24. Air Mata

1K 44 10
                                    


Author POV

Sudah hampir sejam Meyla menangis. Masih dalam pelukan hangat Putra,Dia sudah kehilangan harapan satu-satunya pewaris Putra yang akan menemaninya ketika dia bercerai dengan Putra. Sekarang apa yang harus dia lakukan. Tidak mungkin kan dia meminta Putra untuk memberi dirinya seorang anak lagi sebelum bercerai.

Putra pun hanya bisa memeluk Meyla dalam diam. Bajunya yang dipakainya sudah basah akibat tangis Meyla yang tak henti-hentinya. Jangankan Meyla, Putra saja merasakan kebimbangan ketika dia mengambil keputusan untuk menghilangkan calon anaknya.

Sekarang putus sudah harapan Putra untuk mempertahankan rumah tangganya. Putra tidak punya alasan untuk membuat Meyla bertahan di sampingnya. Putra yakin Meyla akan memilih meninggalkan dirinya dan pergi dengan cowok misterius di cafe itu.

Mereka kehilangan pengikat hubungan mereka ....

Karena merasa kasihan dengan kondisi Meyla yang terus menerus menangis. Akhirnya Putra mencoba untuk membaringkan tubuh Meyla di kasur. Ketika Meyla sudah berbaring dan sudah mulai tenang walaupun masih tertinggal ingisan sedih, Putra ingin pergi untuk mengganti bajunya yang basah oleh air mata Meyla.

Baru saja Putra ingin membalikkan badannya. Dia terkejut dan berhenti berjalan karena tangannya sedang di tarik Meyla. Putra menoleh dia melihat wajah Meyla yang pucat. Karena merasa kasihan dan tak tega akhirnya Putra duduk kembali di kasur.

Meyla hanya menggelengkan kepalanya mencoba memberi isyarat dengan Putra. Meyla kemudian menggeserkan tubuhnya ke samping kirinya. Dia memberikan sedikit tempat di kasur nya. Meyla kemudian menepuk-nepuk kasur yang kosong tersebut. Seakan paham dengan kode yang diberikan Meyla, Putra akhirnya menaikan kakinya ke kasur dan berbaring di samping kanan Meyla.

Karena kasur rumah sakit yang tak seluas dan selebar lapangan olahraga. Mereka akhirnya berbaring menyamping secara berhadapan. Mata mereka saling memandang, mencoba saling memberikan kekuatan. Tangan Meyla mulai meraba wajah Putra yang berantakan. Sepertinya Putra mengalami hari yang buruk. Putra seperti mafia dengan rambut tipis yang tumbuh di dagunya.

Meyla mulai meraba-raba wajah Putra. Dia ingin mengingat moment ini. Merekamnya dalam otaknya. Putra hanya bisa memejamkan mata menikmati sentuhan dari tangan lembut Meyla.

Putra terkejut dan membuka matanya ketika dia tidak lagi merasakan sentuhan Meyla. Putra melihat lagi-lagi Meyla menangis. Putra cemas, kalau Meyla menangis terus air matanya akan habis dan dia akan pingsan karena terlalu lelah menangis.

Entah dorongan dari mana, Putra menggerakkan tangannya. Dia memegangi kepala Meyla. Putra mendekatkan bibirnya ke wajah Meyla. Meyla hanya bisa menutup matanya.

Apakah mereka akan berciuman? menyalurkan rasa sedih mereka lewat bibir mereka?

Wajah Putra mendekati wajah Meyla. Meyla membuka matanya dia melihat kesedihan yang terlukis di bola mata hazel Putra. Meyla menutup matanya lagi ketika wajah Putra semakin dekat. Tak lama kemudian dia merasa pipinya dan hidungnya dikecup Putra.

Ohh ... tidak, Putra bukan hanya mengecup pipi dan hidung Meyla. Tetapi Putra juga menghilangkan air mata yang berada di pipi dan bibir Meyla dengan mulutnya.

Putra meminum tetesan air mata Meyla. Putra ingin menghilangkan rasa sakit dan sedih Meyla.

Mata Putra memandang ke arah bibir Meyla yang menggoda imannya. Putra menggerakkan kepalanya menuju bibir Meyla dan ketika hampir sampai terdengarlah bunyi pintu di ketuk.

Dokter Sonia berdiri di depan pintu kamar dengan senyum. 'Dasar pengganggu,' pikir Putra sambil bergerak turun dari kasur.

«~~~~~~~~~~»

Pasanganku AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang