Chapter 7 : Rahasia Patrick

49.2K 2.8K 7
                                    

Sudah satu minggu gadis itu mengelilingi perpustakaan yang ada. Tentu, sebentar lagi ia akan lulus sekolah dan karena alasan itulah yang membuatnya harus menghadapi ujian.

Tetapi, ia memilih untuk mengelilingi perpustakaan sekolahnya saja. Karena menurutnya, cakupan buku untuk memenuhi pengetahuannya sudah cukup dan tak perlu mengeluarkan biaya untuk memasuki perpustakaan umum.

Menyusuri setiap rak, jemarinya perlahan menarik sebuah buku yang pas untuknya lalu melangkah hendak meninggalkan perpustakaan itu.

"Kau tahu? Rencana kita sepertinya gagal!" ucap seseorang yang membuat langkah gadis itu berhenti. Menurutnya, suara itu familiar baginya.

"Apa maksudmu Patrick? Sebentar lagi kita akan mendapatkan apa yang dia mau!" ucap salah seorang lawan bicaranya, gadis itu semakin penasaran dengan percakapan dua orang itu hanya bisa mendengar dibalik rak perpustakaan. Suara mereka cukup besar, sehingga dapat didengar gadis manis itu.

"Ansefa bukanlah orang yanh mudah untuk ditaklukan, Sarah! Belum lagi, kemarin seoranh Ceo gila mulai memberiku pelajaran"  ucap Patrick yang membuat gadis yang bernama Ansefa itu membelalak matanya besar. Kenapa dirinya dibawa dalam masalah ini? Ia kembali mendengar percakapan mereka dengan teliti.

"Aku tak mau tahu Patrick! Kau harus menghancurkam hati ansefa! Kau mencintaiku bukan? Maka, hancurkanlah hatinya! Ujian akan semakin dekat. dan kau mau melihat nilainya yang bagus nanti?" pekik Sarah kesal yang membuat tubuh Ansefa terdiam kaku. Ia menggeleng tak percaya, kenapa Sarah masih ingin mengambil segalanya dari hidupnya?

Sarah, memang seorang wanita yang cukup menyebalkan. Apa yang dimiliki Ansefa selalu ingin direbut oleh Sarah. Layaknya seorang anak kecil, Sarah selalu berusaha menjatuhkan Ansefa walau selalu tak berhasil. Kali ini, Ansefa tahu jika ia memanfaatkan Patrick untuk menjatuhkan nilainya. Tentu, bagaimana tidak? Ansefa memiliki peringkat dua dikelasnya dan peringkat tiga untuk nilai tertinggi disekolah. Tetapi Ansefa kembali berpikir, bukankah ia sudah mengambil Patrick dari dirinya?

Ansefa tersenyum menyesal.

Seharusnya ia membiarkan Patrick di pukuli sampai mati saja oleh Ceo gila itu. Ia benar benar menyesal akan keputusannya yang membuatnya jatuh dalam suatu keadaan yang dimana semuanya itu adalah perangkap baginya.

Menyesal.

Hanya itu yang bisa dirasakan Ansefa. Apa yang harus dilakukan gadis itu kini?

Dengan langkah lunglai, ia duduk disebuah kursi dekat jendela perpustakaan yang menampilkan taman sekolah yang begitu asri. Ansefa tertawa sendiri layaknya orang gila, Sarah ingin menjatuhkan dirinya? Tidak, itu tidak boleh terjadi pikirnya.

Ia membuka buku yang telah ia bawa, dan meresapi setiap kata yang tertulis dibuku itu. Ia sudah tak perduli dengan cinta. Trauma yang ada dalam diri Ansefa kini bertambah. Benar dugaanya jika semua pria hanya memandang fisik saat menyukai seseorang. Tidak ada orang yang tulus mencintainya. Tidak ada orang akan setia disampingnya.

Kali ini, keputusan Ansefa untuk tidak mencari tambatan hatinya semakin kuat.

Gadis itu akan semakin takut untuk mencintai pria lain. Terlebih, Patrick adalah cinta pertamanya. Karena ia tahu bahwa cinta rasanya menyakitkan maka..

Ia tak akan mencintai siapapun lagi.

Ia akan bertindak seolah ia tak mengetahui bahwa Patrick memiliki niat jahat dalam dirinya.

***

Ansefa Side

Gelap, sunyi dan hening. Dimana hanya bintang bintang yang mengetahui betapa sedihnya aku. Aku sendiri disini, tanpa siapapun disisiku.

Terkadang aku berpikir, kemana pangeranku sekarang? Seorang pangeran yang akan mencintaiku dengan tulus, seorang pangeran yang akan selalu setia menemaniku? Menghapus trauma yang sudah terpahat di pikiranku dan menggengam diriku saat aku ketakutan?

Aku terduduk disebuah kursi taman sendiri, ditemani bintang dilangit dan diterangi oleh sercecah cahaya rembulan. Membisikan kesedihanku pada langit malam yang dimana hanya ada aku dan ia yang tahu.

Mungkin, aku akan menutup hatiku rapat rapat sehabis ini.

"Kenapa kau ada disini?" ucap seseorang yang membuatku terdiam.

Kenapa dia ada disini?

Tanpa permisi, ia duduk disebelahku. Aku memandangnya kesal dan berdecih, pria macam apa itu?!

"Kau sepertinya tampak sangat sedih" ucap pria itu menatap langit, tanpa menatap kearahku.

"Kau pasti akan menertawakanku sehabis ini" ucapku sinis, ia tersenyum dan menatap kearahku. Aku terdiam, wajahnya sangat terang seolah ia dapat mengakap cahaya rembulan. Benar, ia pasti akan menertawakanku.

"Untuk apa aku menertawakanmu? Kau kan pujaan hatiku. Aku akan selalu disampingmu saat kau sedih, bahkan saat saat seperti ini" ucapnya yang membuatku tertawa ringan.

Mustahil.

dia menatap kearah mataku, aku yakin ia tahu bahwa aku tak mempercayai perkataanya.

"Tuan Ceo gila, aku memiliki trauma terhadap cinta. Aku bukan orang yang mudah untuk mencintai orang lain jadi jika kau mau mencari wanita yang akan langsung mencintaimu, carilah wanita yang pantas untuk menjadi pujaan hatimu" jelasku sinis, ia hanya menggeleng. Nafasnya mengeluarkan asap, berati benar malam ini sangat dingin.

"Aku tak peduli berapa banyak trauma yang ada dihatimu. Aku akan bersedia menghapus segala kesedihan dalam hatimu" ucapnya aku hanya tertawa kecil. Mustahil, dan itu tidak akan terjadi.

"Kau aneh. Kau seorang Ceo tergila yang aku temui" ucapku ketus, ia hanya tersenyum.

"Aku adalah Ceo Christopher, bukan Ceo tergila" ucapnya yang membuatku terkekeh. Sekarang aku tahu namanya.

"aku yakin kau tahu namaku" ucapku, ia mengangguk.

"Aku akan selalu mencaritahu tentang dirimu" ucapnya yang terdengar seperti gurauan sepertiku. Itu hanya omong kosong menurutku.

"Kau bercanda" gumamku kecil dan menatap kearah langit. Tetapi, aku merasa aneh, ia seperti tengah menatapku. Akhirnya, aku menatap kearahnya dan ia masih tersenyum kearahku.

"Kenapa?" tanyaku datar, tetapi ia malah tertawa. Aneh.

"Inialah alasanku menyukaimu. Kau berbeda dari wanita yang pernah kutemui. Saat mereka tahu aku adalah Ceo perushaan besar dengan relasi binis terbanyak, mereka akan berbondong bondong memperlihatkan kebaikan palsu mereka. Tetapi kau malah acuh tak acuh kepadaku. Kau ini unik" jelasnya yang membuatku tersenyum.

"Aku tak peduli dengan dirimu. Kau gila." ucapku datar dan kembali menatap kearah langit. Ia pintar merayuku.

"Kenapa kau disini sendiri?" tanyanya lagi, aku hanya menghela nafas.

"Mengubur kesedihan dan rasa sakit hatiku." jawabku singkat dan ia tersenyum kearahku.

"Kau adalah calon istriku bukan? Aku baru kali ini melihatmu mau berbicara denganku" jelasnya yang membuat hatiku kembali berkecamuk.

"Aku sudah lelah dengan segalanya. Aku rasa, kau terlalu cepat menikahiku" ucapku kesal dan menatap kearahnya benci. Ia benar benar gila.

"Seharusnya kau bersyukur seorang Christopher mau menikahimu." ucapnya yang membuatku berdecih. Aku tak perduli.

"Aku seketika ingin pulang. Pergilah dan pulang sana" ucapku, ia hanya tersenyum dan memegang tangannya.

"Kau mengusirku? Ah tidak tahukah betapa sakitnya hatiku" ucapnya dramatis yang membuatku tertawa. Astaga, apa ini? Kenapa dia seperti ini?

"Tidak, maksudku-"

"Pulang bersamaku!" aku terkejut. Apa? Tidak tidak!

"Aku tidak mau! Kau pulanglah sendiri-"

"Ya, ya ya please" ucapnya manja yang membuatku tertawa. Astaga, tak sadarkah ia seorang Ceo dari perushaan besar?

"Baiklah baiklah" ucapku akhirnya mengalah.

aku menemukan seseorang yang lain dari Ceo itu. Setidaknya kehadirannya membuatku sedikit terhibur..

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang