Chapter 42

24.7K 1.2K 8
                                    

"Cinta itu bukan permainan, ilusi atau imanjinasi. Cinta itu nyata, kau bisa merasakannya. Cinta adalah sebuah kapas yang lembut yang bisa kau nikmati, cinta juga adalah terang. tetapi jika kau menyalah artikan tentang cinta maka ia bisa menjadi pisau yang tajam yang sewaktu waktu bisa menusukmu. Cinta juga bisa menjadi suram jika kau salah mengartikan tentang itu" - Ansefa.

***

Seorang pria kini terduduk diam di kursi Ceonya. Ia terdiam memikirkan bagaimana Thessa disana.

Matanya diam, dan kini tatapannya kosong. Ia yakin, pertemuannya bersama Ansefa hanyalah kebetulan saja karena memang dia sudah tak memiliki perasaan lagi dengan Ansefa.

Christopher terdiam, dia sudah menyerah dengan kisah cintanya. Ia yakin, ia akan menemukan wanita yang lebih baik dari Thessa.

Saat ia melihat Ansefa membuang wajahnya dari dirinya, ia merasa tertolak. Mungkin benar, ia bukan ditakdirkan untuk Ansefa. Ia juga masih ragu, apakah benar ia bersama Ansefa?

Atau bersama gadis lain?

Christopher lagi lagi Terdiam.

Ia melupakan segalanya dan berhenti berpikir, besok ia harus pergi ke yayasan itu lagi untuk menyelesaikan kontrak yang akan ia sepakati.

Ia sungguh penat.

Ia menatap kearah arlojinya, sekarang sudah pukul 11 malam. sudah waktunya ia tidur.

~~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~

Disisi lain, seorang gadis terdiam dengan tatapan kosong. Ia menatap kearah jendela diam, dan sepertinya wanita itu kini terasa hampa.

Gadis itu mengepalkan tangan, ia sungguh kacau.

"Aku.. Aku tak tahu lagi. Ini aku yang sesunggunya, ini aku." kata gadis itu pelan. Sungguh, ada rasanya gadis itu mati dan menghilang dari permukaan bumi ini.

Gadis itu sudah sangat menyerah.

"Terkadang, aku kasihan padamu. Terkadang, aku sangat marah padamu. Aku menyimpan kebencian yang teramat dalam hingga aku bingung bagaimana cara mencintai orang diluar dirimu. Kenapa semua harus terjadi?" kata gadis itu kesal dan tanpa sadar ia mengeluarkan air matanya.

"Mencari orang seperti dirimu cukup sulit, dan ini adalah tantangan bagiku. Sungguh, aku sangat merindukanmu" kata gadis itu dan memejam kan matanya, wajahnya kini diterpa oleh cahaya rembulan.

"Aku harap, ada hari dan harapan baru untukku. Karena nyatanya, kau masih mengisi hari hariku" kata gadis itu pada akhirnya.

~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~

Pagi yang cerah, burung burung bersiul kencang. Seorang gadis kini tengah bersenandung senang dan merapihkan tampilan dirinya.

"Hari ini adalah hari baru, aku benar benar senang sekarang" kata gadis itu yang membuat dirinya tertawa kecil.

"Aku memiliki rencana untuk memgerjai Syl sekarang" gumamnya kepada dirinya sendiri.

Gadis itu melangkah dan mengendarai kendaraan menuju kampusnya dan sepanjang jalan, gadis itu bersenandung.

Sepertinya ada yang baru dan menyenangkan menurut gadis itu.

Sesampainya dikampus, Gadis itu melewati lorong dan menyapa beberapa mahasiswa yang menyapa dirinya.

"Ansefa!!" panggil seseorang yang sontak membuat dirinya menengok.

Leonard?

Leonard berjalan memghampiri Ansefa, gadis itu dan tersenyum kearah gadis itu.

"Kau hari ini sibuk?" tanya Leonard yang membuat Ansefa cemberut.

"Dia akan berlatih basket nanti sore, jadi jangan ganggu dia" kata seorang pria dibelakang Ansefa yang membuat Ansefa menghela nafas.

Syl..

Ia sangat ditaktor.

"Hem hem. Selesai berlatih basket ia bisa menemaniku bukan?" kata Leonard menatap Syl tajam, sedangkan Syl hanya tertawa kecil.

Tertawa merendahkan, tepatnya.

"Tidak bisa. Sudahlah, jika Ansefa tidak bisa jangan kau paksa. Ayo!" kata Syl dan menarik tangan Ansefa menuju kelasnya. Leonard yang melihat itu hanya menggeram kesal, lagi lagi si penganggu datang.

Ia harus menyingkirkan penggangu itu, harus!

~~~~~~~~❤~~~~~~~

Seorang pria berjalan kearah ruang yayasan. Wajahnya menujukan bahwa ia sangat tidak baik baik saja. Wajahnya benar benar suram.

Pria itu mengetuk pintu yayasan, dan tak lama seseorang berteriak memerinyahkan pria itu untuk masuk ke dalam. Pria itu menuruti perintah yayasan tersebut.

Pria itu melangkah memasuki ruangan dan Yayasan menatap baik dan menyambut baik kearah pria itu.

"Tuan Christopher, kau akan menandatangi surat perjanjian kontrak, kerjasama ini akan dilaksanakan selama 3 tahun. Jadi, apakah kau berkenan? Jika ya, anda dipersilahkan untuk menandatangani surat ini" kata ketua yayasan itu. Tanpa mengatakan apapun, pria itu menandatangani surat itu.

Pria itu benar benar sedang tidak ingin berbicara.

"Bisakah aku pulang?" kata pria itu singkat, namun sangat datar. Sadar jika Ceo itu bermasalah, Ketua yayasanpun mengangguk pelan dan mempersilahkan Ceo itu pulang. Ceo itu berdiri disusul oleh ketua yayasan dan mereka saling menjabat tangan.

"Kami sangat berterima kasih atas kerjasama ini, Tuan Christopher. Sebenarnya ada banyak yang ingin ku bicarakan denganmu, tetapi sepertinya anda sangat kacau jadi-"

"aku harus pulang" kata Ceo itu tegas yang membuat ketua yayasan itu menghela nafas.

"Baiklah" kata ketua yayasan yang membuat Christopher melangkah pergi.

Christopher keluar dari ruangan itu dan menatap kearah Arlojinya, sudah pukul empat sore.

Saat ia selesai menutup pintu ruangan ia menatap kearah depan dan terdiam.

Ia terdiam, tubuhnya beku. Matanya menatap kearah gadis itu terkejut.

Dia?

Haii.. Author back 😍😍😍 sebenernya hati Author lagi seneng, tapi karena author harus merasakan feel dari cerita ini mau gak mau author harus ngerasa sedih ._.

Author akan publish dua part (jika keadaan memungkinkan)

Tapi, I hope You'll enjoy

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang