Chapter 16

29.2K 1.6K 3
                                    

Seorang gadis kini menggerutu kesal, sesekali ia berdecak tidak puas. Ia mengumpat karena ia kesal dengan tukang salon yang sengaja memotong poninya agar terlihat culun. ia memiliki poni yang panjang, itu membuatnya terlihat cantik. Tetapi, Tukang salon itu sengaja memotong poninya mungkin agar ia terlihat culun didepan Ceo itu.

Tunggu, ia baru menyadari satu hal.

Kenapa ia memperdulikan penampilannya pdihadapan Ceo itu? Bukankah seharusnya ia tidak perduli?

Persetan dengan pemikirannya, ia memilih untuk melangkah keluar, menghampiri Ceo itu. Tetapi entah kenapa ada rasa gugup dan malu menghampiri dirinya. Entah kenapa ia merasa tidak siap menghampiri Ceo itu, entah karena apa.

"hey.." panggil gadis itu, Ansefa kepada Ceo itu dengan suara yang cukup lemah. Ceo itu berbalik menghadap kearah Ansefa, tetapi tak lama dahi Ceo itu mengkerut.

'Sudah kuduga ini akan terjadi, pasti sekarang aku jelek' batin Ansefa setengah menangis. Entah kenapa, ia membenci tukang salon yang memotong rambutnya karena hal ini. merasa tidak mendapat respon dari Ceo itu, Ansefa kembali berdehem.

"Aku terlihat jelek ya? Aku tahu itu. Pasti aku culun dan jelek dengan poni seperti ini. kau pasti tak suka dengan ini" ucap Ansefa sedih, ia menundukkan kepalanya dan memainkan ujung jarinya. Ia tahu, bahwa Ceo itu pasti akan meninggalkannya. Entah kenapa ia memperhatikan penampilannya saat didepan Ceo itu. Ia semakin sedih saat Ceo itu tertawa ringan, benar pasti ia akan mempermalukan dirinya setelah ini.

"tidak, kau tidak jelek. Memang aku berkata jika kamu jelek ya? Walaupun ponimu kurang cocok dengan dirimu, tetapi itu tidak akan mengurangi kecantikanmu" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa mendongakkan kepalanya kembali. Ceo itu berkata apa tadi? Apa dia mulai tuli?

"kau bisa saja berkata bohong. Kau memujiku seperti ini agar hatiku senang bukan?" ucap Ansefa sedih. "tapi aku tak membutuhkan pujianmu itu" ucap Ansefa kembali menunduk. Entah kenapa, ia merasa sebentar lagi ia akan kehilangan Ceo itu karena ia culun.

Ceo itu bangkit dari duduknya, memegang dagu Ansefa dan menatap kearah manik mata Ansefa. Ia tersenyum kearah Ansefa, sedangkan Ansefa sendiri diam diam mengepalkan tangannya untuk menguatkan dirinya melihat tatapan itu. Ia merasa canggung sekarang.

"kau cantik, itu pengakuanku. Kau mempesona, setiap hari kecantikanmu seperti bertambah. Aku tak peduli dengan model ponimu itu, karena kau tetap cantik. Kau cantik karena kau adalah kau, kecantikanmu bukan berasal dari ponimu" ucap Ceo itu dan mengelus pipi Ansefa sebentar. "lagi pula, aku menyukaimu bukan karena kau cantik" tambah Ceo itu yang membuat Ansefa gugup. Mukanya sekarang memerah, ia merasa malu sekarang.

"kau.." Ansefa melepas genggaman tangan Ceo itu dari wajahnya dan menatap kearah objek lain. Ia malu sekarang. Wajanya pasti memerah.

"aku akan membayar dulu, kau bisa kemobil duluan. Atau, kau mau temani aku?" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa melangkah keluar tanpa mengatakan apapun.

Ada rasa senang dihatinya, seolah ada sesuatu yang memasuki diri Ansefa. Apakah ia menyukainya? iya. Ia tidak akan mengelak perasaan itu lagi. Tak lama, Ceo itu keluar dari salon itu dan mereka memasuki mobil Ceo itu. Mobil mulai berjalan, menuju rumah Ansefa.

Didalam perjalanan, mereka terdiam dengan pemikiran mereka masing masing. Suatu pertanyaan muncul diotak Ansefa yang membuat ia ragu akan perasaan Ceo itu. Apakah ia akan menanyakan hal itu?

"hemm.. tuan Ceo?" panggil Ansefa yang membuat Ceo itu tertawa. Memang, selama ini Ansefa tidak pernah memanggil Ceo itu bukan? Memikirkan hal itu membuat ia malu, ia menggerutu apa yang ia lakukan barusan? Harga dirinya pasti jatuh.

"jangan memanggilku seperti itu, panggil saja aku Christopher" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa membulatkan matanya. Apa maksud perkataan Ceo itu?

"kau gila? Kau lebih tua dariku, bahkan sangat tua" ketus Ansefa kesal. Sebenarnya ia tak berniat mengatakan itu, tetapi terpaksa ia katakan karena ia harus menyadarkan Ceo yang satu itu jika umur mereka terpaut sangat jauh.

"aku tak peduli, Ansefa aku tak peduli." Ucap Ceo itu dengan tawa kecilnya, dan tetap terfokus mengendara. Ansefa hanya menghela nafas lelah, kenapa ia harus menghadapi pria semacam ini?

"terserah kau saja" ucap Ansefa yang memalingkan pandangannya kearah jendela disampingnya dan menghela nafas kesal. Apa maksudnya ini? bukankah ia ingin menanyakan suatu hal? Ahh, mungkin tidak sekarang.

Sesampainya dirumah Ansefa, Ansefa keluar dari mobil dan menghadap kearah Christopher sebentar.

"terima kasih untuk hari ini" ucap Ansefa sedikit jutek, Ceo itu tersenyum kearahnya.

"jaga dirimu baik baik princess ku, aku akan menjagamu di malam ini" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa tertunduk malu. Ia melangkah cepat kedalam rumahnya, tetapi ia tak mendengar suara mesin mobil dari Ceo itu. Saat ia sudah memasuki pintu rumahnya, baru ia mendengar mesin dari suara mobil Ceo itu.

Hari ini dia kenapa? Kenapa ia seperti mendapat banyak keajaiban? 

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang