"Kenapa?" tanya Putra sambil menghapus air mata Meyla dengan jarinya.
"Gak papa ..." kilah Meyla sambil tersenyum.
"Apa doa kamu?" tanya Putra penasaran.
"Adadeh ... masa doa harus di beritahu ke orang lain, ntar malah gak tercapai."
"Ya udah ..." balas Putra sambil kembali berbaring di rumput dengan menggunakan lengannya.
Dalam hati Meyla berkata, "Aku berdoa agar aku memiliki anak darimu, agar aku dapat ...."
Dalam hati Meyla berkata, 'Aku berdoa agar aku memiliki anak darimu, agar aku dapat melepasmu pergi.'
Meyla kemudian berjalan pergi, menjauh dari Putra yang hanya melihat kepergian Meyla dengan tatapan bingung.
Sepanjang jalan menuju penginapan, Meyla menitikkan air matanya menangis dalam diam. Dia kembali teringat pembicaraan Putra ditelpon.
Flasback on
Meyla terbangun dari tidurnya, mulutnya kering. Dia kehausan dan sangat butuh air. Ketika dia ingin mengambil air di atas nakas samping ranjang.
"Ohh ... airnya habis," ucap Meyla sambil menyibak selimut dan berdiri dengan lemah.
Dia harus mengambil air ke bawah. Sebenarnya dia bisa saja berteriak dan minta tolong kepada bi Sum, tapi jangankan untuk berteriak, berbisik pun dia tidak bisa.
Dengan langkah pelan tertatih Meyla membuka pintu kamar berjalan menuju tangga rumah dengan gelas di tangan. Tapi sayang belum dia menuruni tangga dia mendengar percakapan Putra ditelpon.
"Iya ... aku sudah kecebur dan tenggelam di sungai cinta kita berdua." kaki Meyla terdiam seperti ada yang memaku di lantai.
Meyla terdiam tangannya memegang gelas dengan erat. Andai gelas itu tipis mungkin sekarang akan pecah dan tangan Meyla terluka. Dia mendengar pembicaraan Putra tapi seperti tidak ada obrolan lagi.
Dengan langkah amat pelan, Meyla mendekati Putra. Dia sekarang berdiri di belakang tubuh Putra.
"Ti ... da ... k" teriak Putra.
"Ohh, gak papa sayang," jawab Putra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir khayalannya tadi.
Meyla cuma diam memperhatikan Putra dari belakang sambil memegang gelasnya dengan erat agar tidak terjatuh. Dia harus sabar tapi sampai kapan. Di saat ini dia ingin menangis tapi juga ingin tertawa. Meyla ingin menangis karena dia salah mempercayakan hatinya. Dia juga ingin tertawa, menertawakan nasib jeleknya.
"Emm ... sayang bunda manggil aku, udah dulu ya, bye ...." putus Putra sepihak dan dengan rada keras membanting gagang telpon.
Ketika Putra berbalik, dia terkejut karena Meyla sudah ada di belakangnya.
Flasback off
Tidak ada pembicaraan selama perjalanan menuju penginapan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Meyla yang berjalan lebih dahulu memikirkan pembicaraan Putra di telpon dengan wanita yang dapat Meyla tebak pasti Angela sedangkan Putra hanya mengikuti langkah Meyla dari belakang. Putra melihat sesekali bahu Meyla bergoncang-goncang.
Dia tahu Meyla menangis, dia tidak buta maupun tuli. Dia dapat mendengar isakan tangis yang ditahan Meyla. Dia bingung tak tahu harus berbuat apa.
Putra hanya diam ....
Ketika tiba dipenginapan pun, mereka diam. Meyla langsung menuju ke kamar mandi dan berjam-jam mengurung diri di sana.
**********
Keesokan harinya, mereka harus segera kembali ke Jakarta karena Putra mempunyai pekerjaan yang menunggu dan tidak mungkin di tinggalkan.
Selama perjalanan 14 jam di udara mereka hanya diam, kaku seperti orang yang tidak pernah saling kenal.
1 bulan kemudian ....
Sudah sejak kedatangan mereka dari honeymoon yang singkat, Meyla sikapnya sangat aneh. Putra sudah berusaha mencairkan suasana dengan berbagai cara. Dari ia yang mengajak berbicara tapi balasan Meyla hanya diam atau meninggalkan dirinya. Putra juga pernah mengajak Meyla makan malam di luar tapi seribu satu alasan dilancarkan Meyla.
