"Lex, rencana lo apa sih? Kasih tau dong!" bisik Mario saat dia tiba di dalam kelas.
Alex tersenyum misterius. "Ada deh! Liat aja nanti."
"Sok misterius lo, dasar kuda!" ucap Mario lalu memukul kepala belakang Alex dengan menggunakan buku yang baru saja diambil dari dalam tasnya. "Lex, nyontek kimia dong!"
"Nggak perlu. Kimia jamkos," ucap Alex dengan santainya.
Mario mengerutkan alisnya. "Kok lo tau sih? Lo berubah profesi jadi cenayang?"
Alex berdeham. "Untuk menjalankan sebuah rencana, kita harus menentukan waktu yang tepat. Jadi, gue udah cari waktu yang tepat, yaitu pada saat jamkos, pelajaran kimia. Gue tau soalnya gurunya lagi ngurus masalah lomba sekolah yang kebetulan lombanya hari ini. Jadi, waktu kita untuk menjalankan rencana adalah saat jam pelajaran kimia, yaitu saat jam pertama dan kedua."
Sedangkan Mario hanya menatap Alex dengan mulut yang sedikit terbuka. "Tumbenan banget lo kayak gini, Lex?"
"Ya, seka–"
"Woy! Ngomongin rencana nggak ngajak-ngajak nih? Fine!" potong Rega dengan menggebrak meja Alex.
"Heh! Kalo gue jantungan, lo yang salah, ya!" bentak Mario.
"Sok-sok an lo, Io," balas Alex. "Intinya kita pelajaran kimia jamkos."
"Beneran?!" tanya Rega dan dibalas anggukan oleh Alex. "WOY GUYS! KIMIA KITA JAMKOS! NGGAK PERLU KERJAIN PR YUHU!"
"Eh beneran, Ga?" tanya Aldo yang berada di sebelah bangku Rega.
Rega mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau. Tanya Alex aja sonoh. Intinya gue udah nggak perlu ngerjain PR lagi."
"Emang jamkos?" tanya Sean yang tiba-tiba muncul di depan Alex, Mario, dan Rega.
"Astaga! Ngagetin aja lo!" bentak Mario yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Sean.
Alex mengangkat kedua bahunya. "Terserah lo mau percaya atau nggak. Gue dibilangin sama guru suruh nyampein ke ketua kelas. Tapi gara-gara gue mager, jadinya nggak gue omongin."
Sean mendecakkan lidahnya lalu berbalik arah kembali ke bangkunya. "Yang rame bakal gue catet."
Teman-teman sekelasnya mendesah kecewa. Jarang-jarang mereka mendapatkan jam kosong seperti ini. Ketika mendapatkan jam kosong pun Sean selalu mengancam siapapun yang ramai di dalam kelas. Dan tentu saja ancaman Sean sangat tidak berpengaruh kepada Alex, Mario, dan Rega. Sudah berkali-kali Sean mengancam, tetapi tetap saja mereka ramai di dalam kelas.
"Guys, ayo jalanin rencana," bisik Alex kepada keempat temannya.
Adrian menatap Alex seakan minta penjelasan. "Jalanin rencana? Lo aja belum kasih tau kita tentang rencana lo itu." Ucapan Adrian disetujui oleh Mario dan juga Rega sedangkan Agra hanya menaikan sebelah alisnya.
"Pokoknya kalian ikutin gue aja deh. Gue jamin hari ini juga Callista sama Sean putus," jawab Alex dengan nada yang sangat meyakinkan keempat temannya.
Adrian mengangguk. "Oke. Buktikan."
Alex menjawabnya dengan anggukan. Detik berikutnya dia berjalan ke arah Diva dan membisikkan sesuatu. Meski Callista menatap Alex dengan curiga, tetapi Alex seakan tidak melihat keberadaan Callista. Setelah selesai dengan urusannya, raut wajah Diva terlihat senang lalu Alex kembali ke bangkunya dan melaksanakan rencana yang ada di otaknya.
"Gra, kalo lo mau Callista sama Sean putus, lo harus ikutin gue," perintah Alex yang langsung dibalas Agra dengan dengusan. Detik selanjutnya dia memanggil Callista dengan suara yang tidak bisa dibilang pelan. "CALLISTA! SINI! DIPANGGIL AGRA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...