"Cinta adalah proses. Proses itu mahal. Cinta sejati adalah cinta yang sangat mahal karena membutuhkan banyak proses dan pengorbanan untuk mendapatkan cinta itu sendiri" - Christopher
***
Ansefa Side
Aku menatap kearah rembulan di balkon rumahku. Ada banyak hal yang ingin ku beritahu dilangit malam jika aku tengah berada diambang rasa bingung, berharap dewi bulan memberikanku jawaban atas semua pertanyaanku.
Aku menghela nafas, dengan sebuah meja bundar yang kecil ditemani secangkir teh dan sedikit kue, aku sendiri. Disini, aku sendiri. Aku tak tahu, apa yang akan kulakukan setelah ini, tetapi inilah benar benar waktu berkualitasku.
Aku memejamkan mataku dan berbisik..
'Jika memang aku ditakdirkan dengannya, maka apapun itu, kapanpun itu pasti akan diberi jalan. Tetapi jika memang dia bukan takdirku, maka lepaskanlah aku dari permainan takdir yang menyedihkan ini.' batinku berbicara. Aku membuka mataku, dan sesuatu terlintas dipikiranku.
Apakah aku adalah sebuah alat yang digunakan takdir untuk memberikan karma pada Ceo itu? Aku harus meninggalkan Ceo itu, karena Ceo itu sudah terlalu banyak melukai perasaan banyak wanita.
Jika takdir berkata demikian, aku bersedia melakukannya karena bagaimanapun ia harus tahu bagaimana rasanya ditinggali. Memang sakit, tapi aku harus melakukan itu demi dirinya.
Kebaikan memang menyakitkan, tetapi pasti hasilnya manis. Seperti proses bertumbuhnya buah, awalnya pahit, semakin matang buah itu semakin manis dimakan.
Aku tersenyum, pakaianku memiliki lengan yang panjang dan aku juga di kuncir satu ekor kuda. Disini banyak lampu berwarna oranye yang menemani malam indahku.
Aku tersenyum, ini adalah suasana yang menyenangkan.
Aku akan banyak bercerita saat ada suasana seperti ini dengan suamiku nanti, ini menyenangkan.
Hembusan angin kini menghampiriku secara tenang, dan aku memejam kan mataku dan memegang cangkir tehku.
Ini.. Suasana yang sangat nyaman.
***
Pagi datang padaku, kini aku berniat untuk berlatih basket. Hari ini dosenku tidak masuk, dan aku memilih untuk menggunakan waktuku untuk bermain basket. Pikiranku sebenarnya sedikit kacau, tetapi aku bisa apa?
Aku ingin mengatakan hal itu pada Ceo itu, bahwa hubungan kita sebatas teman saja, tetapi perasaanku sungguh tak enak.
"Ansefa" panggil seseorang yang kukenali suaranya itu.
Ah, Sylvester.
Dia melangkah kearahku dan menatapku dengan tatapan.. Kecewa.
Apa ini?
"Dosen kita hari ini tidak masuk" kata Syl yang membuatku menghela nafas kecewa. Aku kesal, sangat kesal.
"Aku sudah membuat presentasi yang ia suruh, dan parahnya.. Hari ini hanya ada satu jam pelajaran saja. Apa apaan ini" geramku, aku melihat kearah Sylvester sebentar.
"Hari ini kita tak bisa latihan, anak matrial arts tengah berlatih disana" kata Syl yang membuatku semakin jengah.
Anak bela diri bahkan merebut lapangan anak basket.
"Aku harus pulang berati" kataku hendak melangkah pulang, tetapi ditahan oleh Sylvester. Apa ini?
"Mau makan bersamaku?" tanya Syl yang membuatku terdiam.
Makan?
Ayolah, aku juga lapar! Aku melewati makan malamku semalam!
"Baiklah" kataku tersenyum, ia tersenyum dan kami melangkah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Old Man
Romance[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahwa sebuah pertemuan dengan seorang CEO muda ini ternyata membawa dampak buruk baginya. sebuah pertemuan, yang membuat ia terjebak dalam suatu...