Seorang gadis kini terduduk dengan nafas yang terengah engah. Gadis itu memegang dadanya sebentar dan memejamkan matanya.
"Kau ini, baru bergerak seperti itu saja sudah menyerah" cibir pria disamping gadis itu. Tentu mereka adalah ansefa dan Christopher. Mereka duduk disalah satu sisi ruangan tunggu. Ansefa yang lelah tentu menghiraukan perkataan yang keluar dari mulut Ceo itu.
Ceo itu memilih untuk mengambil handuk baru yang berada di dekatnya, dan menghapus peluh dari wajah Ansefa secara perlahan lahan. Wanita yang melewati mereka hanya berdecak kesal, entah karena apa. Beberapa dari mereka kerap berbisik bisik satu dengan yang lain seraya menatap kearah Ceo itu.
"Kau ini, apakah kau masih lelah?" tanya Ceo itu, sedangkan Ansefa menegakkan tubuhnya kembali dan menggeleng.
"Ini melelahkan, apakah kau tak tahu ini?" tanya Ansefa lemah, sedangkan Ceo itu hanya tersenyum dan menaruh handuk itu di pundak Ansefa.
"Kau ini jangan terlalu manja. Sekali kali kau juga harus melatih fisikmu agar kau sehat setiap harinya" ceramah Ceo itu yang membuat Ansefa memutar bola matanya.
"Aku akan mengajakmu kesuatu tempat, kau pasti akan suka itu" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa membulatkan matanya. Apa katanya?
"Kau gila? Kau mau melatih fisikku seperti apa lagi?" tanya Ansefa kesal, membuat wanita banyak yang menatap kearahnya. Sedangkan Ceo itu hanya tersenyum dan mengambil handuk dari pundak Ansefa dan mengelap dahinya yang mulai dipenuhi peluh.
"Kau akan tahu, ini akan menyenangkan dan kau akan menyukainya. Percaya padaku" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa semakin bergidik ngeri. Siksaan apa yang akan ia dapatkan?
Ansefa menatap kearah sekelilingnya, ia melihat para wanita itu sempat melirik kearah Ceo itu. Beberapa dari mereka sontak tersenyum atas perlakuan yang ia terima dari Ceo itu.
"Memang kita akan kemana?" tanya Ansefa sedangkan Ceo itu hanya tersenyum.
"Kau akan tau nanti"
***
"Kau!! Kau akan membawaku kemana?! Kenapa kau mempermainkanku?!" omel Ansefa kesal, sedangkan Ceo itu hanya tersenyum. Mereka sekarang berada di dalam mobil, yang akan membawa mereka ke suatu tempat yang dimana hanya Ceo yang mengetahui tempat itu.
"Kau selalu tersenyum saat ku marah. Kau tahu? Banyak pria akan menjauhiku saat aku marah atau kesal seperti ini! Tetapi, tidakkah kau marah karena aku selalu mengomelimu hah?! Kau ini gila ya?" omel Ansefa bertubi tubi yang membuat Ceo itu menatapnya sebentar, lalu menatap kearah jalan kembali.
"Aku memang gila.." jawab Ceo itu sebentar, lalu ia tersenyum. Ansefa hanya menggelengkan kepalanya dan menatap kearah jendela.
"Kau gila karena apa? Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau tidak menjauh saja agar telingamu selamat dari omelanku!!" pekik Ansefa akhirnya, tapi Ceo itu tersenyum lebar kearahnya saat mereka tengah berada di lampu merah. Lampu menunjukan warna merah saat itu, dan saat itu Ceo itu menatap kearah Ansefa.
"Aku gila karenamu. Karena dirimulah aku kembali hidup. Masalaluku seakan terhapus saat aku menatap kearahmu. Aku juga tidak tahu kenapa aku seperti ini, mungkin karena aku mencintaimu. Walaupun kau marah, kesal dan berteriak dihadapanku sekalipun, aku akan tersenyum, karena bahkan saat kau marah kau masih terlihat cantik. Ini sungguh, kau itu sangat cantik" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa terdiam.
Apa maksud perkataan Ceo itu? Seketika, lampu yang tadinya berwarna merah berubah menjadi hijau. Selama di jalan, Ansefa terdiam memikirkan perkataan tadi.
Ceo itu.. Aneh. Tapi, seperti ada perasaan yang masuk kedalan dirinya. Entah apa.
Mobil Ceo itu terhenti di depan sebuah salon. Ansefa mengerutkan keningnya, kenapa ia mengajaknya kesini?
"Kau butuh suasana yang segar, maka itu aku mengajakmu kesini. Tak apa bukan jika kita berkencan disalon?" ucap Ceo itu yang membuag Ansefa terkejut. Jarang ada pria yang mau peduli dengan wanita sampai seperti ini. Biasanya, para pria akan mengajak wanitanya berkencan di tempat tempat ngehits atau yang hening, tetapi pria ini berbeda.
"Kau yakin ingin memasuki salon seperti ini? Biasanya banyak pria yang enggan-"
"Apa salahnya jika kita berkencan disini? Aku juga tidak akan mati jika masuk ke salon itu" ucap Ceo itu yang membuat Ansefa menatap Ceo itu kagum. Entah apa yang dia rasakan saat ini, ada rasa aneh yang mulai memasuki dirinya.
Aneh.
"Ayo, aku ingin melihat rambut barumu. Apa kau mau? Aku tidak akan memaksa" ucap Ceo itu antusias, sedangkan Ansefa hanya mengangguk samar. Ceo itu tersenyum, sepertinya keinginannya hari ini terwujud.
"Ayo.." ucap Ceo itu dan mengajak Ansefa masuk. Tak lama, mereka memasuki salon tersebut.
Pelayan menghampiri mereka, tetapi Ceo itu yang dilayani pertama. Christopher menggeleng, dan melirik kearah Ansefa sebentar. Mengerti maksud Ceo itu, pelayan itu menuntun Ansefa untuk memasuki salon.
Christopher menatap sekelilingnya dan memilih untuk duduk di sofa yang telah disediakan. Menunggu wanitanya tengah di percantik, ia memilih untuk membaca majalah.
Tak lama, seorang wanita memasuki salon itu. Wanita itu menatap keaeah Ceo itu sebentar dan memilih untuk duduk di samping Ceo itu.
"Hai.." sapa wanita itu, sedangkan Ceo itu hanya tersenyum. Merasa mendapat kesempatan, ia memegang tangan Ceo itu dengan sengaja.
"Maaf, kumohon jangan memegangku" ucap Ceo itu, wanita itu hanya tersenyum. Wanita itu sangat cantik, tetapi entah kenapa Ceo itu seakan tidak terlalu perduli padanya.
"Kenapa?" tanya wanita itu sok polos, sedangkan Ceo itu tersenyum.
"Aku sudah memiliki kekasih. Aku miliknya, dan ia milikku. Jadi, jangan sentuh apa yang dia punya" ucap Ceo itu yang membuat wanita itu terdiam. Tanpa kata, wanita itu berdiri dan melangkah menjauhi Ceo itu.
"Huh, hari melelahkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Old Man
Romance[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahwa sebuah pertemuan dengan seorang CEO muda ini ternyata membawa dampak buruk baginya. sebuah pertemuan, yang membuat ia terjebak dalam suatu...