Chapter 36

25.5K 1.3K 37
                                    

"Ada hal yang bisa kuucapkan, tetapi tidak semua hal bisa kuucapkan dengan kata kata. Terkadang, keadaan membuatku bisu akan sebuah kebenaran dalam diriku" - Ansefa

***

Di malam yang gelap, dihiasi bintang bintang, seseorang tengah duduk di depan jendela menghadap kearah sang rembulan.

Seseorang gadis kini memegang sebuah bingkai foto seseorang dan tersenyum. Ia mengelus wajah seseorang yang terdapat di bingkai yang ia pegang, dan tersenyum manis.

"Aku mencintaimu, sangat" kata gadis itu penuh kerinduan. Ia menatap foto itu dan tersenyum bahagia.

"Bila kebahagiaanku adalah dirimu, aku akan melakukan apapun. Tetapi sepertinya sekarang tidak. Hei! Aku mencintaimu" kata gadis itu dan tertawa kecil layaknya orang gila.

"Kau adalah seseorang yang masih mengacaukan semua duniaku. Kau hadir dalam duniaku" kata gadis itu dan tersenyum.

"Aku mencintaimu" kata gadis itu akhirnya dan akhirnya ia tertidur dan memeluk bingkai foto tersebut.

"Aku akan memperjuangkanmu, apapun itu dan bagaimanapun caranya"

~~~~~~~~~❤~~~~~

Dipagi hari, lorong kampus tidak terlihat terlalu ramai. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang.

Seorang gadis bersenandung ria dan bernyanyi kecil. Banyak orang yanh menduga jika hatinya senang.

Ansefa melangkah dengan senyum yang cerah, ia sepertinya akan menghapalkan beberapa materi ujian. Tetapi sepertinya itu tak masalah.

"Ansefa!!" panggil seseorang kearah Ansefa yang sontak membuat Ansefa menatap kearahnya.

Ah, Leonard.

Semua wanita yang berada dikoridor berdecak kagum dan menatap Leonard memuja. Ansefa tersenyum kecil kearah Leonard walaupun ia sedikit risau dengan tatapan yang dilemparkan untuknya.

"apakah hari ini memiliki banyak tugas?" tanya Leonard yang membuat Ansefa terdiam.

Ia memang memiliki banyak tugas, tetapi jika ada orang yang mau mengajaknya pergi itu tidak masalah.

Ansefa menggeleng kecil, Leonard tersenyum puas.

"Mau makan bersamaku?" tawar Leonard yang membuat Ansefa mengangguk kecil. Leonard semakin tersenyum puas, tanpa sadar Leonard memegang tangan Ansefa dan menariknya lembut. Walaupun seperti itu, Ansefa tetap saja tidak suka atas perlakuan Leonard. Ansefa menggerakan sedikit tangannya dan melepas genggaman tangan Leonard.

"Kenapa?" tanya Leonard heran yang membuat Ansefa menggeleng kecil.

"Aku hanya sedikit refleks" kata Ansefa yang membuat Leonard tersenyum.

Hanya refleks.

"Ansefa?" panggil seseorang kearahnya, ternyata itu adalah Sylvester.

Sylvester melihat Ansefa bersama Leonard, Ansefa tersenyum kearah Sylvester tetapi berbanding terbalik dengan Syl sendiri. Dia menatap kearah Leonard tajam, sepertinya ia tidak suka. Lagi lagi mencium bau kejanggalan, Ansefa hanya menghela nafas kecil.

"Leonard, kupikir aku tidak jadi. Kau bisa mengajak yang lain. Syl, aku tidak latihan hari ini karena Dosen Clark akan memberi pelajaran tambahan" kata Ansefa dan melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

Tentu, itu adalah tindakan yang disengaja. Siapa tahu saja mereka menjadi berteman karena saling membutuhkan.

Walaupun itu adalah pikiran gila tetapi itu adalah kemauan Ansefa.

Syl menatap kearah Leonard sinis dan berdecak merendahkan Leonard.

"Kasian sekali kau digagalkan rencana makannya" kata Syl dan melangkah meninggalkan Leonard sendiri yang tengah menatapnya kesal.

Ini persaingan tak sehat, pikir Leonard.

***

Ansefa membaca bukunya sebentar dan menatap kearah sekeliling rak.

Sekarang ia berada di perpustakaan dan melihat lihat materi yang akan di ujikan.

Ia menatap kearah rak atas, ia menemukan buku itu. dari sampulnya saja sudah menggambarkan bahwa itu adalah buku yang ia cari. Tetapi karena tempatnya cukup tinggi, jadi kau tak mau Ansefa melompat. Tetapi tetap ia tak sampai.

'Hap'

Seseorang memberikan sebuah buku padanya dan mengambilnya. Ansefa menatap kearah pria yang telah membantunya.

"Kau butuh ini?" tanya pria itu yang membuat Ansefa mengangguk sedikit.

"Terima kasih" kata Ansefa singkat dan melangkah pergi sedangkan pria asing yang membantunya hanya menatap kepergian Ansefa dan tersenyum kecil.

"Aku.. Sepertinya tertarik"

~~~~~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~~~~~

Seorang pria kini terduduk di meja Ceonya dan menatap kearah sekitarnya. Ia tertawa sendiri layaknya orang gila dan meminum banyak minuman keras. Banyak botol yang tergeletak sembarangan di atas meja maupun dilantainya.

Keadaanya sungguh kacau sekarang, orang yang mungkin melihatnya sekarang akan Iba. Sungguh, penampilannya sungguh berantakan.

"Kau.. Thessa" katanya omongannya tak jelas. Ia sungguh sakit hati atas perkataan dan perlakuan Thessa. Ia tidak bisa menerima keadaan sebenarnya dari diri Thessa.

"Cinta itu omong kosong!!" kata Christopher setengah berteriak dan mengacak acak rambutnya asal. Ia tersenyum miris dan tersender di kursi Ceonya. Ia mendongakkan kepalanya keatas dan memejamkan matanya erat.

"Cinta itu tak ada. Biarkan perasaan ini mati.. Cinta itu.. Mistos" kata Christian dan kemudian tertidur..

Haii mata author ngetik ini udah 5 watt ._. Sebenrrnya diketik jan 2 pagi tapi entah dipublisnya baru sekarang ?_?

I hope you'll enjoy

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang