewan. Suasana pun ramai dengan para pengunjung dari berbagai usia. Bayi, balita, remaja, bahkan orang dewasa pun hadir disini. Adrian pun tidak datang sendirian. Dia datang bersama adiknya, Adina Azel Marcella. Gadis kelas satu SMP yang ceria itu tentu saja langsung akrab dengan para gadis yang menemani para lelaki. Keempat teman Adrian juga tentu saja sudah mengenal baik Adina.

"Dina, Dina. Main sama abang yuk!" seru Mario dengan mengetuk kepala Adina menggunakan telunjuknya.

Alih-alih marah, Adina langsung tersenyum lebar seraya mengangguk semangat. "Hayuk! Adina pengen naik kuda sama Bang Io!" Adina menatap Adrian dengan tatapan memelas. "Boleh ya, Bang Ian?"

"Tanya sama pacarnya Bang Io dong. Kok tanya ke Bang Ian?" jawab Adrian lalu menunjuk Dera dengan dagunya.

Otomatis pipi Dera bersemu merah dan tidak lupa dengan jantungnya yang berdegup semakin kencang. "E– Eh! Gue bukan pacarnya Mario kok!" jawab Dera dengan kegugupan melingkupinya.

"Calon kok," sahut Mario lalu merangkulkan tangannya kebahu Dera. 

Dina menatap Mario dan Dera secara bergantian. Dirinya sadar jika kedua sejoli itu sedang dalam fase pendekatan. Meski sebenarnya dia juga tahu jika Mario pernah sekali mengungkapkan perasaannya pada Dera. Tidak ada jawaban yang diterima Mario. Hanya sebuah harapan yang timbul semakin dalam karena perilaku Dera yang seakan-akan menerima kehadiran Mario sebagai kekasihnya. Dera sendiri juga menolak kehadiran lelaki lain seperti sesosok lelaki yang juga mengungkapkan perasaannya. Dia menolaknya mentah-mentah dan lebih memilih menyunggingkan senyum saat Mario datang.

Mario juga tahu jika Dera masih meragukannya. Dia tahu jika Dera sedang mengujinya. Menguji perasaannya terhadap gadis itu. Dia tahu karena Dera selalu menerima kehadirannya. Tidak seperti awal mula perkenalan mereka. Saat itu, Dera sama sekali tidak menatap wajah Mario ketika mereka bersalaman. Disaat gadis lain pasti akan kegirangan jika bersalaman dengan salah satu lelaki tampan dari geng populer di sekolah, Dera memilih untuk memasang wajah dingin pada Mario yang jelas-jelas memberikan senyuman hangat padanya.

Ya, Mario jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Dera yang mencalonkan diri sebagai wakil ketua kelas. Mario suka dengan keberanian Dera saat membela temannya dihadapan guru yang suka mencari kesalahan murid. Sejak saat itu, Mario yang awalnya selalu diajak berkenalan oleh banyak gadis, langsung mengajak Dera berkenalan dan bertekad untuk mendapatkan hati Dera, sang wakil ketua kelas.

Adina tahu cerita tentang perjuangan Mario. Bahkan dirinya sempat merasa 'cemburu' saat mengetahui tekad Mario yang begitu kuat ketika memperjuangkan Dera. Apakah Adina menyukai Mario? Jawabannya adalah tidak. Dia hanya mengaguminya saja dan menganggapnya seperti kakaknya sendiri. Jika Adina ditanya, siapakah yang dia pilih untuk menjadi kekasihnya, dia akan memilih Alex. Lelaki yang sudah mengenal Mario sejak pertama kali menyapa dunia. Ulang tahun mereka pun sama, lahir dirumah sakit yang sama dan hanya berbeda satu jam saja. Wajar saja jika ada yang menganggap mereka sebagai saudara kembar. Sayangnya, Alex kini sudah memiliki kekasih yang diketahuinya bernama Divanya.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang