"Andai kau tahu dilubuk hatiku, aku sebenarnya sangat mencintaimu" - Someone
***
Seorang gadis terdiam dan termenung, menatap kearah sosok di bingkai tersebut. Gadis itu tersenyum, tanpa sadar ia menitihkan air matanya.
"Aku tak percaya ini" kata gadis itu dan mengambilnya. Ia menatap lekat lekat bingkai itu dan tersenyum.
"Kau masih mengisi hari hariku. Aku tahu? Aku lelah seperti ini" kata gadis itu dan mengusap air matanya.
"Tapi kau sangat keterlaluan. Sangat sangat! Aku bahkan tak tahu harus berbuat apa" kata gadis itu dan memeluk bingkai itu seolah foto dibingkai itu adalah sosok itu.
"Aku tak tahu harus menyerah atau tidak, aku juga tak mengerti harus melakukan apa. Aku seperti.. Aku tak bisa menggambarkan melalui kata kata tetapi aku sangat kacau! Kau harus tahu itu" kata gadis itu sedikit menangis.
"Aku tidak tahu, sungguh aku sudah sangat menyerah kepada semuanya" kata gadis itu putus asa dan menghela nafas.
"Tapi jika memang kau takdirku, maka aku akan menerimanya. Aku menyerah. Sangat sangat menyerah. Benar benar menyerah" kata gadis itu akhirnya.
~~~~~~~~~~~❤~~~~~~~~~
Ansefa Side
Aku terdiam dilapangan outdoor menunggu Sylvester yang membawa bola. Aku sebenarnya cukup nyaman, karena beberapa temanku bermain disini juga termasuk Sania.
"Bola datang!!" kata Sylvester masuk dan membawa bola basket di tangannya. aku tersenyum, aku melihat kearah sekeliling lapangan. Ada beberapa anak yang kenal dekat denganku berada di sisi luar lapangan, yang sudah di jaring oleh besi dan beberapa tali. Tetapi tetap, mereka leluasa melihat kearah isi lapangan.
Aku berdiri dan menunggu ketua kelompokku memperebutkan bola dari Syl.
Karena Syl adalah rivalku, tepatnya ketua dari kelompok rivalku. Ayolah, ini mungkin sangat menyenangkan.
'Hap'
Bola dilempar, dan ternyata tim Sylvester yang mendapatkannya. Aku berdecak kesal, harusnya aku saja yang menjadi ketua.
Temanku memperebutkan bola dari regu Syl, dan aku juga berusaha memblokir beberapa gerakan dari grup lawan. Aku juga nyaman walau hanya menjadi pengecoh dari grup lawan.
Di lapangan sisi lawan sepertinya kosong, aku mungkin akan kesana.
Sekarang aku berdiri sendiri dan menunggu datangnya bola.
15 menit berlalu, tetapi bola tak kunjung datang.
Tetapi tak lama, aku melihat Sylvester datang kearahku dengan membawa bola. Aku yakin ia seperti itu hanya untuk pengecoh, karena temanku sepertinya telat mengejar dirinya.
Aku memblokir pergerakan Syl, dan Syl terganggu karena perlakuanku. Aku semakin gencar memblokir pergerakan Syl.
Kini bola berada ditanganku dan Sylvester.
Kami saling merebut bola dengan jarak yang sangay dekat.
Ayolah! Ini sulit!
"Ayolah! Kalian hanya merebut bola! Jangan jadikan bola basket memjadi media pendekatakan kalian!" protes seorang temanku yang sontak membuatku dan Syl melepas bola dari gengaman kami.
Bolapun melewati garis, itu tandanya out.
Aku menghela nafas kecewa, kenapa ini bisa terjadi?
"Waktu istirahat!" pekik seorang yang membuatku sontak duduk disisi lapangan. Aku duduk didekat jaring utara, dan tak lama Sania serta Sylvester duduk menghampiri dekatku. Kami meluruskan kaki kami dan aku meminum minumanku karena haus.
