SPECIAL 2K HEHEHE
***
Pagi ini, sarapan di rumah Diva tidak seceria biasanya. Tidak ada obrolan di antara Callista dan Diva. Diva lebih diam dari biasanya—atau tepatnya mengacuhkan Callista. Callista yang tidak tahu apa-apa pun hanya diam dan menatap sepupunya itu dengan tatapan bingung.
"Gue nggak habis pikir deh," ucap Diva memecah keheningan.
Callista yang hendak meminum susu vanillanya pun langsung berhenti dan menatap Diva dengan bingung. "Maksud lo?"
Diva mengunyah rotinya lalu menelannya. "Lo kenapa sih bisa nerima Sean? Sean juga ngelarang lo deket sama cowok lain selain dia dan Felix. Apa itu maksudnya lo nggak boleh deket sama Anak Mama Ganteng dan gue yang notabenenya pacar Alex? Jahat amat sih dia!" oceh Diva panjang lebar lalu meminum habis susu coklatnya.
"Sebenernya gue mau jawab pertanyaan dia tentang perasaan dia. Aslinya, gue mau bilang, "Iya, aku tau kamu suka sama aku." Tapi udah dipotong sama dia. Nah pas dia nanya gue serius, gue anggukin lah orang gue ngerasa kalo Sean suka sama gue. Dan baru semalem gue sadar kalo Sean nganggep gue nerima dia," jelas Callista.
"Lo serius? Kok lo nggak ngomong aja ke dia?" tanya Diva yang masih saja tidak terima jika sepupunya menjalin hubungan dengan ketua kelas itu.
Callista menghembuskan nafasnya pelan. "Gue pikir, dia bakal jagain gue dari anak kelas gara-gara Zahra kemarin. Lumayan kan, dijagain."
"Kan ada gue?"
Callista mendengus. "Lo itu cewek, nggak bakalan bisa jagain gue. Dan satu lagi, Sean nggak bakalan ngelarang gue deket sama lo. Gue jamin itu."
"Jadi sebenernya lo gak suka sama dia, kan?" tanya Diva.
Callista menggelengkan kepalanya. "Gak kok. Tapi ya gue akuin kalo dia emang cakep."
"Iya deh iya. Yaudah, yuk, berangkat! Cus!"
Callista dan Diva berjalan keluar rumah lalu masuk ke dalam mobil sedan milik Diva yang dikemudikan oleh Pak Surya. Perjalanan hari ini cukup ramai dengan macet di beberapa jalan. Mereka tiba di sekolah sesuai dengan perkiraan waktu. Seperti biasanya, Pak Surya menurunkan Diva dan Callista di depan halte yang berada di sebelah gedung sekolah. Jika masih pagi seperti ini, halte tersebut tidak sering diperhatikan oleh siswa-siswi yang lewat karena mereka diantar sendiri ataupun mengendarai kendaraan pribadi.
Diva dan Callista turun dari mobil dan tentu saja tidak lupa memakai kacamata culun mereka masing-masing. Pasti ada yang curiga kenapa mereka datangnya selalu bersamaan, tetapi mereka menjawab dengan sebuah alasan yang meyakinkan, "Rumahnya Callista ternyata deket sama rumahku, jadinya kita berangkatnya selalu bareng." Diva yang selalu menjawab pertanyaan siswa yang selalu ingin tahu saja dengan jawaban yang sama.
Saat Callista berjalan berdampingan dengan Diva, dia melihat sang ketua kelas XII IPA-3 bersandar di gerbang dengan melipat kedua lengannya di depan dada. Sean melihat Callista yang baru tiba lalu langsung menyunggingkan senyumannya yang memikat beberapa hati siswi yang ada di sekolah itu. Beberapa dari siswi yang lewat langsung menahan jeritan mereka karena melihat Sean tersenyum. Ada juga beberapa siswi yang mengaku jika senyuman Sean itu ditujukan pada mereka.
Sean berjalan mendekat ke arah Callista dan tentunya Diva. "Hai, selamat pagi," sapa Sean dengan tersenyum hangat.
Callista membalas senyuman Sean. "Pagi juga."
"Duluan, ya," sahut Diva lalu berjalan lebih dulu menuju gedung sekolah sebelum ucapannya disetujui oleh Callista dan Sean.
Callista menatap punggung Diva yang perlahan-lahan mulai menjauh lalu kembali menatap ke arah Sean. "Mau masuk sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom.
Teen Fiction"Senyuman lo bikin gue de javu. Sayangnya, gue nggak bisa inget siapa lo. Ditambah lagi dengan masa lalu gue yang nggak bisa bikin gue deket sama sembarang cewek." - Agra Caldwell. Kelas XII IPA-3 kedatangan murid baru. Pindahan dari Semarang, katan...