Seperti biasa, di kelas IPA XII-3 suasananya ramai sekali. Itu semua karena para most wanted dan queenbee yang dimanapun mereka berada, ada saja yang memandang mereka. Kecuali, satu anak perempuan di kelas itu yang bernama Divanya atau biasa dipanggil Dipa oleh teman-temannya. Karena menurut mereka nama 'Divanya' terlalu panjang dan bagus untuk diucapkan. Diva juga tergolong anak yang sangat culun atau nerd.
"Woy, Dip! Tiap hari kok baca buku, sekali-sekali baca hati gue dong," ucap Alex, salah satu most wanted yang suka sekali menggoda Diva. Hampir setiap hari Alex mendekati Diva hanya untuk menggodanya.
Seperti biasa, Diva tidak pernah merespon. Ia hanya melirik pada Alex.
"Wah untuk kesekian kalinya, nggak direspon lagi nih. Gimana tuh rasanya, Lex?" sahut Mario yang juga salah satu most wanted yang sifatnya sama seperti Alex. Dengan dramatisnya Alex memegang dadanya seperti orang yang benar-benar tersakiti.
Diva tetap diam sambil membaca buku. Dia benar-benar tidak mempedulikan perkataan Mario dan Alex. Meskipun tidak dipedulikan, mereka berdua tetap tertawa dengan keras. Apalagi kalau sampai Diva marah. Itu selalu menjadi tontonan favorit mereka.
Diva menghembuskan nafas dengan kasar. Pasalnya, gara-gara tawaan keras dari dua orang yang baginya gila, dia tidak bisa membaca buku dengan tenang. Diva menutup bukunya dengan cukup keras lalu bangkit dari duduknya. Dia izin kepada ketua kelas untuk pergi ke toilet.
"Yah...dia ngambek, bro!" teriak Mario. Diva tetap berjalan tidak memperdulikan teriakan Mario.
Sesampainya di toilet, Diva bertemu dengan, ya, bisa dibilang queenbee di sekolah mereka. Sang ketua Zahra yang biasa dipanggil Jah dan dua dayangnya, Alissa dan Riana. Geng yang selalu mem-bully Diva hanya karena penampilannya.
"Eh ada culun nih, liat deh penampilannya. Kok bisa ya, dia masuk ke sekolah yang elite ini?" sindir Zahra. Dia langsung melipat kedua tangannya di depan dada lalu melirik Diva dengan sinis.
"Tau tuh! Penampilannya aja nggak high class banget, kayak nenek-nenek pake kacamata!" tambah Riana seraya melirik tajam pada Diva.
Diva yang sedang mencuci tangan pun sedikit terganggu. Diva melirik Zahra, Riana, dan Alissa dari balik bulu matanya. Dari pantulan cermin yang ada di depannya, Zahra dan kedua dayangnya itu seakan mengepungnya. Selalu seperti itu. Untuk saat ini, Diva hanya disindir seperti itu. Belum ada permainan fisik yang dilakukan Zahra. Diva menghela nafasnya lalu mempercepat kegiatannya. Bukannya tenang, malah telinganya semakin sakit mendengarkan sindiran dari Zahra. Diva berjalan keluar toilet dengan menunduk yang langsung disoraki oleh Riana dan Alissa.
Sesampainya di kelas, Diva langsung duduk kembali ke tempat dia duduk. Guru biologi memasuki kelasnya bertepatan dengan geng Baby Girl—geng queenbee—yang baru saja masuk kelas. Zahra dengan sengaja kembali ke bangkunya dengan melewati bangku Agra sang ketua geng Anak Mama Ganteng. Ketua geng yang sifatnya dingin dan tak tersentuh jika berdekatan dengan gadis lain.
Geng bernama konyol tersebut berisikan para most wanted yang merupakan pujaan hati para wanita terutama di sekolah mereka. Nama tersebut diusulkan oleh Rega, anggota geng yang bersifat cukup gila dan konyol. "Ya kan kita anak mama yang ganteng-ganteng!" katanya saat itu. Agra, sang ketua geng yang dingin dan cuek terhadap apapun apalagi masalah cinta dan perempuan. Adrian, anggota yang paling dewasa yang biasa dijuluki daddy oleh yang lain, tetapi terkadang sifat badboy-nya itu muncul. Alex, Mario, Rega, memiliki sifat yang sama, gila. Tetapi Alex dan Mario yang lebih sering mengusili orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...