27. Married?

1K 42 7
                                    


Belum sempat Putra membaca seluruh surat dari Meyla. Terdengar suara ketukan dari arah pintu. Putra lalu menghapus air mata yang keluar secara kasar dengan lengan kemejanya. Sungguh dia sangat rindu pada Meyla.

"Masuk!" Putra memberi perintah kepada yang mengetuk pintu kerjanya.

Tak lama kemudian masuklah Arjuna-sepupu Meyla. Dengan terburu-buru dan tak sabaran. Sambil menghela napasnya.

"Ma ... af, ada berita buruk," ucap Arjuna sambil mengelus dadanya akibat berlari.

Putra terlihat binggung, tapi kemudian raut wajahnya menjadi terkejut saat Arjuna berkata, "Meyla akan menikah lagi," katanya "Dan sialnya lagi pernikahan akan dilaksanakan besok pagi di Paris."

Putra terdiam mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Arjuna. Tapi tak lama kemudian dia berteriak,"Apa!!"

Arjuna hanya bisa memanggutkan kepalanya. Dia juga bingung dengan isi pikiran dan otak sepupunya itu. Meyla itu aneh pakai banget, dan yang lebih membuat kesal adalah mitos-mitos Meyla.

"Paris?"

"Iya"

Putra bergegas pergi sambil menghubungi sekretarisnya. Meminta agar dia mencarikan tiket ke Paris sekarang juga. Gila ... Putra keluar kantor terburu-buru. Bahkan dia meninggalkan Arjuna sendirian di ruangannya. Dia bahkan hampir menabrak beberapa orang yang di lewatinya. Memang cinta dapat membalikkan dunia.

««~~~~~~~~~~»»

Putra bergegas turun dari taksi yang ditumpanginya. Dia menerobos lautan orang di depannya. Sambil sesekali matanya mencari orang yang telah menandai hatinya. Dia bergumam dalam hati, "Semoga Meyla belum menikah."

Putra tidak bisa tidur selama perjalanan Jakarta-Paris. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama. Dia hanya menggumkan nama itu sepanjang penerbangan. Dia berharap bahwa dia tidak terlambat. Dia hanya ingin membawa wanita itu kembali kehidupannya. Dia tidak perduli apakah nanti wanita itu bisa hamil atau tidak. Dia ingin egois sekali saja. Dia hanya ingin.

Meyla ... tak ada yang lain.

Sejujurnya dia tidak membawa pakaian atau perlengkapan apapun. Putra terburu-buru. Dia hanya mengenakan pakaian yang terbalut dibadan dan smartphone miliknya. Bahkan smartphone miliknya pun hampir lowbet. Dunia seakan tak berpihak padanya.  Beberapa kali pramugari menawarkan makanan dan minuman kepadanya. Tapi hanya dijawab gelengan kepala olehnya. Suami mana yang nafsu makan saat istrinya akan menikah lagi?

Putra tidak bernafsu untuk makan. Entah kenapa lidahnya pahit, dan jantungnya berdetak dengan kencang. Dia bertanya dalam hati, apakah masih sempat mengejar pernikahan Meyla.

'Setelah ini aku harus sekolah pilot,' pikir Putra karena marah dengan gerak pesawat yang lambat.

Andai saja bisa, dia ingin sekali mengendarai ini pesawat. Membawa pesawat ini lebih cepat agar bisa membatalkan pernikahan Meyla. Tiba-tiba hatinya sakit, semudah itukah Meyla melupakannya. Bahkan belum genap satu bulan. Perceraian pun belum diputus oleh pengadilan agama.

'Apakah Meyla ingin menganut sistem poliandri.'

Putra kemudian menggelengkan kepalanya mencoba mengusir apa yang dipikirkannya. Meyla bukan penganut sistem 'Satu cangkir, dua teko.' Meyla adalah wanita baik yang berhasil mengambil hatinya.

Tak terasa, akhirnya tiba juga Putra di kota yang terkenal sebagai kota romantis. Tidak ada waktu baginya untuk berlama-lama di dalam pesawat. Dengan kekuatan lelakinya dia berjalan cepat cenderung lari untuk keluar dari bandara. Bahkan beberapa kali dia mendapatkan sumpah-serapah berbahasa Inggris dan France dari orang-orang yang di tabraknya.

Putra tidak peduli, walaupun dia tahu apa yang dikatakan mereka. Sekarang yang terpenting dan dia perdulikan sekarang hanya istrinya dan akan selalu menjadi istrinya sampai akhir hidupnya. Dia harus bergegas agar harapan itu tidak hanya menjadi kalimat kosong untuknya.

~~~~~

Langit Eifell sedang bersedih, rinai hujan mulai turun. Semoga saja kenyataan yang didapat Putra nanti tidak akan menambah buruk suasana langit Paris.

Paris sangat indah saat hujan, tapi dia tak ada waktu untuk menikmati cantiknya pemandangan kota Napoleon ini. Putra harus ingat tujuannya kesini. Bukan lukisan Monalisa tapi Meyla tujuan akhirnya.

Dia menyetop taksi kemudian bergegas menyuruh sang sopir untuk menjalankan taksinya. Dia harus cepat. Sesekali dia mengotak-atik smartphone miliknya. Mencoba untuk menghubungi Meyla dan berusaha untuk mengubah keputusan Meyla di detik-detik terakhir.

Tak tersambung .... "Sial!!"

Putra berteriak kesal, sekarang apa lagi yang harus dia lakukan. Sang sopir taksi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia sudah sering mendapatkan penumpang yang frustasi dalam mengejar cintanya.

Sang sopir pun hanya bisa membantu dengan melajukan taksinya lebih cepat. Menembus jalanan kota Paris yang ramai. Tak lama kemudian, taksi tersebut telah sampai di tempat resepsi.

Putra bergegas keluar dari taksi, tentu setelah dia membayar tanpa kembalian. Tak ada waktu hanya untuk sekedar menunggu kembalian. Ingat 'Waktu adalah Uang.' Tapi uang bahkan tak akan berarti jika mengejar waktu

Hamparan rumput luas, angsa-angsa yang sedang sibuk berenang di danau buatan yang cukup indah. Banyak orang yang berpakaian resmi, dominan berwarna hitam dan putih menjadi lautan manusia yang berada disana. Lautan manusia yang sedang memandang ke-satu titik.

Putra bergegas berlari. Dia menerobos lautan orang di depannya. Sambil sesekali matanya mencari orang yang telah menandai hatinya. Dia bergumam dalam hati, "Semoga Meyla belum menikah."

Terlambat ....

Kata itulah yang ada di pikiran Putra ketika dia melihat Meyla sedang berdansa dengan mempelai laki-laki. Mereka tampak bahagia, saling melempar senyum, saling berbagi cinta lewat tatapan mata.

TBC

Votement ya all 😉

Pasanganku AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang