Tidak!!!!
Aku kembali meringis. Bagaimana bisa ini terlihat lucu. Sungguh lucu. Bahkan senyum sialan itu perlahan terbit. Lihatkan? Ini memang lucu.
Wahai penulis takdir, apa kau tertidur sambil memegang pena agungmu hingga tak sengaja mencoret sesuatu pada buku nasib ku yang sedang kau pegang? Kenapa kau mencoretnya? Lihat sekarang, kau sudah menggantinya. Aku masih tak percaya ini, semua yang ada didepan ku seperti sebuah tragedi menara kembar yang ditabrak pesawat tempur.
Tidak!! Aku masih seperti orang linglung, bagaimana bisa orang yang kulihat berada didepan penghulu bukanlah orang yang aku cintai. Bukan aku tak mengenalnya, aku mengenal orang itu. Tapi aku mengenalnya bukan sebagai orang yang aku cintai. Sama sekali bukan. Lalu kenapa nasibku seperti ini?
Sekalipun aku mengutuk tiap langkah kakiku yang mendekat ke meja penghulu, bukan berarti aku akan menerjang kerumunan didepan sana dan keluar dari acaraku sendiri. Tidak akan, setelah aku melihat mama masih menangis disana dengan memandangku dan mengangguk-angguk begitu.
Harga diriku? Hah, persetan. Aku disini, duduk disampingnya, menerima cincin dan memasangkan pasangannya ditangannya. Aku disini, mencium tangannya. Aku disini, menandatangani semua dokumen yang disodorkan ke hadapanku.
Aku patut berbangga hati. Hari ini, seharusnya menjadi hari bahagia ku. Hah ya, seharusnya memang begitu bukan? Aku menikah, aku tetap menikah. Walau bukan dengan pasanganku seperti yang tertera diundangan. Dan aku masih bisa duduk tenang disini, tanpa ada air mata, meski dengan mata yg masih sedikit sembab yang ditutupi make up tebal ini.
Bagaimana Roy? Senangkan? Kau harus senang. Apa aku sangat membanggakan? Kau harus bangga. Kepunyaanmu ini, sangat luar biasa hari ini bukan? Kau harus memamerkan kegagahanku disini pada semua yg kau temui disana. Ingat itu Roy.
Dan selesai sudah acara gila ini. Ah tidak, masih belum. Aku masih harus memakai pakaian pengantinku, dan duduk dipelaminan sialan itu. Yang tak lain tak bukan, sudah ku pilih dengan perasaan senang luar biasa bersamanya. Dan sialnya, kini aku harus duduk disana, bukan bersamanya sementara tanah itu masih basah.
Leroy, saat kau menitipkanku padanya, apa yang kau pikirkan? Kebahagiaanku? Kebahagiannya? Atau kau hanya bermain enie meenie miny moe disaat ajal berada ditenggorokanmu sehingga secara serampangan kau menunjuknya, dan menyerahkanku padanya?
Leroy, aku bahkan hampir tak mengenalnya jika saja dia tidak pernah ada dirumahmu. Jika saja aku tak pernah datang kerumahmu, maka aku juga takkan pernah melihatnya.
Apa kau tau? Bahkan setelah kau melakukan ini padaku, aku masih mencintaimu Roy. Kau bukan penggila kerja sepertinya. Kau bukan penggila alkohol sepertinya. Dan lebih parah lagi, dan kau sendiri yang membongkar keburukannya padaku, bahwa dia bukan seorang yang bertahan dengan satu wanita, bahwa dia bukan seorang yang akan berkomitmen pada hubungan pernikahan yang dia anggap sangat merepotkan.
Nah Roy, kau lihat pilihanmu? Kuharap kau tak berhenti mengawasiku disana. Karna aku benar-benar tak tau medan seperti apa yang aku pijaki sekarang.
Kakakmu itu, Leander Caesar. Resmi menjadi suami ku, tanpa pernah menatapku sebagai seorang wanita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenge
Storie d'amore"Kesalahanku hanya satu. Membiarkan kau berbalik" ucap Lio sebelum melumat bibir El tanpa ampun. El sesak nafas. Bukan hanya karena efek terkejut, tapi juga karna tuntutan dari bibir yang tengah melumatnya untuk segera membalas lumatan tersebut. Pik...