Chapter 14 : Kencan Pertama?

36.8K 1.7K 5
                                    

Ansefa Side

Hari ini adalah hari aku libur. Dan apa yang akan aku lakukan hari ini? Entahlah. Aku juga tak mengerti.

Dipagi hari ini, aku memilih untuk melangkahkan kakiku tampa arah. Aku tak tahu kemana aku akan pergi, dan apa tujuanku nanti. Aku tak tahu itu.

Sekarang, aku melangkah di pinggir jalan dekat toko. Banyak orang yang berlalu lalang disini.

'Teeettt'

Langkahku terhenti, seseorang menyalakan klakson di sampingku (jalan raya) dengan begitu keras. Aku menatap kearah samping dan mendapati Ceo itu sekarang.

Tunggu,

CEO ITU?!

"Kenapa kau kesini? Kau tidak tahu karena ulahmu banyak orang yang melihat kearahmu?!" omelku jengkel. Ini jalan bukan hanha miliknya saja bukan?!

"Aku ingin mengajakmu jalan jalan hari ini, apakah kau mau?" tanyanya, aku hanya menggeleng. Enak saja, tentu aku tak mau ia membawaku dalam masalah lagi. Cukup hari kemarin, dan sisanya jangan lagi.

"Kau mau ikut secara sukarela atau kupaksa?" tanyanya seraya turun dari mobil, sontak para pejalan kaki menatap kearah kami. Aku memilih menunduk karena aku merasa malu. Apa apaan ini?

"Ku bilang, aku tidak mau. Jadi pergilah dan jangan membuatku mal- HEY CEO GILA!!" pekikku tanpa sadar. Ia menggendongku layaknya karung beras. Aku yakin, orang akan menatap kearahku aneh sehabis ini. Dengan enaknya, ia memasukanku kedalam mobilnya, dan menjatuhkan di samping kursi pengemudi begitu saja. Setelah itu, dia masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya.

"Apa yang kau lakukan? Kau tak tahu betapa malunya aku saat itu?!" pekikku kesal, sedangkan ia hanya tersenyum.

"Kau benar benar!! Kau akan membawaku kemana?!" tanyaku, ia lagi lagi hanya tersenyum. Dia gila?!

"Katakan!!" ucapku, tetapi ia hanya tersenyum. Astaga, ini jauh lebih menjengkelkan dari apa yang kukira. dengan sebal, aku menatap kearah jendela.

"Kau orang pertama yang membentakmu" katanya dengan suara yang kecil, tapi aku masih bisa mendengarnya. Dasar, aku tak peduli!

Tak lama, mobilnya terhenti pada satu pusat kebugaran olahraga wanita.

Tunggu, tempat kebugaran wanita?!

"Aku mau kau menjaga pola kesehatanmu mulai dari sekarang. Kau terlihat gemuk" ucapnya yang membuat mulutku menganga lebar.

Dia bilang aku gemuk?!

"Kau mau aku apakan huh? Kau bilang aku apa tadi?" tanyaku kesal, ia hanya tertawa.

"Ayo masuk" ucapnya dan menarik tanganku begitu saja. Dengan pasrah, aku hanya mengikuti langkahnya.

"Kencan pertama harus mengesankan bukan? Aku mau kita kencan di tempat yang tidak biasa" ucapnya, aku hanya terkekeh mendengarnya. Ah ya?

"Tapi pusat kebugaran ini tempatnya terbatas. Kita harus menunggu terlebih-"

"Itu tak masalah bagiku. Sekarang, ayo!" ucapnya dan menarik tanganku. Sontak tanganku ikut tertarik dan lagi lagi pria itu menyeretku. Dasar.

Kita memasuki tempat pusat kebugaran wanita, dan saat kami memasuki pintu masuk hingga membayar kasir, aku merasa banyak wanita yang menatap kearah kami. Tidak, tepatnya kearah Ceo itu. Terlebih, wanita disini cukup banyak. Aku melihat beberapa wanita menatap kearahku dan berbisik dengan wanita yang lain. Menyebalkan.

"Gadis itu sangat beruntung memiliki kekasih yang mau menemaninya kesini. Andai kekasihku seperti itu.." bisik salah satu wanita kewanita lain yang masih bisa kudengar. Heh? Aku beruntung?

"Aku ingin pria semacam itu" kata seorang wanita yang membuatku menunduk. Memang, pasti banyak pria yang enggan memasuki pusat kebugaran ini karena disini mayoritas wanita. Pria akan merasa harga dirinya jatuh jika memasuki pusat kebugaran wanita ini, tetapi sepertinya itu tidak berlaku bagi Ceo gila ini. Yah, dia gila bukan?

"Kita akan menunggu di ruang Ave. jadi, ayo?" tanyanya dan kembali menyeretku. Astaga, ia menawarku tetapi sambil menyeretku?

Sesampainya di ruang tunggu Ave aku melihat banyak wanita yang menunggu disini. Ada beberapa pria yang berada disini mungkin untuk menemani kekasihnya, tetapi tidak banyak. Aku juga melihat, pria pria itu sepertinya dingin dan kaku terhadap kekasihnya. Mungkin, mereka merasa grogi saat berada di tempat seperti ini.

Akhirnya aku dan Ceo itu memilih untuk duduk bersama, dan aku hanya menatap sekelilingku jenuh. Apa yang harus aku lakukan?

Aku melihat banyak wanita menatap kearah kami, tidak, kearah Ceo itu. Mereka kembali berbisik bisik seraya menatap kearah Ceo itu. Ini yang kubenci. Wanita itu melempar tatapan kagum pada Ceo itu, sedangkan Ceo itu sepertinya tidak memperdulikannya. Aneh.

Aku melihat, Ceo itu mengeluarkan handphone dan earphone-nya. Ia menyolok earphone itu pada handphonenya, dan ia sepertinya mencari musik yang pas untuk dirinya.

"Eh?" pekikku terkejut. Pria itu menaruh salah satu Earphone itu ditelingaku, dan aku mendengar sebuah lagu yang menyenangkan. Sebelah earphone- nya berada di telinganya dan sekarang kami mendengar lagi yang sama.

Apa maksudnya?

"Kau suka lagu ini?" tanya pria itu, aku mendengar baik baik lagu ini.

' Dari semua laki2 jelek

Aku lah yang paling tampan

Apa yang harus aku lakukan agar kau tau bagaimana perasaanku ?

Memikirkanmu membuatku hampir gila

Aku tidak tampan

Tapi kurasa aku terlihat imut saat aku tersenyum

Aku akan melakukan yang terbaik dibandingkan semua pria yang ada diluar sana, cintaku

Aku mencintaimu' - (K.will - Day1)

Aku menutup mulutku, nyaris menahan tawa. Memang lagi ini aneh, tapi aku menyukainya. Tapi sepertinya ini tidak cocok untuknya. Kenapa ia memilih lagu ini.

Tatapanku kembali terfokus kearah sekelilingku, dan aku mendapati beberapa wanita melirik kearahku. Tatapannya menajam, dan seperti mengintimidasiku. Tidak, kenapa harus seperti ini?

Tetapi, sekali lagi tatapan aku dan Ceo itu bertemu. Ceo itu menatapku dan aku menatapnya. Tatapan kami kembali bertemu. Aku menatap kearah matanya, dan ia tersenyum.

Tidak, senyumnya sangat manis.

' Jangan berpikir lagi, datanglah padaku

Mendekatlah, jangan bimbang

Aku tahu aku tidak apa2nya

Tapi dibanding siapapun di dunia ini

Aku mencintaimu sayang'-(K.will Day-1)

Lagu itu kembali berputar di telingaku, aku hanya mengigit bibirku gelisah. Tak lama, mataku beralih kearah sekelilingku dan para wanita itu menatapku sinis. Tidak, apa maksudnya?

"Ansefa, kupikir sudah waktunya kau berolahraga" ucapnya, aku mengangguk.

Kenapa? Apa yang salah denganku?

Kenapa semua wanita itu menatapku seperti itu? Apakah mereka iri padaku?

Ya, mereka iri padaku.

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang