Meyla mendapat nomor smartphone Putra. Ketika ingin memencet nomor tersebut Meyla dikejutkan dengan bunyi bel rumah.
"Siapa yang malam-malam bertamu," gumam Meyla sambil berjalan menuju Pintu rumah. Meyla membuka pintu rumah dan terkejut melihat keadaan Putra yang kacau.
Baju yang acak-acakan di tambah bau minuman yang sangat tajam yang di cium oleh indra penciuman Meyla. Meyla tidak habis pikir kenapa banyak orang yang lari ke minuman keras.
Hallo ... minuman keras tidak dapat menyelesaikan masalahmu. Masalah hanya dapat di selesaikan jika otakmu sehat dan sadar. Tangan Meyla membantu Putra untuk berjalan, tapi dengan kasar Putra menyingkirkan tangan Meyla, berlalu dari hadapan berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju kamar. Meyla hanya mengikuti langkah Putra dari belakang dan sesekali membantu Putra yang ingin terjatuh.
Sesampai di kamar Putra berbaring di kasur dan Meyla membantu Putra melepaskan pakaian dan sepatu Putra. Meyla menuju kamar mandi dan mengambil air hangat serta handuk. Meyla membersihkan tubuh Putra tapi kegiatannya terhenti karena Putra menarik tangan Meyla sehingga wajah Meyla menabrak dada bidang Putra. Meyla menatap Putra bingung.
Entah siapa yang memulai ... tapi sekarang mereka berciuman dan saling memberi dan menerima.
Meyla menggeliat dalam tidurnya, matanya berkedip berulang kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden kamar yang terbuka. Dia bingung kenapa tubuhnya hanya berbalut selimut.
"Oh iya ..., tadi malam Putra meminta haknya lagi," gumam Meyla pelan sambil memandang langit kamar yang masih gelap.
Dengan hati-hati dia memandang ke arah samping kanannya, melihat Putra sangat tampan dalam tidurnya. Dia suka Putra bangun tidur karena menurutnya laki-laki tampan saat bangun tidur dengan rambut yang berantakan.
Dengan masih memandangi Putra yang tidur, Meyla ingin menyentuh Putra. Dengan gerakan lembut dia mulai melukis wajah Putra dengan jari telunjuknya. Jari telunjuk Meyla mulai menyentuh kening Putra, kemudian turun menuju batang hidung Putra yang mancung dan berhenti di bibir Putra. Bibir yang paling indah dan nikmat menurut Meyla.
Sekali lagi telunjuk Meyla berulah, dengan lembut mengikuti alis Putra dan bulu mata Putra. Putra pun sesekali terganggu dalam tidurnya. Telunjuk Meyla kembali menuju hidung mancung Putra dan dengan gerakan tiba-tiba dia menarik bulu hidung Putra.
Dan seketika itupun Putra terbangun dalam tidurnya. Sambil terduduk Putra bersin-bersin. Meyla yang baru saja melakukan kejahilan tertawa terbahak-bahak sambil memegangi selimutnya agar tidak melorot.
"Ha ... ha ... ha," suara tawa Meyla yang di balas dengan tatapan datar dari Putra.
Dengan santai Putra membuka selimut dan berjalan santai menuju kamar mandi dengan tanpa sehelai benang pun. Meyla yang awalnya ingin protes karena Putra tidak membalas kejahilannya, hanya bisa tertunduk dengan muka memerah.
Memang ini bukan pertama kalinya dia melihat Putra dalam keadaan polos. Tapi tetap saja dia malu dan memerah, apalagi jika mengingat pertarungan mereka semalam.
'Huahhh ... aku malu' batin Meyla berteriak.
Meyla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikiran yang enak-enak dari pikirannya. Dia takut jika pikiran ini tidak segera pergi, dia akan menerkam Putra lagi.
Meyla mulai bangkit dan memakai pakaian yang berhamburan di lantai akibat ulah Putra tadi malam. Dengan mengikat tinggi-tinggi rambutnya, Meyla memilihkan baju kantor Putra dan meletakkannya di atas kasur. Setelah selesai Meyla menuju ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan untuk Putra yang mulai hari ini kembali bekerja.
Tak seberapa lama kemudian terdengar suara orang yang menuruni tangga.
Duk ... duk ....
Dan suara kursi yang diseret dari tempatnya. Meyla berpaling menuju Putra untuk mengantarkan kopi yang baru saja dia buat. Meyla terdiam, dia merasa kecewa karena baju kantor yang digunakan Putra bukan baju yang telah dipersiapkan tadi pagi.
Dengan pelan Meyla meletakkan kopi yang sudah dibuatnya dihadapan Putra yang sedang membaca koran. Baru saja Meyla ingin angkat bicara mempertanyakan mengapa Putra tidak menggunakan baju yang telah dia siapkan.
"Aku berangkat dulu ...."
"I ... ya ...." jawab Meyla dengan lesu, gagal sudah dia bertanya.
Putra pun berlalu menuju pintu rumah tanpa memberikan kecupan dikening Meyla. Bahkan yang lebih membuat Meyla kesal lagi adalah Putra hanya meminum satu teguk kopi buatan Meyla. Putra bahkan tidak melirik sandwich buatan Meyla.
'Apakah dia masih marah dengan kejahilanku tadi pagi?' tanya Meyla dalam hati.
'Atau dia marah karena tidak ada darah di sprei kami kemaren' lanjut Meyla dengan hati yang gugup.
Dengan menghela napasnya, Meyla membersihkan makanan yang bahkan tak disentuh Putra. Setelah selesai dia menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah mandi Meyla membersihkan kamarnya.
Prang ...
Suara kaca pecah terdengar. Karena ketidaksengajaan, tangannya menyentuh pigura foto pengantin dia dan Putra. Dan kacanya pun pecah.
"Auuu ... " teriak pelan Meyla karena tangannya terkena pecahan kaca dan terluka.
"Kok hatiku tidak enak," ucap Meyla, "kata orang zaman dulukan kalau kaca foto pecah, pasti ada musibah yang akan terjadi," lanjutnya.
Ketika ingin mencari cara menangkal musibah yang akan melanda rumah tangganya lewat internet. Meyla mendapat panggilan telpon dari Mae, sahabatnya.
"Lagi sibuk apa?" tanya Mae. Sambil menjauhkan smartphone dari telinganya, karena Mae berbicara pakai toa mesjid.
"Waalaikumsalam ..." balas Meyla nggak nyambung.
Sedangkan orang yang berada diseberang telpon sana hanya cengengesan karena dia lupa mengucapkan salam.
"Ehh ... iya, Assalamualaikum ... La kamu lagi gak sibuk kan. Jalan yok," ucap Mae seperti kereta api yang tak bisa berhenti.
"Aku tunggu jam 12 siang di cafe biasa, awas jangan ngaret." ucap Mae diakhiri dengan rington
Tut ... tut ...
Meyla hanya bisa geleng-geleng kepala, belum juga dia menjawab bisa atau tidak untuk bertemu, Mae sudah menentukan tempat dan jamnya secara sepihak. Sekarang apa yang bisa dilakukan Meyla, mau tidak mau Meyla harus datang ke cafe tersebut.
**********
Di cafe pukul 12 lewat ...
Mae sudah menunggu Meyla datang, tapi sudah lewat dari jam janjian batang hidung Meyla belum juga keliatan. Karena bosan Mae melihat-lihat kali saja dia dapat menemukan cowok cakep.
Dan benar saja matanya melihat cowok cakep tapi sayang sang cowok sedang memasuki toko perlengkapan bayi bersama pasangannya. Tapi sepertinya dia mengenal lelaki itu, tapi siapa ya ...
Ketika otaknya sedang bekerja keras untuk berpikir. Dia dikejutkan dengan kedatangan Meyla. Buyar sudah daya ingatnya.
"Hay ... lagi liat siapa? Siapa lagi yng mau kamu jadikan korban PHP?" kata sambutan yang menyebalkan dari Meyla menurut Mae.
"Gak lah ... aku lagi penasaran sama tuh pasangan," tunjuk Mae pada pasangan di toko bayi tersebut.
"Kaya familiar tapi lupa," sambung Mae.
Meyla yang penasaran pun mengalihkan pandangannya, melihat ke arah yang ditunjuk oleh jari Mae.
Meyla terdiam, dia sekarang tahu kenapa sikapPutra berubah, dia tidak hangat lagi.
TBC
Hai apa kabar kamu hari ini? keknya baik deh! gak kayak aku yang sedang sakit tanpa dirimu *eakkk. Thank buat yang udah ninggalin jejak di part sebelumnya, Thank buat yang udah masukin reading list kalian. Huahhhh aku mau teriakk bahwa aku sayang kalian ....
oh yak jangan lupa tinggalkan jejak di part ini. muachh
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Aneh
HumorPutra harus berhadapan dengan wanita cantik tapi sangat aneh. Wanita satu-satunya yang percaya dengan mitos di zaman modern. Tapi bukankah cinta tak hanya bisa menerima lebihmu, tapi dia juga harus bisa memeluk kekurangamu. Cinta tak hanya membuatmu...