Chapter 17

170 17 18
                                    

Jam pelajaran pertama dan kedua kelas XII IPA-3 kali ini adalah olah raga dan membuat seluruh murid kelas tersebut berada di lapangan pagi ini. Di lapangan, mereka terbagi menjadi 4 kubu. Kubu pertama adalah Anak Mama Ganteng minus Agra yang diskors, kubu kedua adalah Baby Girl, kubu ketiga adalah para murid biasa yang berada di zona netral, kubu terakhir adalah kedua nerd di kelas XII IPA-3.

Hari ini, Zahra beserta dua temannya terlihat sangat bahagia. Kemungkinan, mereka bisa membully para nerd tanpa ada yang membela. Di satu sisi, Sean pasti tidak mungkin membela Callista. Di sisi lain, Zahra berpikir jika Anak Mama Ganteng tidak berani melakukan apapun jika tidak ada sang ketua geng.

"Gue punya rencana," bisik Zahra kepada kedua temannya.

Alissa mengangkat sebelah alisnya. "Apaan? Bully nerd?"

Zahra tersenyum lalu mengangguk. "Gue punya ide. Kali ini pelajarannya kan praktek lari, pasti kita semua disuruh lari keliling lapangan secara bebarengan. Gue mau kalian berdua bikin kedua nerd itu jatuh sampe luka."

Riana mengacungkan dua ibu jari tangannya. "Beres, Jah."

Prit!!!

Bunyi peluit panjang menandakan mereka harus berbaris dengan laki-laki di sebelah kiri dan perempuan di sebelah kanan. Dua barisan laki-laki dan dua barisan perempuan. Tetapi, Zahra tetaplah Zahra. Dengan sombongnya, dia memilih membuat barisan sendiri dengan kedua temannya. Pak Daris-selaku guru olah raga-hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat perlakuan ketiga murid perempuan beliau yang selalu seenaknya.

"Kalian sudah tau materi kali ini, kan?" tanya Pak Daris dengan lantang. Teriakan 'ya' terdengar sedetik kemudian dari para murid XII IPA-3. "Bagus. Anak laki-laki lari lima putaran dan anak perempuan lari tiga putaran sebagai pemanasan sebelum kita lebih mendalami materi. Untuk anak laki-laki, dipersilahkan lari terlebih dahulu."

Prit!!

Anak laki-laki mulai berlarian dengan saling merebut kedudukan urutan. Tentu saja barisan paling depan adalah Anak Mama Ganteng dengan urutan dari pertama adalah Adrian, Alex, Rega, dan Mario. Tidak ada murid lain yang dapat menyaingi kecepatan lari keempat most wanted-kelima most wanted jika ada Agra.

Memang mereka sangat unggul dalam bidang olah raga. Adrian, Agra, dan Mario adalah tim futsal, Alex dan Rega adalah tim basket. Adrian sang kapten futsal dan Alex sang kapten basket.

"Ian! Iya gue tau lo kapten futsal, tapi please, pelanin dikit larinya! Biar gue bisa nyaingin lo," keluh Alex tepat di belakang Adrian.

Adrian terkekeh saat melihat Alex yang berusaha menyaingi dirinya. "Lo juga kapten basket, kan? Masa nyaingin gue nggak bisa? Ayo semangat!"

"Gue sama Rega aja santai di belakang lo berdua," sahut Mario yang sekarang sudah sejajar dengan Rega.

"Woah! Gila, man! Kok lo tiba-tiba ada di sebelah gue? Perubahan yang cepat," ucap Rega dengan nada mengejek.

Mario mendengus kesal. "Sialan, lo," umpat Mario yang langsung membuang pandangannya ke arah lain dan sedikit memperlambat larinya yang membuat dirinya berada sedikit di belakang.

"Tuh anak PMS?" tanya Alex dengan masih mempertahankan kecepatan berlarinya.

Adrian mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau. Patah hati kali. Tapi, gue aja nggak tau dia suka sama siapa."

Setelah menempuh lima putaran lapangan, murid laki-laki pun beristirahat di bench yang ada di pinggir lapangan futsal. Sekarang giliran murid perempuan yang berlari. Zahra dan kedua temannya pun saling menatap satu sama lain lalu menyeringai seakan tahu rencananya akan berjalan lancar.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang