Sudah hampir 3 jam Putra mengurung dirinya dikamar. Dia sangat malas keluar. Dia takut melihat mereka bermesraan lagi. Dia berpikir bagaimana caranya menanyakan tentang cincin kawin yang masih ada di jari manis Meyla.
Putra berjalan ke arah balkon, memandang hamparan bunga mawar beraneka warna. Sangat indah, pemandangan yang sempurna. Sesempurna wanita yang sedang berdiri di antara mawar-mawar itu.
Meyla sedang mencium mawar-mawar yang sedang mekar. Meyla sangat bahagia, dia sesekali bernyanyi-nyanyi kecil. Tanpa membuang waktu, Putra bergegas turun dari kamarnya. Dia sungguh ingin mendekati Meyla.
"Bunga yang cantik." Meyla terkejut oleh suara yang ada di belakangnya.
"Ya ... cantik."
"Bagaimana keadaanmu, Put," ucap Meyla yang kemudian membuat Putra terluka. Ya ... Putra terluka karena dia di panggil dengan nama oleh Meyla, sedangkan Daniel di panggil dengan panggilan kesayangan.
Miris ... tragis ... itulah kata yang ada di benak Putra.
"Hai ... Are you oke?" tanya Meyla menyadarkan Putra dari lamunannya.
Putra tidak menjawab dia hanya memberi isyarat iya dengan kepalanya. Meyla mulai berjalan dan Putra mengikuti langkah Meyla dari belakang. Putra memberanikan diri untuk bertanya. Dia harus berani.
"Apa kau sudah menikah dengan Daniel?"
Meyla kaget dan berpaling menatap Putra. Sambil tersenyum cantik dia menjawab. "Iya ... dia sangat pengertian pada ku."
Putra kesal, hey ... dia hanya bertanya apakah, bukan bertanya mengapa.
"Maaf ... bukannya aku tidak menghargai hati mu, tapi aku menerima pernikahan ini karena ingin melupakanmu."
"Apakah sekarang kamu berhasil melupakanku?" tanya Putra.
Meyla tidak langsung menjawab, dia berpura-pura tidak mendengar. Dia masih tetap saja berjalan, menyisir mawar-mawar ini.
Putra tidak tahan lagi dengan gerakan tangan yang cepat dia membalik tubuh meyla sambil berkata." Mey ... la."
Meyla terkejut, dia hanya menatap mata Putra sambil berkata, "Apa lagi yang kamu mau, Put?"
"Kita sudah selesai." Putra tidak terima, dipetiknya setangkai mawar.
"Lihat mawar ini, Mey," kata Putra.
"Mawar ini ibarat kamu dan duri mawar ini ibarat kekerasan hati kamu." ucap Putra sambil menunjukkan mawar itu pada Meyla.
"Aku akan menggenggam durimu, walaupun tanganku berdarah." Putra pun menggenggam duri mawar tersebut sampai tangannya meneteskan darah.
"Karena aku yakin durimu, lama-kelamaan akan lunak di tanganku." Meyla mengaduh kesakitan, dia seperti merasakan perih yang dirasakan Putra saat ini.
Tangan Putra sudah berlumuran darah. Meyla tak tahan lagi, dia takut duri mawar itu akan menancap di daging tangan Putra. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Meyla hanya terdiam.
Putra yang melihat reaksi Meyla yang hanya diam itu pun semakin menggengam duri mawar itu. Meyla yang melihat bingung. Sisi hatinya menyuruh agar dia menghentikan aksi Putra karena dia masih mencintai Putra. Tapi otaknya menyuruh agar Meyla tidak peduli dan pergi sekarang juga meninggalkan Putra.
Oke ... Meyla sudah mengambil keputusan.
Dengan cepat tubuhnya berbalik, lebih baik dia meninggalkan Putra. "Aaaahhrrggg ...." teriak Putra makin kencang. Hati dan tubuh Meyla tidak dapat dipercaya. Bukannya lari dan meninggalkan Putra sendiri, Meyla malah memegang tangan Putra yang memegang mawar sambil berhati-hati membuka telapak tangannya Putra.
Cinta itu bisa membuat kamu bodoh ...
Bodoh karena mau terluka ...Senyuman di bibir Putra pun terbit. Dia amat yakin Meyla masih sayang kepadanya. Merekapun berjalan menuju rumah kembali. Sepanjang perjalanan tak terasa lagi perih di tangan Putra. Putra hanya diam dan mengikuti langkah Meyla untuk mengobati tangannya.
Meyla mengobati tangan Putra dengan hati-hati sambil sesekali meniup-niup tangan Putra. Putra tersenyum sambil menatap muka Meyla yang terlihat cemas. Putra mulai mendekatkan kepalanya ke kepala Meyla. Mata mereka saling berpandangan, siap untuk menyatukan kerinduan mereka satu sama lain. Tinggal satu centimeter lagi.
"Honey ..." panggil Daniel dari arah tangga. Meyla pun berdiri dan menghampiri Daniel. Sedangkan Putra hanya bisa memukul-mukul sofa tempat dia duduk.
'Dasar tikus pengganggu ....'
««~~~~~~~~~~»»
Malam hari ...
Setelah makan malam, si tikus pengganggu berusaha untuk memisahkan Meyla dan Putra. Dia sungguh membuat Meyla sibuk. Sibuk agar Putra tidak dapat mendekati Meyla. Dan yang paling sungguh menyebalkan adalah saat Daniel pura-pura sariawan dan sakit perut. Sariawan agar Meyla menyuapinya, dan sakit perut agar Meyla memapahnya menuju kamar tidur.
'Modus ...,' pikir Putra sambil mengunyah dengan kasar. Tapi sesaat kemudian Putra menghentikan aksi mengunyahnya. Otaknya berpikir apa yang akan terjadi saat perempuan dan lelaki berada di kamar yang tertutup.
"Oh ... noooo, " ucap Putra sambil berdiri dari meja makan dan berlari menaiki tangga dan Putra sungguh kesal, kenapa begitu banyak anak tangganya.
Tertutup ...
Pintu kamar Daniel tertutup, samar-samar dia mendengar kata "Aww ... sakit, Daniel." dari mulut Meyla. Dia sudah tidak tahan lagi. Dengan cepat Putra membuka pintu kamar Daniel.
Putra melihat pemandangan yang mengiris hatinya ... Meyla sedang ...
Tertutup ...
Pintu kamar Daniel tertutup, samar-samar dia mendengar kata "Aww ... sakit, Daniel." dari mulut Meyla. Dia sudah tidak tahan lagi. Dengan cepat Putra membuka pintu kamar Daniel.
Putra melihat pemandangan yang mengiris hatinya ... Meyla sedang terduduk di lantai sambil memegangi jari kakinya yang terluka. Rupanya dia baru saja celaka. Celaka karena kakinya tertimpa pot bunga yang ada di kamar Daniel.
Putra bingung, dia kebingungan bagaimana bisa pot bunga di atas nakas jatuh ke lantai dan menimpa kaki Meyla. Apakah Meyla bodoh tidak bisa menghindari. Aishh ... banyak sekali pertanyaan yang hilir-mudik di benak Putra, tapi sekarang bukan waktunya dia mengetahui jawabannya. Sekarang yang harus Putra lakukan adalah mencari simpati Meyla.
Putra mendekat, berusaha membantu Meyla. Tapi sayang Daniel menghalang-halangi dia dengan aksi suruh-menyuruh Putra layaknya pembantu rumah tangga.
"Put, ambilkan alkohol."
"Put, ambilkan obat luka dan bla ... bla."
Hilang sudah kesempatan Putra untuk cari muka dengan Meyla. Sekarang muka dan harga dirinya tercoreng oleh tingkah Daniel. Putra sepertinya membutuhkan jarum, boneka, dan foto si bule Daniel. Dia ingin menyantet nih bule rese ...
Putra tidak tahan lagi ...
Dia kesal ...
Dia masih suami sah Meyla ..."Put, tolong ambilkan air putih untuk my honey," ucap Daniel kepada Putra.
Karena Putra merasa putus asa dan tidak ada gunanya lagi dia di kamar itu akhirnya dia memutuskan untuk mengambilkan air untuk Meyla. Tak apalah dia di perlakukan layaknya pembantu dan di injak-injak harga dirinya. Kalau itu bisa membuat Meyla bahagia dia akan menerimanya.
Putra pun berjalan menuruni tangga dan bergerak menuju dapur rumah megah itu. Sepanjang jalan dia hanya melamun memikirkan bahwa dia harus melepaskan Meyla. Meyla bisa bahagia dan itu bersama Daniel.
Menyerah ...
Itulah kata yang di gumamkan selama perjalanan menuju kamar Daniel. Cinta tak harus memiliki. Sakit dan perih tapi kita harus bersyukur, itu tandanya hati dan perasaanmu masih berfungsi.
««~~~~~~~~~~»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Aneh
HumorPutra harus berhadapan dengan wanita cantik tapi sangat aneh. Wanita satu-satunya yang percaya dengan mitos di zaman modern. Tapi bukankah cinta tak hanya bisa menerima lebihmu, tapi dia juga harus bisa memeluk kekurangamu. Cinta tak hanya membuatmu...