Sreet ....
Terdengar suara mobil di rem secara mendadak, dan itu menyebabkan badan Putra dan Meyla sedikit terhempas secara mendadak ke depan ....
Sreet ... terdengar suara ban mobil yang di rem secara mendadak, sementara di dalam mobil Meyla dan Putra terlihat terkejut.
"Kenapa?" tanya Meyla dengan gugup sambil memegang sabuk pengaman.
"Gak papa ... cuma rumahku kelewatan," jawab Putra sambil nyengir gak jelas dan memundurkan mobilnya.
"Aishhh ... dasar kakek-kakek pelupa," sindir Meyla dan Putra hanya tertawa sambil menjawab "Kalau aku kakek-kakek berarti kamu nenek-nenek."
Meyla yang malas menjawab, lebih memilih berlalu ketika sudah sampai di halaman rumah Putra. Putra yang merasa diacuhkan hanya bisa geleng-geleng kepala. Sedangkan di teras depan sudah menunggu bunda Anna dengan wajah yang memancarkan senyuman manis untuk menyambut anak dan menantu kesayangannya.
"Bunda ...," teriak Meyla girang seperti anak kecil yang bertemu dengan permen, ck ... ck ... ck ... seperti itu lah yang ada dalam pikiran Putra.
"Hallo sayang ... apa kabar?" tanya bunda Anna berseri-seri.
"Baik dong bun ... kan dia punya suami seganteng dan sebaik aku," sahut Putra sambil mencium tangan bundanya.
"Aishh ... yang ditanya siapa, yang menjawab siapa," sindir Meyla
"Ya udah ayo masuk ... ayah sudah menunggu kalian," lanjut bunda Anna.
Merekapun berjalan beriringan ke dalam rumah, menuju ruang keluarga dimana ayah Putra berada untuk menghabiskan waktunya. Meyla berjalan dibelakang mengikuti Putra dan Bunda karena ini adalah pertama kalinya dirinya bertamu ke rumah Putra sehingga dia tidak terlalu hapal dengan rumah yang bergaya classic modern ini. Sepanjang perjalanan menuju ruang keluarga, Meyla banyak melihat foto-foto keluarga yang tergantung di dinding.
"Hai kalian sudah datang." Itulah kalimat sambutan pertama yang didengar oleh Meyla dari ayah mertuanya yang masih kelihatan bugar di umur yang sudah tidak muda lagi.
"Iya yah baru sampai," sahut Meyla sambil bersalaman tangga dengan ayah mertuanya.
Mereka berempat pun duduk sambil bercengkrama diruang keluarga sambil memakan cemilan yang tersedia. Putra yang asik berbicara dengan sang ayah mengenai bisnis keluarga sedangkan bunda Anna mendekati Meyla sambil berbisik
"Gimana malam pertamamu? Putra mainnya lembut atau kasar?" tanya bunda Anna yang berhasil membuat Meyla tersedak dan hal itu membuat seluruh manusia yang ada di ruangan tersebut menatap Meyla.
"Maksud bunda apa?" tanya Meyla dengan muka merah.
"Masa kamu gak tau ... gimana bed games-nya enak atau sakit?" tanya bunda dengan suara yang keras sehingga pertanyaan itu dapat didengar oleh ayah dan Putra.
Andai saja saat ini Meyla berada di pantai, mungkin dia akan menenggelamkan dirinya di pasir agar tidak malu. Ohh dia mempunyai mertua yang frontal apakah ini anugerah atau kutukan untuknya.
"Lembut dong bun ... masa aku mainnya kasar," komentar Putra yang makin membuat Meyla pontang-panting karena malu.
"Tapi kok kamu gak ninggalin jejak, Put?" pertanyaan frontal dari ibu mertuanya yang makin membuat Meyla kayak kepiting rebus.
"Bun ... boleh aku ikut memasak," sanggah Meyla cepat sebelum pembicaraan nista ini semakin nista.
"Ohh iya, bunda lupa. Ayo ... kita ke dapur." Meyla akhirnya bisa menghembuskan napas lega karena bisa terbebas dari topik pembicaraan yang paling memalukan. Dengan langkah cepat Meyla berdiri dan mengikuti sang ibu mertua ke dapur. Meyla memang suka memasak itu sebabnya jika ada yang menanyakan di mana tempat favoritnya di rumah pasti jawaban nomor satu sampai tiga adalah dapur.
**********
Di dapur keluarga Putra, yang di dominasi warna hitam dan putih terkesan sangat cozy. Meyla, bunda Anna, dan salah seorang pembantu menyiapkan alat dan bahan apa saja yang akan mereka masak untuk makan siang keluarga. Dengan cekatan Meyla membantu memasak makanan sunda yang kebanyakan banyak lalapan dan sambel.
"Kamu yang ngulek sambal ya." oke itu adalah kalimat paling horor yang tidak ingin di dengar oleh dirinya. Bukan karena dia takut kecipratan sambel yang pedas atau dia sedang berantem dengan si ulekan, tapi dia tahu bahwa itu adalah tes.
Iya itu adalah salah satu tes yang di berikan mertua kepada calon menantunya. Mengulek sambel adalah salah satu tes kelayakan yang diberikan agar si mertua mengetahui apakah menantunya bisa mengurus rumah tangganya terutama bagian dapur dan 'ranjang'.
Sebenarnya Meyla sudah belajar dari jauh-jauh hari bahkan tahun, tapi tetap saja dia gugup untuk menjalani tes ini. Karena enak tidaknya rasa sambelnya akan mempengaruhi penilaian ibu mertuanya terhadap dirinya.
Dengan langkah yakin dan hati-hati Meyla menyiapkan alat dan bahan untuk membuat sambel. Kegugupan Meyla semakin menjadi-jadi karena ibu mertuanya sedang memperhatikan dirinya mengulek sambel. Setelah hampir 10 menit mengulek sambel akhirnya sambel Meyla jadi, kemudian bunda Anna mencicipi hasil ulekan Meyla.
'Bagaimana ini?'
'Apakah rasa dan pedasnya pas?'
'Bagaimana jika aku disuruh cerai hanya karena sambel buatanku nggak enak?'
Itulah berbagai pikiran negatif di otak kecil Meyla.
"Enak ... dan bunda suka," kata bunda dengan senyum evilnya bukan lebih tepatnya senyum kode kepada Meyla.
"Sekarang siapkan ya bi, makanannya di meja makan," perintah bunda kepada salah seorang pekerja di rumahnya.
Setelah makan siang bersama mereka bersantai di ruang keluarga membicarakan hal dari A sampai Z, tak terkecuali bahkan pembicaraan tentang urusan suami-istri pun dibicarakan.
"Put ..., kamu malam ini ajak Meyla makan di luar ya." kata bunda dengan memelas sedangkan ayah dari Putra hanya geleng-geleng kepala karena ia tahu watak istrinya dan ia yakin ada udang di balik batu dari sikap manis istrinya.
"Loh, kenapa bund?" tanya putra dengan dahi mengkerut. "Gak papa kok, bunda dapat voucher makan malam sebuah restoran," kata Bunda.
"Kenapa gak bunda dan ayah saja yang makan?" tanya Putra yang sepertinya mencium aroma magis dari tawaran ibunya.
"Gak bisa, ayah dan bunda sedang tidak enak badan, kamu saja ya dan Meyla yang pakai vouchernya?
"Iya deh bun ..." jawab Putra menyerang karena tidak ada gunanya melawan bundanya yang keras kepala pakai banget.
**********
Malam hari di sebuah restoran keluarga. Putra dan Meyla sedang duduk di meja yang sudah di sediakan. Meja yang menghadap ke arah laut dengan pemandangan laut malam yang indah, diiringi oleh hembusan angin yang damai.
Setelah beberapa saat menunggu, mereka dikejutkan dengan menu makanan yang belum mereka pesan.
"Maaf mba ... kami belum pesan menu." kata Putra bingung, "mungkin anda salah meja."
"Tidak pak, menu di meja ini sudah dipesan atas nama bunda Anna dan tidak dapat dibatalkan,"
"Menu di restoran ini aneh ....
TBC
Terima kasih buat yang udah baca dan meninggalkan jejak di part sebelumnya. Jangan lupa vote ama komentnya ya!!. Thanks juga buat yang udah masukkan pasanganku aneh ke perpustakaan atau reading list kalian. I love u all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasanganku Aneh
HumorPutra harus berhadapan dengan wanita cantik tapi sangat aneh. Wanita satu-satunya yang percaya dengan mitos di zaman modern. Tapi bukankah cinta tak hanya bisa menerima lebihmu, tapi dia juga harus bisa memeluk kekurangamu. Cinta tak hanya membuatmu...