Putra terbangun di sebuah kamar, ruangan asing baginya. Dia memandang seisi kamar mencoba mengingat apa yang terjadi. Dia pingsan di pesta pernikahan istrinya, Meyla. Sungguh tragis sekali nasibnya.
"Ekhm ...." suara seseorang yang berhasil menari perhatian Putra.
Di carinya asal sumber suara itu, ternyata berasal dari balkon kamarnya. Dari tempat tidur dia bisa melihat tubuh seorang wanita dengan baju yang bergerak-gerak mengikuti tiupan angin.
Putra mendekat dan dia menemukan Meyla sedang berdiri sendiri di kegelapan dan dinginnya malam. Meyla menatap lurus menuju bangunan yang paling indah di kota Paris. Bangunan yang sangat indah dengan hiasan lampunya.
Hmm ... tarikan napas Meyla terdengar oleh Putra yang sedang berada di belakang Meyla. Putra sedang asik menyimpan bentuk dan wangi Meyla dari belakang. Memasukkan sebanyak-banyaknya memori tentang Meyla yang kini sudah jadi milik orang lain.
Meyla berbalik, dia terkejut ternyata Putra ada di belakangnya. Layaknya dejvu ... dulu dia yang berada dibelakang Putra tapi sekarang Putra yang ada di belakangnya.
"Hai ...," ucap mereka bersamaan.
"Hello ...." lagi-lagi bersama. Mereka saling bertatapan dan kemudian tertawa bersama.
"Hm ...," ucap Putra sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia sungguh bingung harus mulai bicara dari mana. Meyla yang melihat tingkah Putra tak seperti biasanya pun bingung.
"Kamu kenapa?" tanya Meyla sambil memegang dahi Putra, mengecek suhu tubuh Putra.
"Aku baik-baik saja, sayang," ucap Putra. Bolehkah sekarang Meyla berteriak sambil berloncat-loncat karena dia baru saja mendengar kata sayang dari mulut mantan suaminya.
"Aku mau jujur," ucap Putra cepat.
"Aku mencintaimu, Mey ... sangat mencintaimu."
"Aku tidak perduli kamu bisa hamil atau tidak lagi, yang terpenting aku bisa menghabiskan sisa hidup bersamamu."
"Angela, bagaimana?" tanya Meyla bingung.
"Aku sudah putus dengan Angela, lebih tepatnya ketika kamu di rumah sakit aku memutuskannya."
"Masalah surat cerai, bukan aku yang mengirimnya tapi Angela," lanjut Putra.
"Aku mencintai mu, Mey. Kumohon kembalilah padaku." Putra pun berjongkok di hadapan Meyla, kemudian memegang tangannya. Meyla hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.
"Hai ... honey." Suara yang sukses membuat Putra terkejut dan bingung.
"Terlambat Put ... kamu terlambat," ucap Meyla sambil melepaskan tangannya yang di pegang Putra dan kemudian menghampiri Daniel pria setengah France dan Indonesia.
Mereka berpelukan di hadapan Putra. Putra hanya bisa meremas tangannya saat dia melihat Daniel mencium kening Meyla. Golok mana golok, Putra amat membutuhkan barang itu.
"Put ... kenalkan ini Daniel, su ... a ... mi ... ku," kata Meyla mengeja dan sengaja memberikan penekanan.
"Dan hon ... ini Putra, mantan suamiku, " sambung Meyla.
Putra hanya bisa berdiri terdiam. Sungguh amat getir hatinya. Mau mana lagi dia yang mengacuhkan Meyla. Sekarang dia dapat balasannya. Bukankah karma itu berlaku.
Kedua pasangan sejoli itupun pamit pada Putra. Mereka ingin menghabiskan makan malam bersama. Ingin rasanya Putra menghalangi rencana mereka.
Putra menghabiskan waktu di kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air. Berharap air dapat membasuh hatinya yang terluka. Dia terluka oleh cintanya.
Oke ... dia dapat merasakan seperti ini lah sakitnya Meyla dulu.
««~~~~~~~~~~»»
Keesokan paginya.
Sekarang Putra duduk di meja makan dengan pemandangan mengiris hatinya. Meyla sedang asik melayani Daniel di Meja makan. Ohh ... Putra jadi ingat kenangan yang sama saat mereka bersama.
Putra harus cepat menghabiskan makannya dan pulang kembali ke Indonesia. Dia tidak ingin mengotori matanya dengan adegan kemesraan mereka.
Tapi pikirian Putra berubah seketika saat dia memandang jari manis Meyla.
Awalnya Putra putus asa, dia seperti tidak mempunyai semangat lagi untuk merebut Meyla. Layaknya kapal yang sudah karam seperti itulah pikiran Putra terhadap nasib rumah tangganya. Tapi kemudian pemikiran itu sirna seketika ketika dia melihat cincin kawin pernikahannya masih betah di jari manis Meyla. Itu artinya,
Meyla masih cinta dia ...
Rumah tanggal mereka belum sepenuhnya tenggelam ...'Tapi kenapa Meyla melakukan ini semua?' tanya Putra dalam hatinya. 'Pasti Meyla sedang bermain-main dengannya ... oke lah kalau begitu let's play the games.'
Lamunannya terhenti ketika dia melihat Daniel sedang memberi suapan pada Meyla. Putra hanya bisa mendengus tidak suka. Dia butuh sianida sekarang, agar dia dapat menghancurkan kemesraan mereka.
"Hon ... kamu hebat deh malam tadi," kata Daniel kepada Meyla.
Meyla yang mendengar kalimat itu hanya bisa tertunduk malu. Muka Meyla seperti cabe merah. Dia sangat malu terutama pada Putra yang menatap seperti ingin mengunyah Daniel.
"Hon ...," panggil Daniel "Jangan menunduk seperti itu, sayang muka yang cantikmu tak terlihat," lanjut Daniel sambil memegang dagu Meyla.
"Hon ... jangan bicara tentang semalam," ucap Meyla "Tidak enak dengan tamu kita," sambungnya lagi sambil melirik ke arah Putra.
Kawat ... mana kawat ... Putra ingin gantung diri saja. Dia tidak tahan lagi, pertama, dia melihat kemesraan yang bisa membuat matanya buta seketika. Ke-dua, telinganya gatal ketika mendengar rayuan mereka berdua. Dan ke-tiga, hatinya sakit dan badannya panas ingin menghajar orang yang ada di depannya.
"Malam ini, lagi ya hon!" ucap Daniel.
Putra sudah tidak tahan lagi menjadi obat nyamuk di antar sapi yang sedang pacaran. Dia berdiri tiba-tiba sampai-sampai kursi yang di duduki Putra terjatuh menimbulkan suara keras.
Dumm ....
"Maaf, saya sudah selesai." Putra berjalan menjauhi mereka. Samar-samar Putra mendengar senda gurau di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Aneh
HumorPutra harus berhadapan dengan wanita cantik tapi sangat aneh. Wanita satu-satunya yang percaya dengan mitos di zaman modern. Tapi bukankah cinta tak hanya bisa menerima lebihmu, tapi dia juga harus bisa memeluk kekurangamu. Cinta tak hanya membuatmu...