"Kau payah bermain basket" celetuk Syl kepada Sania yang membuat Sania sontak menatapnya.
"Aku tidak sepayah itu!" kata Sania tak terima sedangkan Syl sendiri hanya berdecih.
Aku duduk berhadapan dengan Syl dan Sania. Jadi, posisi dudukku membelakangi jaring utara dan menghadap kearah jaring selatan, sedangkan Syl dan Sania duduk menghadap kearah jaring Utara.
Berhadapan.
Aku melihat Syl dan Sania saling bercekcok yang membuatku tak peduli. Aku melihat kearah Syl yang menatap kearahku seakan ia malas meladeni Sania. Tetapi, tak lama Syl menatap lama kearah Jaring dibelakanhku.
Tatapannya begitu aneh.
Tak lama Syl menatap kearahku lagi dan aku menatapnya bingung.
Ada apa?
Syl duduk mendekatiku, dan aku bingung apa yang dilakukan Syl.
"Ansefa, apakah kau lelah?" kata Sylvester yang membuatku tersenyum.
"Tentu, memang kau akan melakukan apa?" tanyaku Antusias, sedangkan aku melihat Sania tampak tak perduli terhadap kami.
Aneh.
"Sini, aku temani" kata Syl yang membuatku horor. Itu aneh.
Aku terdiam saat Syl mengelap keningku yang dipenuhi keringat, dan aku semakin kaget saat Syl tersenyum kearahku dengan jarak yang dekat.
Apa maksud dari tindakan Syl?
"Seseorang tengah menatapmu dari setadi" bisik Syl kecil yang membuatku mengerutkan keningku. Aku melihat Syl berdiri dan tersenyum kearahku.
"Aku akan mengambil minum untukmu!" katanya keras dan melangkah pergi meninggalkan aku dan Sania.
Aku semakin mengerutkan keningku bingung dan ikut berdiri, disusul oleh Sania.
"Aku mau ke kelas, apa kau mau ikut?" tawar Sania yang membuatku mengangguk. Aku menghela nafas lelah dan menatap kearah jaring sampingku.
Aku terdiam, seseorang kini tengah menatapku. Benar kata Sylvester!
Ceo itu kini menatapku dari setadi rupanya! Pantas saja Syl melakukan hal itu!
aku melihat Ceo itu tersenyum. Aku memilih membuang muka dari dirinya dan melangkah pergi meninggalkannya.
Aku ingin melupakannya..
***
Aku dan Sylvester kini dikelas, hanya aku , Sania dan Syl. Kami duduk di kursi yang berdekatakan dan aku terdiam.
Ada apa dengan Ceo itu?
"Tadi aku melihat Tn. Archilla menatap kearahmu terus" kata Sania yang membuatku sontak menatapnya.
Seorang Sania saja peka terhadap Ceo itu.
"Bisakah kalian jelaskan apa yang terjadi? Kenapa tiba tiba ia bisa menatap kearahku?" tanyaku bingung, Sania dan Syl menghela nafas.
"Jadi tadi ia berada di jaring dibelakangmu. Ia melewati jaring di belakangmu dan menatap kita bingung. Aku mendekatimu, tetapi aku tak tahu jika ia berhenti di jaring sebelah kita" jelas Syl yang membuatku mengangguk.
Aku sebenarnya gugup, tetapi aku juga sakit hati. Apakah ia masih menyukaiku? Jika ya, kenapa ia meninggalkanku?
Untuk kesekian kalinya, aku tak mau jatuh kedalam dirinya dan kedalam ekspetasiku lagi..
Dari pada aku jatuh kelubang yang sama?
Haiii author here ✌ maaf kalo ceritanya jelek, mood author udah ancur 😂😂 hati authot sakit sesakit sakitnya 😂😂 *lebay*
But i hope you'll enjoy
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Old Man
Romance[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahwa sebuah pertemuan dengan seorang CEO muda ini ternyata membawa dampak buruk baginya. sebuah pertemuan, yang membuat ia terjebak dalam suatu...