Chapter 25

23 2 0
                                    

Ujian Akhir Semester sudah di depan mata. Beberapa jam lagi, ujian tersebut akan dilaksanakan dengan cara paper test. Ujian akan dilaksanakan dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah kelas IPA 1-3 dan IPS 1-2 sedangkan sesi kedua adalan IPA 4-6 dan IPS 3-4. Mengapa seperti itu? Karena para siswa akan duduk sendiri dengan bangku yang kosong di sebelahnya. Alasannya klasik, agar tidak menyontek saat ujian berlangsung.

Diva menatap jadwal ujiannya dengan tatapan tidak tertarik. Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa hari lalu. Saat dirinya beradu mulut dengan sepupunya dan berakhir ditampar oleh kekasihnya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah Callista beniat menikungnya. Dia benar-benar tidak sadar jika sudah dipermainkan.

Diva meremas kesal surat yang ada di tangannya. Lanjutan dari surat yang ditemukannya sebelum ini. Potongan surat yang membuatnya tersadar akan kesalahpahaman. Dia tersadar jika dirinya dan sepupunya masih berada dalam permainan dua orang kakak-adik yang mempunyai dendam pada keluarganya. Diva juga tersadar jika dirinya terlalu gegabah berpikir sepupunya itu akan mengambil Alex dari sisinya. Padahal, kenyataannya Callista sudah menjalin hubungan dengan Agra.

"Argh! Bodoh lu, Van! Sumpah deh!" geram Diva seraya memukul-mukul tempat tidurnya. Diva mengambil tasnya beserta kartu peserta ujian miliknya. Dia bertekad akan meminta maaf pada Callista saat sesudah ujian hari pertama selesai.

Ting!

Sebuah pesan masuk di ponsel Diva yang langsung membuat gadis itu mengernyit heran. Biasanya, tidak ada yang mengirimkan pesan pagi-pagi seperti ini kecuali Alex. Sedangkan nomor kali ini adalah nomor tidak dikenal. Tidak ingin membuat rasa penasarannya semakin memuncak, Diva langsung membuka isi pesan tersebut.

From : Unknown

Hai! Masih betah sama permainan gue? Gue tau kalo sebenernya lo udah kenal gue. Disini gue cuma mau peringatin lo. Buat sepupu lo putus sama pacarnya dan buat Rega menyadari kesalahan keluarganya pada zaman dulu.

-CANS

"Dih apaan cans? Cantik? Nggak jelas!" geram Diva. Sedetik kemudian, nomor tak dikenal itu menelponnya. Tak menunggu waktu lama, Diva segera mengangkatnya. Terdengar suara tidak jelas seperti tv tanpa sinyal.

"Halo?"

"Udah terima pesan dari gue?"

Diva menggeram kesal setelah tahu orang yang menelponnya ini sama dengan orang yang mengirimnya pesan. "MAU LO APA? BIKIN PERSAUDARAAN GUE RUSAK? IYA?!" bentak Diva tidak sabaran. Mukanya sudah memerah saat ini.

Terdengar suara kekehan mengejek dari seberang. Amarah Diva langsung saja naik ke puncak setelah mendengar kekehan itu.

"Chill, girl. Gue melakukan apa yang keluarga kalian lakukan. Keluarga gue rusak gara-gara keluarga lo dan gue harus diem aja gitu? Jangan bodoh. Gue tau turunan lo pintar-pintar."

"Sayangnya, gue tau kalo teddy bear itu cuma akal-akalan lo doang. Lo memanfaatkan kondisi dimana Ally udah deket sama tiga cowok dalam waktu singkat. Tapi gue tau, Ally serius sama Agra."

Kekehan itu berubah menjadi tawaan kencang yang membuat wajah Diva menjadi merah padam. Bisa jadi, sedikit saja menyenggolnya akan terjadi perang dunia ketiga.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang