2. Titisan malaikat?

2.4K 109 30
                                    


Meyla

Tok ... tok ...

"Mey ... bangun, nak. Buka pintunya ... itu tante yang mau make up kamu udah datang, " kata bunda.

"Ya tuhan ... berisiknya ini baru jam 5 pagi, Bun ... kenapa harus sepagi ini dandannya," keluhku.

Bunda tidak menjawab dari balik pintu. Ahhh aku segera turun dari kasur. Rasanya seperti kakiku tidak menapak di lantai tapi bukan hantu lo ya.

Bukanya aku menyerah tetapi lebih karena tidak ingin berdebat sama bunda. Dia bunda yang melahirkanku dan di bawah kakinya ada surgaku. Setidaknya hal itu berlangsung sampai nanti jam 9, setelah jam 9 lewat 1 detik letak surgaku berpindah ke seorang lelaki ... itupun kalau dia tepat waktu mengucapkan ijab kabulnya.

Setelah membukakan pintu, aku langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan diri dan dilanjutkan dengan melakukan kewajiban pagi hari sebagai seorang muslim ... tapi kali ini aku sengaja berlama-lama karena memang ingin buat tante tukang make up ku sebel .... Kalau ada yang nanya bagaimana wajah tante itu cuma ada satu kalimat 'kaya cucian kotor di sudut ruangan' tapi aku tidak peduli biarkan mereka menunggu lama ....

"Ya Allah, nak ... Nggak usah lama-lama juga doanya. Kasian tantenya nunggui kamu," keluh Bunda.

"Yah ... Bun, acaranya juga baru dimulai jam 9. Kenapa harus dari subuh buta dandannya ... masa muka aku kaya topeng harus berjam-jam."

"Nggak usah protes deh Mey, nurut aja mana pernah seorang ibu ngejeblosin anaknya ke kandang harimau," kata bunda.

"Iya ... tapi banyak ibu-ibu di luar sana yang ngejeblosin anaknya ke kandang om-om bangkotan," Keluh aku sambil berjalan ke meja rias.

"Siapa yang kaya gituh? Ihh kejam amat sih sama anaknya sendiri," Bunda bertanya dengan sok polosnya.

"Jangan bilang bu Ani yang rumah di ujung itu?" Kan dasar emak-emak kompleks hobinya gosip.

"Tau ah gelap, Bun," lanjutku "kok gelap sih kan lampunya nyala," balas Bunda. Oke harus diberhentikan juga percakapan yang tidak penting ini sekarang juga dengan cara mingkem.

Sudah hampir berjam-jam aku di make up dari satu lapis masih ringan, dua lapis bedak, ok agak berat dan terakhir tiga lapis bedak, dan ini ohh noo ... rasanya kaya aspal yang ditempokin ke muka ... berat.

Pertanyaannya kenapa harus banyak lapisan dan setebal ini. Dan pertanyaan ini hanya bisa di jawab mbah google.

"Tan ... bisa dihapus nggak make up nya," Cicitku sedikit takut,

"Buat senatural aja tan ... make up nya kalau bisa satu lapis aja," ulangku kembali.

Dengan berat hati dan sedikit dumelan si tante menghapus make upku. Aku nggak peduli mereka bilang apa di luar sana kan aku bayar jasa mereka ... so aku raja ehh salah ratu dong ya ... dan seorang ratu perkataannya adalah titah hehehe.

"Huuh ... huuuh," tarikan napasku terdengar berat dan jantung ini rasanya ... sulit di deskripsikan. Jam sudah mendekati 08.45 dan sepertinya acara sudah dimulai.

"Ya tuhan kok mata kiriku berkedut ya sejak tadi malam ... jangan bilang jodohku jelek. Seperti kata orang jaman dulu kalau mata kiri yang berkedut akan menangis."

Perlukah aku mengintip ke luar. Tidak tidak nanti aku di cap cewek ngebet lagi. Mungkin ada yang bertanya pernahkah kami bertemu sebelum akad nikah. Jawabannya tidak, pernah sekali janjian dan itupun aku berusaha menghindari dengan alasan pergi keluar kota karena seminar, padahal nyatanya pergi jalan-jalan ngabisin uang. Apa nggak pakai lamaran dulu, jawabannya tidak kerena seminggu setelah mendengar perjodohan itu, aku melihat undangan nikah dengan nama ku.

Pernah juga sahabatku Mae bertanya kenapa aku tidak menerima perjodohan ini dengan lapang dada. Mungkin jawabannya umurku masih 23 tahun, masih ingin berkarier dan masih ingin melihat dunia.

Ucapan seseorang menyadarkan lamunanku.

"Ayo keluar suamimu menunggumu," Bunda berkata padaku yang baru saja melamun.

Apa aku sudah resmi jadi istri seseorang ... padahalkan tadi cuma ngelamun selama beberapa detik ehh salah deh menit aja biar pas.

Aku bahkan tidak sadar ijab kabul telah dilaksanakan. Aku telah resmi berpindah tanggung jawab dari ayahku ke suami yang tidak aku kenal.

Aku menuruni tangga diapit oleh bunda dan tanteku ... ku tundukkan wajahku bukan karena lantai lebih menarik atau karena aku tidak PD, tetapi karena aku takut terjatuh karena high heel yang tidak biasa aku gunakan dan berguling-guling di tangga dan seterusnya yang terjadi adalah aku akan ber-honeymoon ria di rumah sakit dan ditemani dokter ganteng tapi kan sekarang harus jaga mata dari yang ganteng-ganteng dan hot di luar sana.

Dan sekarang aku telah sampai di meja akad nikah, masih dengan menunduk. Dan dari samping walaupun kepala ku tetap ke arah depan, dapat ku lihat lelaki di samping ku lebih tua dari ku, tapi bukan om-om gendut sieee... tubuhnya agak jantan sieee... tapi kan tetap aja tidak tau dalamnya...sekarang kan banyak cowok jantan di luar tapi 'bengkok' di dalam.

Setelah menanda tanggani surat-surat penghulu mempersilahkan kami berdiri saling berhadapan untuk menyerah mas kawin.

Aku berdiri berhadapan dan mulai mengangkat kepala ....

Deg ... deg ....

satu ... dua ... tiga ... OMG, cuma satu kalimat pertanyaan yang ada di otakku ....

'Apa suamiku titisan malaikat?'

"Ekhemmm ...." Suara seseorang.

Putra

Aku menunggu mempelai wanita datang ke ruangan ijab kabul dan setelah sekian lama aku terkejut ketika melihat ke arah tangga. Ada 3 orang wanita yang berjalan beriringan dengan langkah yang anggun tapi lambat a.k.a lelet.

Yang jadi pusat perhatianku adalah wanita yang berada di tengah. Ok dia cantik, warna kulitnya putih, tinggi standar wanita Indonesia yang jika dibandingkan dengan mantan dan incaranku, dia pasti kalah. Tapi yang jadi nilai plus baginya yaitu kecantikannya terkesan natural ... tidak seperti mantanku yang kalau mau jalan ke mall aja, dandanannya seperti menghadiri pesta topeng. Ok berhenti menilainya ....
'Kan belum tentu apa yang terlihat mencerminkan hatinya' bisik sisi iblis ku.

Tak terasa dia sudah berada di sampingku. Aku tau dia melirikku dari samping walaupun tanpa menolehkan kepalanya. Penasaran juga dia ternyata denganku. Setelah acara tanda tangan surat-surat. Pak penghulu meminta kami untuk berdiri dan saling berhadapan. Dalam hati kecil ku berkata dia pasti akan terpesona dengan wajahku ... ok kalian pasti bilang aku ke PDan ... tapi itu real hasil survey yang telah kulakukan selama bertahun-tahun. Bahkan pernah ada wanita yang terjatuh ke got karena wajahku, ada pelayan wanita yang pingsan karena melihat badan kotak-kotakku ....

Aku berdiri berhadapan dengan dia. Dia belum juga memandangku ... ok kita kasih waktu dia bernafas sebelum dia pingsan dan kejang-kejang melihatku ....

'Satu ... dua ... tiga ....' hitungku dalam hati bersamaan dengan dia yang menggerakkan kepalanya.

Matanya memandang mataku dan ku balas dengan senyuman malaikatku. Apa aku bilang dia terkejutkan. Bola matanya saja sampai membulat dan ingin keluar untuk menemui ku.

"Ekhmmm ...." dehaman yang ku keluar dari mulutku yang memang kusengaja agar kaki dia kembali menapak di bumi.

"Jaga mata dan iler loe ... jangan sampai netes di lantai, kasian pembantu bersihin dan gue yakin bekas iler loe nggak ilang dalam seminggu." Bisik aku.

****

TBC

Hai ... hallo, selamat malam dan selamat menikmati. Tolong tinggalkan jejak ya. buat yang udah baca maupun yang tak sengaja mampir aku sayang kalian. muachh

Pasanganku AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang