Chapter 22 : Pengungkapan Gionova

28.3K 1.4K 8
                                    

"Bahkan jika kau meninggalkanku, aku akan tetap disini bersamamu"

-Ans
***

Seorang gadis kini tengah menatap wajah seorang pria yang tengah memejamkan matanya. Ia tersenyum dan terkekeh kecil, ia sedikit mengelua wajah pria itu dengan lembut.

"Kau masih sama seperti dulu, Christopher" ucap wanita itu dan mengelus rambut pria itu. Ia terkekeh kecil dan menatap kearah wajah pria yang tengah terpejam damai itu.

"Sebenarnya, jika kau mau menyukai orang lain akanku bolehkan. Tetapi, kau harus membantuku menyelesaikan masalah hatiku dulu, buat aku tidak menyukaimu bahkan hingga aku lari saat bertemu denganmu. Karena nyatanyaa.." ucapan wanita itu terputus, air matanya keluar tanpa ia mau dan tanpa ia sadari.

"Jika kau tidak bahagia disampingku, maka mau tak mau aku harus melepasmu. Tetapi semua itu membutuhkan waktu. Aku akan melepaskanmu saat waktunya tiba. Itu janjiku padamu" ucap wanita itu dan melangkah pergi meninggalkan pria yang terbaring itu..

~~~~~~~~~💟~~~~~~~~~

Seorang gadis kini terduduk menangis terisak, ia menyembunyikan tangisnya dibalik lututnya. Tubuhnya bergetar, dan tangannya mengepal kencang.

"Aku membencimu!" katanya pelan dalam isakannya. Entah apa yang ia kau sekarang, tidak ada yang peduli padanya. Bahkan di lorong sekolah yang sepi ini.

"Kau meninggalkanku saat aku mulai membuka perasaanku! Bahkan tadi? Kau tidak mengejarku! Kau parah, kau menyebalkan!" ucap Ansefa, gadis itu sedih. Matanya masih tertutup oleh lututnya.

"Ansefa, apa kau baik baik saja?" tanya seseorang yang membuat Tangis Ansefa terdiam.

Suara itu..

Ansefa mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat sosok itu.

Tidak.

Itu Patrick.

Dengan berlinang Air mata, Ansefa menatap sosok itu.

"Kau kenapa menangis?" tanya Patrick sekali lagi, membuat Ansefa ingin berlari.

Ia tak ingin jatuh keperangkap Patrick lagi.

Kenapa Patrick datang saat dirinya lemah seperti ini?

"Aku tak apa, pergilah" ucap Ansefa sebenernya dia ingin mengeluarkan suara acuh tak acuh, namun gagal.

Patrick berjongkok dan menatap dalam kearah Ansefa..

"Apa yang dilakukan dia padamu?"

Ansefa tersentak mendengar perkataan Patrick, bukan itu maunya..

Tidak seharusnya patrick tau hal itu, bisa bisa ia akan dijatuhkan sedalam dalamnya.

"Bukan dia, tapi hal lain" ucap Ansefa dan memandang kearah objek lain. Hatinya masih terasa sakit rupanya.

"Aku tak tahu apa yang kau pikirkan, aku juga tak tahu apa yang kau rasakan, jadi-"

"Pergilah, atau aku yang akan pergi?" ucap ansefa yang membuat Patrick tersenyum.

"Aku tidak akan pergi dari- Ansefa?" ucap Patrick terkejut saat melihat Ansefa pergi meninggalkannya.

Ia hanya ingin menemani Ansefa, mengapa sulit sekali?

Patrick mengepalkan tangan kesal dan melangkah pergi, hatinya kini sungguh terluka.

****

Ansefa duduk disebuah kedai kecil yang tidak terlalu ramai. Ia terdiam menatap kepulan asap yang dikeluarkan oleh kopi hangat yang ia pesan.

Ansefa menghela nafas lelah, bagaimana ia bisa memercayai Ceo itu dalam sekejap?

"Ansefa?" panggil seseorang yang membuat Ansefa menengok.

Ia adalah Diana dan seorang wanita.

Diana mengajak wanita itu duduk di hadapan Ansefa, ada dua kursi yang kosong di hadapan Ansefa dan gadis yang tak ia kenal bersama Diana itu duduk tepat didepan Ansefa.

"Ansefa aku tak bisa berlama lama, tapi mungkin kau bisa berbincang sedikit dengan dia. ah, perkenalkan, ia adalah sepupuku Gionova" ucap Diana dan gadis yang bernama Gionova itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ansefa membalas uluran tangan Gionova dan menyalami Gionova.

"Gionova"

"Ansefa"

"Aku sudah memesan teh hangat untuk Gionova, aku harus pergi" ucap Diana dan melangkah pergi, sedangkan Ansefa hanya menatap kepergian Diana kosong.

Sepertinya, nama Gionova tidak asing bagi Ansefa.

"Kau dekat dengan Ceo itu?" tanya Gionova yang membuat Ansefa sontak menatapnya. Kenapa ia tau? Apakah Diana yang memberi tahu?

"Gionova tapi-"

"Kau ingat Diana pernah menceritakan bahwa sepupunya ditinggalkan oleh Ceo itu? Wanita itu adalah aku" ucap Gionova yang membuat Ansefa terdiam. Ansefa menatap lekat kearah Gionova, ia terdiam.

Gionova sangat cantik, benar benar cantik. Ia layaknya seperti seorang ratu dan fisiknya cukup rupawan. Kenapa Ceo itu meninggalkan wanita sencantik ini dan mengejar dirinya? Ia tahu betul jika Ansefa orang yang suka membentak dan cukup keras kepala.

Seorang pelayan mengantarkan teh hangat milik Gionova dan pergi. Gionova tersenyum dan menyeruput teh hangat itu sedikit.

"Bagaimana kisahmu dengan dirinya? Kenapa akhirnya begitu tragis?" tanya Ansefa penasaran, dalam hati ia sangat gusar dan takut. Apakah ia menjadi korban selanjutnya? Secara fisik dia pasti kalah jika bersanding dengan wanita itu.

"Entahlah, aku tak tahu. Ia meninggalkanku begitu saja" ucap gadis itu dan kembali menyeruput tehnya. Ansefa terdiam, pasti ada alasan bukan?

"Apakah aku akan menjadi korban selanjutnya?" tanya Ansefa pelan yang membuat Gionova menghentikan acara minum tehnya dan menaruh teh itu diatas meja. Ia menatap kearah Ansefa.

"Entahlah. Dulu aku sangat dekat dengannya. Tetapi, entah kenapa ia meninggalkanku begitu saja. Ia sering datang kerumahku dan kami menikmati waktu bersama kami." ucap Gionova yang membuat perasaan Ansefa cukup.. Teriris.

Dia..

"Tapi aku yakin kau adalah korban selanjutnya" Ansefa membeku ditempat, perkataan itu meluncur bebas dari bibir indah seorang Gionova.

Ansefa kini takut.

"Kenapa kau mengatakan itu?" cicit Ansefa kecil yang membuat Gionova tersenyum.

"Aku tak ada maksud untuk memisahkan kalian berdua, ada kalanya aku harus memberikan peringatan padamu agar kau tidak merasakan apa yang kurasakan. Cukup aku saja. Jangan beri tahu dia apa yang kau tahu tentang ini, jaga juga perasaan dia" ucap Gionova yang membuat Ansefa membeku.

Diam.. Seolah ia tak tahu..

Seolah olah kau bodoh?

Dari perkataan Gionova, Ansefa merasa jika Gionova sebenarnya cukup peduli dengan perasaan Christopher. Tetapi.. Kenapa pria itu tega meninggalkan wanita sebaik ini?

"Aku ada urusan dengan Diana, aku kesini hanya ingin mengunjungimu. Sampai jumpa" ucap gadis itu melangkah pergi meninggalkan Diana yang membeku, terdiam dalam pikiran berbelitnya.

Haruskah ia melupakan Christopher agar ia tidak sakit hati?

Ia benar benar takut sekarang.

Mungkin..

Jalan terkahir adalah melupakan dirinya.



Hello :) maaf nih slow update 😥😥😥 biasalah Author banyak masalah truss juga ada masalah hati juga 😳😳😳 ah ya, jangan lupa komen yaa seengaknya itu penyemangat Author 😂😂 doi author gak tau kalo author itu penulis (?) #lupakan.

Skali lagi maaf banget kalo slow update, author usahain fast update :)

Thank you :)

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang