Hari Sabtu sepertinya hari yang sangat menyenangkan bagi sebagian murid, termasuk Diva dan Callista yang sedang bersantai-santai di ruang keluarga. Tidak ada yang mereka kerjakan selain membuka ponsel masing-masing. Sampai akhirnya bunyi dering dari salah satu ponsel mereka membuat keduanya terlonjak.
"Handphone siapa sih? Ganggu aja!" desis Callista kesal karena kegiatan favoritnya—tidur dengan membuka ponsel—terganggu.
"Oh, sorry! Itu handphone bohongan gue," ucap Diva menyengir tanpa dosa, kemudian pergi menuju kamarnya.
Callista hanya mendengus lalu melanjutkan membaca artikel yang dibacanya tadi. Dia melihat Diva kembali dari kamar dengan ponsel jadul tertempel di telinga kanannya.
"Kayaknya bisa deh, Lex."
"..."
"Oh okay. Aku siap-siap dulu."
"..."
"Iya, bye."
Diva memutuskan sambungan teleponnya lalu menghadap Callista yang sedang memandangnya penuh arti. "Apa?" tanya Diva datar.
Mata Callista menyipit melihat Diva. "Lo sama Alex udah..." Callista mengangkat jari telunjuk dan tengahnya lalu menekuk-luruskan jarinya. "Ya kan?"
"Hah? Nggak kok! Cuma temenan aja. Lagian, gue juga nggak mau, inget perjanjian kita?"
Callista memutar kedua bola matanya lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Iya gue inget. Tapi kan siapa tau Alex cocok sama lo?" tanya Callista yang hanya dibalas Diva dengan mengangkat kedua bahunya. "Oh iya, lo mau keluar sama Alex?" tanya Callista lagi.
Diva mengangguk. "Katanya sih sama Anak Mama Ganteng semuanya."
Callista mengernyit seraya menatap Diva bingung. "Anak apa tadi? Mama Ganteng? Apa tuh?"
Diva menarik dan menghembuskan nafasnya. Dia menatap malas Callista. "Lo sebulan di sekolah tapi belum tau Anak Mama Ganteng?" tanyanya dan dibalas gelengan oleh Callista. Sekali lagi Diva menarik nafas dan membuangnya. "Gengnya si Alex. Ketuanya sih Agra. Anggotanya, Alex, Rega, Adrian, sama Mario. Anak Mama Ganteng itu most wanted di sekolah. Katanya sih, gara-gara anaknya pinter-pinter, ganteng, berbakat, humoris, dan ramah," jelas Diva panjang lebar.
"Agra ketua-nya? Kok bisa? Dan apa, ramah? Yang bener aja! Agra dingin kayak es gitu dibilang ramah," cibir Callista.
Diva mendengus melihat Callista. "Lo kayaknya gak suka banget sama Agra ya? Padahal yang paling banyak fans nya di Anak Mama Ganteng tuh Agra. Dia ramah kok sama orang yang dia kenal, tapi dia emang cuek kalo sama orang lain terutama para cewek. Nggak ada yang tau kenapa dia bisa kayak gitu, bahkan temen segengnya aja nggak tau. Rumornya sih, dia kayak sempet ada masalah sama cewek sebelumnya," jelasnya.
"Cih, kayak gitu aja banyak fans nya. Apalagi Agra. Sok cuek, sok dingin, sombong pula! Rasanya, mustahil banget dia punya penggemar!" Callista mengeluarkan isi hatinya karena dia kesal terhadap sikap Agra yang seperti itu. "Trus lo kok tau banyak tentang mereka? Apa lo salah satu fans mereka juga? Iya?"
"Haduh... Gimana gue nggak tau coba?Mereka itu udah terkenal sejak pertengahan kelas 10. Bahkan geng most wanted terdahulu aja kalah terkenal." Diva berdiri lalu berjalan meninggalkan Callista. Baru 5 langkah, dia berhenti sejenak kemudian menoleh pada Callista. "Dan satu lagi, mungkin sekarang lo benci sama Agra, tapi hati-hati, bisa aja lo jadi cinta mati sama dia nantinya." Setelah mengatakan itu, Diva langsung lari menaiki tangga untuk ke kamarnya.
"Dasar Vanya rese! Jangan sampe deh!" Callista melempar bantal sofa yang dibawanya kearah Diva walaupun dia tahu bantal itu tidak mengenai Diva.
Di dalam kamar, Diva sibuk memilih baju yang akan dia gunakan nanti. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk memakai short skirt berwarna putih, sweater hitam, dan menguncir dua rambutnya dengan pita hitam. Setelah selesai dengan persiapannya, dia turun untuk menunggu Alex di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...