Chapter 19

116 14 5
                                    

"Capek aku tuh!" keluh Callista dan langsung berbaring di tempat tidur milik Diva. Dia masih memakai dress yang dipakainya saat ke Dufan.

Diva mendecak melihat kelakuan sepupunya itu. Diva hanya mendesis kesal lalu menuju walk in closet dan mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek. Setelahnya, dia berjalan keluar dari walk in closet dan melihat keadaan sepupunya. Callista masih berbaring di tempat tidurnya dengan memejamkan mata. "Woy! Ganti baju dulu kek. Berantakan tuh tempat tidur gue kampret!" omel Diva dengan menarik kaki Callista agar gadis itu bangkit dari tempat tidurnya.

Callista menghentakan tangan Diva yang ada di kakinya lalu merengut kesal. "Dasar sepupu nggak peka!" gumam Callista yang masih didengar oleh Diva. Gadis itu langsung melotot ke arah Callista sedangkan Callista cengengesan membalasnya. Callista mendudukkan dirinya lalu memeluk guling milik Diva. "Udah sejauh ini, tapi kita belum nemuin apa yang kita cari."

"Sabar. Kayaknya gue tau siapa yang kita cari," balas Diva. Perkataannya itu langsung membuat Callista penasaran lalu mendongak menatap Diva.

"Lo tau? Baguslah. Kita bisa langsung hajar aja." Callista meninjukan kepalan tangan kiri ke telapak tangan kanannya. Entah apa yang membuatnya kesal hingga seperti ini. "Katanya lo mau cerita! Nggak asik lo. Gue udah jauh-jauh dari Sydney ke sini demi kebaikan kita dan keluarga juga. Lo juga nggak mau nyeritain lewat video call juga, kan? Ayo sekarang cerita!" protes Callista.

Diva tersenyum ketika mendengar protesan sepupunya. "Cerita apa sih?" godanya tanpa menghilangnya senyumannya.

"Cerita tentang teror yang nyerang lo!"

Kali ini, Diva benar-benar terbahak ketika mendengar ucapan kesal dari Callista. "Oke, gue cerita nih!" Tawa Diva masih ada dan itu semakin membuat Callista mendecak kesal lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Diva yang melihat itu langsung menghentikan tawanya. "Mau denger nggak nih?" Callista mengangguk mengiyakan pertanyaan Diva.

Flashback On

Bel istirahat sudah berbunyi, tetapi Diva tetap berada di bangkunya. Dia lebih memilih duduk di tempatnya sembari menulis catatan di buku pelajarannya. Sudah sebulan sejak pertengkarannya dengan teman dekatnya. Salah satu gadis di kelasnya yang terbilang dekat dengan Diva. Tetapi, kedekatan itu ternyata tidak membuat gadis itu menceritakan tentang lelaki yang disukainya kepada Diva. Gadis itu bernama Cecilia Margaretha, atau biasa dipanggil Cecil. Mereka berdua sudah dekat sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama hingga sekarang mereka menduduki tingkatan terakhir di bangku SMP.

Pertemanan antara Cecil dan Diva putus dikarenakan Cecil yang membuat berita palsu tentang Diva. Cecil menyebarkan berita yang berisi tentang Diva menggoda lelaki yang sedang dekat dengan Cecil. Tentu saja seluruh siswa di sekolah percaya karena Diva baru saja menjalin hubungan dengan lelaki yang bernama Gerald Ravensa. Siswa-siswi langsung menjaga jarak dengan Diva bahkan siswi yang memiliki kekasih di sekolah itupun langsung menjaga kekasihnya supaya tidak berada di dekat Diva. Diva sudah berkali-kali menjelaskan jika dia tidak tahu jika Cecil menyukai lelaki yang sekarang menjadi kekasihnya.

"Bohong! Gue udah berkali-kali ngode kalo gue suka sama Gerald! Kodenya jelas lagi! Dia aja tuh yang godain Gerald sampe Gerald mau sama dia." Kira-kira seperti itu yang dikatakan Cecil jika Diva mencoba menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Sebenarnya, Cecil sendiri tidak pernah memberikan kode atau sejenisnya kepada Diva. Saat Gerald mendekati Diva pun Cecil juga ikut mendukung hubungan mereka. Hingga sekarang, Cecil masih tidak mau berbicara kepada Diva dan malah menyimpan dendam. Sedangkan Diva mencoba melupakan kejadian yang dialaminya dan tentu itu didukung oleh Gerald.

Pada jam istirahat seperti sekarang ini, Gerald selalu datang ke kelas Diva. Dia lelaki yang cukup tampan di seusia mereka. Senyumannya yang manis selalu muncul jika menatap Diva. Seperti sekarang ini, dia muncul dari balik pintu kelas Diva dengan senyumannya lalu berjalan menghampiri Diva. "Hai, Nya!" Gerald memang memanggil Diva dengan suku kata terakhir namanya.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang