ANSEFA SIDE
Aku terdiam dalam kesunyian sekarang, kecanggungan yang menguasai ruangan sebesar ini seakan memekikku. selesai aku merawatnya, ia kini tertidur pulas di sofa ruang tamunya. Aku berniat untuk pulang meninggalkannya, tetapi ia bisa saja marah padaku nanti apalagi saat ia melemparkan bertubi tubi ancaman untukku.
Memyebalkan.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya yang membuatku terkejut, nyaris membuatku terjatuh dari dudukku di sofa ini.
"Kau tidak tidur?" tanyaku gugup dan masih kaget, ia menggeleng dan membuka matanya. Ia membangunkan tubuhnya dan duduk disampingku saat ini.
"Bagaimana bisa aku tertidur dengan pulas, jika pujaan hatiku kini tengah gelisah? Katakan apa yang kau pikirkan saat ini?" tanyanya yang membuatku mengigit bibir bawahku. Haruskah aku mengatakannya?
Ia tertawa kecil dan mengelus rambutku pelan. Ia menatapku yang membuatku merasa nyaman. Apakah ini tidak memalukan?
"A-aku.. A-aku memiliki sebuah pertanyaan yang mungkin tak berguna bagimu, tapi itu bisa menjadi pertanyaan besar untukku" ucapku, ia hanya terkekeh kecil.
"Hal apapun yang kau anggap besar adalah hal yang berharga untukku. Sekarang, katakan saja apa yang kau pikirkan?" tanyanya, aku mengepalkan tanganku kuat, nafasku menjadi sesak sekarang. Aneh.
"Kenapa kau mencintaiku? Kau belum tahu semua sifatku dan sikapku sangat buruk padamu. Kenapa kau menyukaiku? Berikan padaku sebuah alasan yang rasional padaku" ucapku dan aku bisa bernafas lega sekarang. Ia tersenyum dan melepas sentuhan tangannya terhadap rambutku.
"Karena... Kau mirip dengan seseorang dari masalaluku. Kau sangat mirip dengannya. Hanya saja dulu dia meninggalkanku" ucapnya yang membuatku terdiam. Jadi, dia mencintaiku karena fisikku? Karena aku mirip dengan masa lalunya? aku hanya tersenyum, tetapi aku menahan rasa sakitku. Poker face, frase itu yang tepat untukku.
"Aku paham sekarang" ucapku pelan dan singkat, ia hanya tersenyum.
Dasar pria tidak peka!
"Sepertinya aku harus pulang. Aku ada sedikit urusan dengan rumahku sekarang" ucapku dan bangkit dari dudukku, disusul olehnya.
"Aku antarkan ke rumahmu" katanya, sontak aku menggeleng. Tidak.
"Aku bisa sendiri." ucapku seraya tersenyum dan tanpa mengatakan apapun aku melangkah meninggalkannya. Sedangkan ia hanya terdiam, dan aku rasa ia tersenyum terhadapku.
Perasaanku sakit sekarang.
~~~~~~~~~~~~❤❤❤~~~~~~~~~~~
Aku terduduk disebuah kedai kecil menunggu seseorang. Ditemani oleh secangkir kopi, aku terdiam.
'Kring'
Aku mendengar suara bel pintu tamu, aku menatap kearah sumber suara.
Ah, Diana..
Ia datang. Dia memintaku untuk datang kesini karena ia ingin mengatakan sesuatu katanya. Aku tidak tahu dia ingin mengatakan apa, tetapi sepertinya itu cukup penting.
Dengan nafas yang tersengal sengal, ia duduk di kursi yang berhadapan denganku. Aku hanya mengerutkan keningku saat aku menatapnya. Ada apa dengan orang ini?
"Ansefa!! Kau harus berhati hati pada Pria itu!" kata Diana kepadaku yang membuatku mengerutkan keningku. Berhati hati pada pria siapa?
Tak lama, seorang pelayan menghampiri kami dan Diana memesan minuman apa yang ia mau. Aku terdiam akan perkataan dia sebentar, siapa pria yang dia maksud? Setelah ia selesai memesan apa yang dia mau, aku langsung menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Kau tau? Ceo itu sudah sangat keterlaluan!" ucap seseorang yang membuatku terdiam.
"Bisakah kau tidak menceritakan ceritamu secara terputus putus? Jika kau menceritakan seperti ini aku tak akan mengerti" ucapku kesal. Perasaanku kini sedang kalut, dan ditambah ia mengatakan seperti itu bisa membuatku hancur.
"Aku akan menceritakan semuanya dari awal dan terperinci" katanya, aku mengangguk. Tak lama, seorang pelayan memberikan sebuah minuman kepada Diana da Diana menerimanya. Pelayan itu kembali pergi.
"Aku memiliki seorang sepupu. Ia bernama Gionova. Aku menceritakan bahwa aku memiliki seorang teman yang memiliki seorang Ceo Archilla. Dan ia menceritakan hal yang mengejutkan tentang hubungan dirinya dan Ceo itu dulu" ucap Diana yang membuat perasaanku semakin terpuruk.
"Dia meninggalkan sepupuku saat Ceo itu mendekati sepupuku tanpa alasan yang jelas. Dia pemberi harapan palsu! Kuharap, kau harus mengakhiri hubunganmu dengan Ceo itu sebelum nasibmu seperti sepupuku" ucap Diana dan menegluk sekali minumannya.
"Aku harus pergi, sampau jumpa" ucap Diana dan meninggalkanku sendiri dengan pikiran yang kalut.
Kenapa semua seperti ini?
Apakah aku adalah korban selanjutnya?
Jika ya, maka aku akan mengubur perasaanku sedalam mungkin.
Apakah aku akan seperti wanita itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Old Man
Romance[PRIVATE, PLEASE FOLLOW ME IF YOU WANT TO READ IT] Ansefa, seorang gadis berumur 17 tahun tidak menduga, bahwa sebuah pertemuan dengan seorang CEO muda ini ternyata membawa dampak buruk baginya. sebuah pertemuan, yang membuat ia terjebak dalam suatu...