Wanita memang sukar dipahami ....
"Pak ... apa perlu saya pesankan makan siang," kata sekretaris Putra.
Putra menoleh sebentar kemudian berkata, "tidak perlu, saya mau makan di luar." Dan kemudian kembali memeriksa berkas-berkas penting di hadapannya.
Tak berapa lama kemudian dia mengirim pesan kepada sahabatnya agar bertemu di restoran yang biasa. Setelah itu Putra bergegas mengambil jas yang tergantung dikursinya dan smartphone miliknya, dia pergi menuju tempat janjian yang mereka telah sepakati.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan karena terkena macet, akhirnya Putra sudah sampai di restoran. Dia berjalan menuju meja yang sudah ada penghuninya. Ya ... para sahabatnya sudah datang.
Belum sempat dia duduk, sahabatnya Adnan sudah menyeletuk, "mari kita sambut calon ayah baru," katanya sambil tertawa.
Putra yang mendengar perkataan Adnan pun bingung.
"Siapa yang mau jadi calon ayah?!" tanya Putra.
"Ya ... loe lah broo," jawab Adnan sambil menepuk punggung sahabatnya.
Karena melihat ekspresi muka Putra yang bingung, dan seperti tidak tahu apa-apa. Adnan menghentikan tertawanya. Sambil menimum minumannya, Adnan berkata "Jadi Meyla belum kasih tahu loe kalau dia hamil."
"Belum," jawab Putra singkat, padat, dan jelas. Putra terlihat menahan amarahnya. Bagaimana bisa orang lain tahu lebih dahulu di banding dia yang ayah anak itu.
"Mmm ... mungkin dia mau kasih kejutan kali ama loe," kata Adnan. Dia sangat tahu sahabatnya ini sedang menahan amarahnya.
"Dan loe dah bocorin kejutan Meyla," sambung Abrar, kakak dari Adnan sekaligus pemilik restoran ini.
"Aishh ... mana gue tau," kilah Adnan.
"Ceritakan gimana jadi loe tau tuh berita," perintah Putra tegas.
"Jadi gini ceritanya, dua minggu lalu gue ke RS tempat cewek gue praktek. Nah gue berpapasan ama istri loe. Dia keluar dari ruang praktek pacar gue. Ketika gue tanya apakah dia hamil, istri loe cuma senyum terus pamit pergi deh ama gue," kata Adnan panjang kali lebar. Adnan kemudian meneguk minuman miliknya.
Dia kembali berkata,"Sumpah karena gue kepo, ya gue wawancarain pacar gue dan kata pacar gue, istri loe positif hamil."
"Udah segitu doang mah ...."
Putra mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa Meyla merahasiakan hal sebesar ini pada dirinya. Dia juga berhak atas anak itu. Dia juga menyumbang setengah.
Dia tak nafsu makan lagi. Dia harus membuat perhitungan pada Meyla. Dengan marah dia pergi dari restoran tanpa pamit kepada sahabat-sahabatnya. Putra menyetir mobil dengan kecepatan tinggi dia tidak perduli orang lain. Yang penting saat ini adalah amarahnya.
Setelah sampai di parkir apartemen miliknya. Dengan langkah cepat dia menuju apartemen miliknya, memasukkan kode di pintu, kemudian membuka pintu lalu menutupnya dengan keras.
Meyla yang sedang membuat susu hamil pun terkejut. Dilihatnya Putra pulang cepat dari kantor. Meyla berpikir tidak biasanya hal ini terjadi pada Putra. Ketika dia ingin bertanya pada Putra.
Putra sudah memegang tangan Meyla yang sedang memegang gelas susu, dan gelas itupun terjatuh dan pecah.
TBC
Maaf lama updatenya. Jangan lupa votemant ya. I love u all
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Aneh
HumorPutra harus berhadapan dengan wanita cantik tapi sangat aneh. Wanita satu-satunya yang percaya dengan mitos di zaman modern. Tapi bukankah cinta tak hanya bisa menerima lebihmu, tapi dia juga harus bisa memeluk kekurangamu. Cinta tak hanya membuatmu...