Chapter 24 : Mungkin Bukan Aku

26.6K 1.4K 11
                                    

"Mencintaimu bagaikan aku menyelesaikan sebuah teka teki. Aku bodoh, karena aku terus mencari jawabannya yang memang ada didalam dirimu"

-Ansefa

°°°°°°°°°••••••••❤•••••••••°°°°°°°°°°

Ansefa Side

Hari ini adalah hari kedua aku menyelesaikan ujianku. Aku harus belajar sungguh. Hidupku memang selalu dihantam oleh ujian, entah ujian dari sekolah atau ujian hidupku.

Aku menyusuri perpustakaan, aku yakin Ceo itu kini sedang sibuk dengan urusan pekerjaannya.

Eh, kenapa aku memikirkan Ceo itu?!

Itu tidak berguna!

"Ansefa!!" panggil seseorang terhadapku, aku menengok kearahnya.

Ah! Farrelia!!

"Ada apa?" tanyaku, ia tersenyum.

"Kita kekedai bersama hari ini? Kau mau? Kita belajar bersama!" tawar Farrelia yang membuatku tersenyum.

Penawaran yang bagus!!

***

Aku bersama Farrelia kini tengah berdiskusi bersama di kedai tempat pertemuanku biasa. Sambil belajar, ada banyak hal yang kami bahas bersama, entah suasana saat ujian, pengawas yang menjengkelkan dan cara teman menyontek. Ada yang melirik teman lain, ada yang membuat kitab kecil, dan ada yang melakukan tatto dibagian betis (Np: bagi anda yang berprofesi guru mohon hiraukan ini 😂😂) terkadang, aku tertawa melihat setiap anak berusaha untuk mendapat contekan, karena memang, menyontek adalah kebutuhan.

"Ah, bagaimana kabarmu dengan Ceo itu?" tanya Farrelia yang membuatku terdiam.

Kenapa ia malah membahas tentang hal ini? Ini menjengkelkan!

"A..A-Aku tak tahu. Hubunganku kini sudah hancur" ucapku sedih, ia menatapku prihatin.

"Maafkan aku, Ansefa. Jika aku bisa membantu, aku akan membantumu, tetapi kau tahu bukan? Aku juga di posisi yang sama denganmu. Kita benar benar payah dalam hal mencintai" ucap Farrelia yang membuatku tersenyum tipis. Payah. "Tetapi kubilang kau jangan lepaskan pria itu. Aku pikir dia adalah pria yang berbeda dari yang lain" tambah Farrelia yang membuatku terdiam.

Maksudnya?

"Kau paham tentang jodoh" ucapnya yang membuatku memutar bola mataku jengah.

Sudah kukatakan aku tidak mempercayai teori jodoh. Manusia ditakdirkan bersama itu tidak ada.

"Tapi aku tidak mempercayai adanya jodoh dan takdir" ucapku kecil, tetapi Farrelia tersenyum, ia mendengar suaraku.

"Kau tidak bisa menyalahkan takdir dan menghentikan takdir. Kau seperti itu karena kau lelah dengan masalahmu. Coba kau bayangkan bagaimana pertemuanmu dengan dirinya? Mungkin aneh, tetapi itu takdir. Mungkin apa yang ditakdirkan tidak sesuai ekspektasimu, tetapi kau akan mengerti apa arti seorang yang kau cintai dalam hidupmu. Bagaikan kereta, kalian tengah berjalan membentuk sebuah memori yang mungkin kelak kau akan tersenyum jika ingatan itu terputar kembali. Jalanmu masih panjang, nikmatilah waktu bersamanya semasih kau bisa" ucapnya, aku terdiam. Jika aku membentuk sebuah memori, maka ini akan menjadi memori yang menyakitkan. Ia meninggalkanku saat aku mulai mencintainya, apakah itu dapat dijadikan pelajaran?

Hanya rasa sakit, dan yang kutahu saat aku mencintai orang tidak akan rasa sakit.

"aku pikir tidak jika akhirnya tragis"

"Kau tidak tahu bagaimana akhirnya nanti, jangankan akhirnya, hari esok saja kau tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi jangan mengambil spekulasi buruk tentang kisah cintamu. Pasti ada sesuatu yang tak kau ketahui, tetapi belum diungkap oleh waktu" ucap Farrelia yang membuatku terdiam.

That's My Old ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang