Chapter 18 : Ia Sakit

31.2K 1.6K 4
                                    

Ansefa Side

Aku menghirup udara yang segar dipagi hari. Cuaca hari ini sedang tidak baik, dan kini aku harus menjaga kesehatanku nanti untuk menghadapi ujian. Aku menghela nafas lelah, aku tak mengerti sepertinya aku sedang kacau sekarang.

Aku melangkah melewati trotoar dipinggir kota, dan aku tengah berjalan menuju sekolah. Aku menggelengkan kepalaku kesal, apa yang akan kulakukan nanti?

'Bugh!'

"Ah?" ucapku tanpa sadar. Aku menabrak seorang wanita. Tidak, ini buruk!

"Maaf" kataku membungkuk dan meminta maaf, wanita itu tersenyum menatap kearahku.

"Tak apa, aku tahu tak sengaja" ucapnya dan melangkah pergi dengan arah yang berlawanan denganku. Aku masih menatap kepergiannya dengan senyum, ia baik sekali.

Aku kembali melangkah, kesialan mulai menghampiriku pagi ini. Mungkin?

'Teett!!' suara klakson memenuhi indra pendengaranku, aku menatap kearah sumber suara.

Eh? CEO itu?

"Kenapa kau disini? Kenapa kau tidak pergi saja?" kataku setengah berteriak agar ia mendengar suaraku.

"Ikutlah aku, aku akan mengantarmu ke sekolah!" titah Ceo itu kepadaku dengan setengah berteriak, aku hanya mengerutkan keningku. Ikut dengannya?

Aku melangkah menuju mobilnya dan aku memasuki mobilnya dan duduk disampingnya. Iapun menjalani mesin mobilnya.

"Kenapa kau ada disini? Kau harus bekerja bukan?" tanyaku, ia hanya tersenyum. Ia tersenyum lemah.

"Aku sudah melakukan pekerjaanku. Kenapa?" ucapnya lagi lagi dengan suara yang lemah. Benar, ada yang salah dengannya.

"Kau sakit?" tanyaku, ia terdiam. Ia tidak menjawab pertanyaanku untuk beberapa detik, bagus berati benar.

"Aku hanya tak enak badan. Tak apa, ini tak merepotkanku" ucapnya aku hanya menerutkan keningku. Memang aku berkata jika aku merepotkan dirinya?

"Kau butuh istirahat, Christopher! Lihat! Kau lemas sekarang! Cuaca hari ini memang ekstrim, dan kau harus istirahat!" titahku, ia meresponnya hanya dengan menggeleng.

Astaga, anak ini memang nakal!

"Kenapa kau tidak mendengarkan perkataanku? Hari ini aku akan membolos, apapun itu resikonya! Jadi, tolong bawa aku kerumahmu dan aku yang akan merawatmu!" omelku kesal, ia hanya menatapku tak percaya. Kenapa?!

"Kau harus sekolah, Ansefa, kau-"

"LAKUKAN APA PERINTAHKU, SEKARANG!!" marahku, ia hanya tersenyum. Bodoh, apa yang lucu?

"Ansefa tapi ini-"

"Sekarang!!" kataku memberi penegasan, ia hanya menghela nafas. Ia mengalah. Ia sakit, jadi mau tak mau ia harus mengalah.

Ia benar benar baik.

Ia memutarkan arah mobilnya mungkin menjadi kearha rumahnya. Aku hanya menghela nafas, apa yang akan aku lakukan setelah ini?

"Kau tau? Aku seolah sembuh saat kau mau datang kerumahku. Aku sangat senang" ucap Ceo itu dengan senyumnya, walaupun wajahnya masih terlihat cukup lemas. Aku hanya tersenyum. Ia senang dengan eksistensiku. Kenapa jantungku kembali berdebar?

Aku mengerutkan keningnya saat seorang satpam membukakan pagar yang teramat besar, apakah ini rumahnya?

"Rumah ini sangat besar, apakah kau tinggal bersama orang tuamu disini?" tanyaku, ia hanya tersenyum. Tapi anehnya, seperti senyum suram yang kuterima.

"Aku tinggal sendiri" ucap pria itu, aku hanya menganggukan kepalaku mengerti. "Tidakkah kau kesepian sendiri dirumah sebesar itu?" tanyaku penasaran, ia menatapku sebentar tak lama ia tertawa. Aneh! Apa yang lucu?!

"Apakah kau begitu penasaran, sampai sampai kau menunjukan wajahmu yang polos itu? Kau mirip seperti anak kecil, jika kau mau tau itu" ucap Christopher, aku hanya memanyunkan bibirku kesal.

Apa maksud pria ini?!

Tak lama mobil terhenti didepan rumah yang besar, aku terdiam. Tidak, kenapa aku berspekulasi aneh aneh sekarang?

"Apakah kau kagum dengan rumahku?" tanyanya yang menyadarkanku dengan lamunanku. Aku hanya diam, aku tak tahu aku kenapa sekarang.

"Kau tau? Rumah ini kusiapkan untuk aku, kau, dan anak anak kita nanti"

'Blush!!'

Bodoh! Apa yang ia katakan?! Aku mataku sepertinya membesar, dan tanganku mengepal kuat seakan hendak memukulnya. Tetapi, aku mengurungkan niatku saat aku melihat wajahnya yang semakin lemas. Itu membuatku cukup khawatir. Aku dan dirinya turun dari mobil, tetapi saat aku hendak memasuki rumahnya, aku memegang keningnya secara mendadak. Ia terkejut, aku tahu itu.

"Kau demam" ucapku, ia hanya tersenyum.

"Gantilah bajumu, aku akan menyiapkan air panas" kataku, tetapi ia menggeleng. Great!

"Biarkan pelayan saja yang menyiapkan, kau harus disisiku" ucapnya yang membuatku menunduk malu.

Astaga, ia aneh!

"Tapi aku harus merawatmu, kenapa kau tak mengerti itu?!" ucapku malas, ia hanya tersenyum kearahku. Aneh.

"Biarkan pelayan yang menyiapkan segalanya, kau yang akan merawatku nanti" ucap pria itu akhirnya dan menarikku kedalam rumahnya. Aku hanya memutar bola mataku jengah dan mengikuti apa kemauannya.

Aku memasuki rumah ini, pertama tama ruang tamu. Ruang tamunya sangat besar, dan jujur aku menyukai dekorasi dari ruang tamu ini.

"Masuklah kekamarku, aku juga akan-"

"Tidak! Itu tidak sopan! Disini saja, kenapa harus membawaku kekamar?!" tanyaku kesal, ia hanya terkekeh kecil.

"Baiklah baiklah, aku akan kekamarku terlebih dahulu dan mengganti bajuku, aku juga akan memerintahkan pembantuku untuk menyiapkan segalanya" ucap pria itu, aku tersenyum. Ia melangkah pergi meninggalkanku sendiri, dan aku hanya menatap kearah sekelilingku. Dekorasinya sangat indah.

Aku melihat ada tumpukan kertas diatas meja. Eh?

'Profil CEO ARCHILLA. INC'

Aku melihat judul itu. Profil Chirstopher. Aku mengambil kertas itu dan mbaca profil Ceo itu. Tentu, pertama kali mataku terpaku pada Ceo tersebut.

Wajahnya sangat tegas, tetapi lucu. Aku ingin tertawa dibuatnya. aku membaca profilnya. Namanya, jabatannya, segalanya.

Tapi mataku terhenti pada satu kalimat.

Tanggal lahirnya.

Aku terdiam, dan memikirkan sesuatu. Sepertinya..

Aku melihat kearah ponselku sebentar dan memastikan apakah aku benar atau tidak, tetapi dugaanku benar.

Hari ulang tahunnya adalah dua bulan lagi, sedangkan bulan depan aku ulang tahun.

Aku akan diam dan tidak akan memberitahukan hari ulang tahunku padanya, dan aku juga akan berbohong seolah aku tak mengetahui hari ulang tahunnya. Eh, tapi untuk apa? Ini tak penting.

Aku menaruh Kertas itu lagi dan menatap kearah jari jariku. Mereka indah.

"Ansefa?" panggil seseorang yang membuatku tersadar.

"Apakah kau yakin akan merawatku?" tanyanya, aku hanya terdiam. Tentu.

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Ya, aku mau"

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang