Chapter 13

166 28 13
                                    

Pagi ini dapat diperkirakan akan turun hujan. Awan-awan kelabu mulai bergelung di langit yang tadinya cerah. Angin dingin semilir menyentuh kulit siapapun. Hawa pun menjadi dingin dan membuat kantuk mulai menyerang.

Begitu pula di kelas XII IPA-3. Beberapa anak tertidur di atas bangku masing-masing. Untung saja guru-guru pagi ini masih mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah dan membuat waktu kosong untuk beberapa saat ke depan.

Diantara Anak Mama Ganteng, hanya Agra yang tidak terusik oleh hawa dingin pembawa kantuk itu. Mario dan Adrian sudah tertidur di atas bangku mereka. Alex dan Rega bercakap-cakap kecil, sesekali menguap dan berusaha melawan kantuk mereka.

"Ngantuk banget astaga!" ucap Alex lalu menguap untuk kesekian kalinya.

"Tidur, bego!" ucap Rega kemudian ikut menguap. "Gra, kok lo bisa nggak ngantuk, ya?"

Agra tidak menjawab pertanyaan temannya itu. Di pikirannya saat ini adalah ucapan Zahra kemarin, dia bingung harus percaya dengan siapa. Temannya atau gadis itu.

"Gra!"

Sebuah teriakan terdengar tepat di telinga kirinya. Itu adalah Rega.

"Nggak perlu teriak. Apa?" tanya Agra.

Rega mendecak kesal. "Lo udah gue panggil lebih dari sepuluh kali nggak nyaut-nyaut. Lo juga, ngapain liatin Jah dan kawan-kawan?"

Agra mematung. Dia tidak tahu jika beberapa menit yang lalu tatapannya terpaku pada Zahra dan kedua temannya. Semua yang dikatakan mereka bertiga membuat dirinya tidak fokus.

"Heh, jangan ngelamun lagi!" bentak Alex yang membuat Agra sedikit terlonjak lalu mengerjapkan matanya.

Adrian yang sudah terbangun sejak teriakan Rega pun memegang bahu Agra. "Lo kenapa, Gra? Cerita sama kita deh."

Agra menggeleng. "Gue nggak papa. Kalian mungkin yang kenapa-napa."

Mario mengernyitkan dahinya dan mengerjapkan matanya yang masih mengantuk. "Maksud lo?"

"Pulang sekolah, kumpul di rumah gue. Semua. Kalian berempat," ucap Agra dingin.

Keempat temannya saling berpandangan. Pasalnya mereka tahu jika Agra menyuruh mereka berkumpul di rumah Agra, pasti ada masalah yang cukup besar. Seperti dulu sewaktu mereka masih kelas 9. Ada seorang gadis yang menyukai Agra. Alex dan Rega mengatakan ke gadis itu jika Agra juga menyukainya dan akan menyatakan perasaannya kepada gadis itu. Dan itu membuat sang gadis selalu menghubungi Agra dan itu membuat Agra risih.

"Kenapa sih lo selalu hubungin gue?" tanya Agra dingin.

"Kata Alex sama Rega, lo juga punya perasaan kayak gue dan lo bakal nembak gue. Nggak salah kan kalo gue hubungin calon pacar?" jawab gadis itu.

"Gue nggak punya perasaan ke lo," jawab Agra lalu mematikan sambungan teleponnya.

Seperti itulah percakapan terakhir mereka sebelum akhirnya terdengar kabar jika Agra adalah lelaki pemberi harapan palsu. Ternyata gadis itu yang membuat kabar itu dan menyebarkannya ke seluruh angkatannya di waktu itu. Dan itu membuat Agra mengumpulkan keempat temannya di rumahnya setelah pulang sekolah.

"Gra, ada masalah? Lo ngomong sekarang aja deh," ucap Rega dengan menggeser kursinya tepat di sebelah kiri Agra.

"Di rumah gue," ucap Agra dingin lalu membuka buku rumus matematika miliknya.

Keempat temannya menghembuskan nafas pasrah melihat perilaku temannya.

Geng Baby Girl tertawa cekikikan. Memang mereka sedari tadi menguping pembicaraan Anak Mama Ganteng. Tentunya mereka puas melihat Agra marah dengan keempat temannya.

Classroom.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang