Part 6 Brother 2

135 6 0
                                    

Eldris dan Eleane mendongakkan kepala mereka bersamaan ke arah orang yang baru saja bergabung.
"Ah sudah lengkap ternyata, bagaimana kalau kita memperkenalkan diri dulu agar suasananya tidak cangung seperti ini" kata Mr. Lamarck memulai pembicaraan.

"Baiklah... Yang pertama aku" kata Calvin. "Ijinkan aku memperkenalkan diri, namaku Douglas Calvin D'lamarck, biasa dipanggil Calvin. Umurku baru 20 tahun, aku sudah menyelesaikan pendidikanku. Dan sekarang..."

"Cukup... Kau selalu bersemangat Calv" semua orang terkikik geli melihat Calvin yang memanyunkan bibirnya. "Ayo lanjutkan" kata Mr. Lamarck

"Saya Eldris" ucap Eldris singkat.

"Perkenalan macam apa itu? Tunggu dulu... Kenapa dengan wajahmu itu?" kata Calvin, semua orang menatap Eldris yang berdiri mematung. "Oh Ana, lihat wajahmu juga babak belur. Kalian terlibat pertengkaran?" sekarang tatapan semua orang tertuju pada Eleane yang terduduk kaku.

"Ini hanya luka kecil"

"Aku yang menghajarnya" Ucap Eleane enteng, tatapan terkejut menatap ke arah Eleane. Eldris menatap kaku ke arah Eleane.

"Oh ada apa ini? Kalian bertengkar?" Kata Mr. Lamarck

"Hanya latihan beladiri" sela Eleane cepat. "Maafkan saya Mr. Lamarck, saya tidak bermaksud mengacaukan suasana."

Tiba-tiba tangan Liana menyentuh tangan Eleane lembut. Gelayar aneh di rasakan Eleane, lembut dan penuh kehangatan. Eleane menatap mata Liana dengan sendu. "Bolehkah aku melihat lukamu?" kata Liana lembut, Eleane mematung saat tangan lembut Liana menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya. "Astagaaa... Kenapa kamu menyembunyikan lukamu ini" Eleane meneteskan airmata. "kenapa menangis, apa aku menyakitimu?" Eleane menggelengkan kepalanya. "Tolong ambilkan kotak obat" kata Liana pada pelayannya.

"Sepertinya kau terlalu keras memukulnya, dasar kau Eldris. Tak seharusnya kau perlakukan wanita seperti itu" kata Calvin dengan nada mencela. Eldris tidak menggubris kata-kata Calvin, ia menghampiri Eleane. Eldris menyentuh punggung tangan Eleane lembut, tapi Eleane menepis tangan Eldris.

"Ada apa kalian ini?" tanya Liana heran. "Sebaiknya ku obati di dalam. Lanjutkan pembicaraan kalian" Eric menggenggam erat tangan Eleane. Eleane menoleh ke arah Eric, lalu melepas tangannya pada Eric. Setelah Eleane pergi, suasana hening menyelimuti acara.

"Hmmm... Sebenarnya perkenalan diri tadi hanya untuk memperkenalkan kalian semua pada wanita yang dibawa oleh Eric, tapi sepertinya kalian sudah mengenalnya." Kata Mr. Lamarck, Douglas Johanes D'lamarck pemilik kerajaan bisnis terbesar Lamarck dan istrinya Ignesya Liana D'lamarck.

"Anda benar tuan Johan, disini siapa yang tidak mengenal Ana Clark???" kata Keanos, Eldris dan Eric tersentak saat mendengar bahwa Keanos mengenal Eleane.

"Apa maksudmu?" kata Eldris melirik ke Keanos menunggu jawaban.

"Model cantik Ana Clark yang pernah disorot oleh VS karena memiliki tubuh yang sempurna, tetapi Ana Clark menolak karena ingin melanjutkan studinya. Dua tahun belakangan ini dia masih di sorot media karna pada saat umur 18 tahun dia telah memiliki apartemen mewah, kabarnya dia menjadi simpanan pewaris keluarga Lorich, ada juga yang mengatakan kalau dia kekasih dari perenang hebat, tapi kabar itu hilang sebelum dipublikasi ke media." Penjelasan Keanos membuat Eldris dan Eric menghembuskan nafas lega.

"Wow... Kau tau sedetail itu Kino, tak heran kau jadi detektif handal di kepolisian." puji Johanes. Keanos tak mengindahkam ucapan Johanes, matanya masih melirik ke arah Eldris dan Eric. Ada satu rahasia yang belum terkuak, dan ia yakin kalau mereka mengetahuinya.

***
"Kalau sakit, bilang ya" Liana menyentuh sudut bibir Eleane yang berdarah. "Apa Eldris memukulmu sangat keras?"

"Tidak.. Sebenarnya ini bukan salah Eldris" Liana melanjutkan mengompres luka Eleane. "Seharusnya nyonya tidak melakukan ini, saya bisa sendiri." kata Eleane seraya merebut spray penghilang nyeri.

"Kau seperti suamiku, sama sama keras kepala. Berikan padaku" dengan telaten Liana mengobati Eleane. "Kau sangat cantik, tapi ada kesedihan di matamu. Aku akui kau memang pintar menyembunyikan kesedihanmu." tangan Liana menyentuh pipi Eleane lembut. Eleane menangis, tapi tidak bisa mengeluarkan air matanya. "Kau ingin menangis? Menangislah... Jangan sekali-kali menahan karna itu akan membuat sakit dihatimu"

"Mom..." ucap Eleane lirih, dia memeluk erat ibunya dan menangis tersedu-sedu. Liana yang diam tak berkutik diam sesaat karena panggilan dari Eleane, ia merasa seperti memeluk putrinya sendiri. Hatinya berdegub kencang saat ia dipeluk Eleane. "Maaf..."

"Tak apa... Kau belum beritahu namamu" ucap Liana tersenyum.

"El.. Namaku Ignes...." Eleane terasa terhipnotip, hampir saja ia nenberitahukan namanya. "Namaku Ana Clark"

"El..." panggil Eric. Eric menghampiri Eleane.

"El???" tanya Liana heran.

"Panggilanku waktu kecil nyonya, dulu aku dipanggil El" sela Eleane dengan cepat.

"Jangan panggil aku seperti itu"

"Ah maaf.. Aunty, akan ku panggil aunty" kata Eleane dengan senyuman. Jantung Liana seperti tersentak saat Eleane memanggilnya aunty.

"Sebaiknya kami pulang sekarang, maaf telah mengganggu acara tadi" kata Eric sopan "Ayo El" seakan tidak mau berpisah dengan Liana, begitu juga Liana yang tidak mau berpisah dengan Eleane.

***
Setelah menemui Mr. Lamarck untuk meminta pulang, akhirnya acara pun berakhir. Sekarang Eleane, Eric, dan Eldris berada dalam satu mobil.
"El gue harus ngomong sesuatu" kata Eldris.

"Nggak perlu lo jelasin, gue ngerti perasaan lo kok." kata Eleane tersenyum. "Sekarang yang harus gue lakuin adalah membunuh Keanos, sebelum papa nyentuh lo. Lo dan Eric sangat berharga bagi gue"

"Sebaiknya lo hentikan ini semua El, semakin lo nuruti perintah papa lo, itu nggak akan nyelesain masalah. Dia nggak akan anggep lo sebagai anak"

"LO SELALU AJA NGOMONG GITU, LO NGGAK PERNAH NGERTIIN GUE SAMA SEKALI. APASIH MAU LO" teriak Eleane, Eleane meluapkan emosinya. Dia hanya bisa marah pada Eldris, dia tidak bisa membenci Eldris.

Eldris langsung memeluk Eleane erat. "Please... Lo harus percaya sama gue." dada Eleane naik turun menahan marah.

"Gue harus pergi sekarang" ucap Eleane dingin.

"Mau transaksi? Baiklah... Tapi kau harus berhati-hati, lo harus pulang dengan selamat." kata Eldris. "Kita pulang sekarang?" Eric yang duduk dikursi kemudi, hanya bisa diam tanpa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa menonton apa yang dilakukan Eldris, sekaligus menjadi rumah disaat Eleane meluapkan isi hatinya.

***
Disisi lain Liana sedang melamun di ruang baca suaminya, ada rasa gundah yang ada dihatinya, tetapi ia tidak tau apa yg dirasakannya kini.
Liana terus menerus memikirkan gadis yang tadi diobatinya, wajah gadis itu sangat familiar baginya. Senyuman gadis itu mirip dengan dirinya, mata dan hidungnya mirip dengan suaminya. "Sayaaang... Kau kenapa???" ucap lembut Johanes pada istrinya membuat Liana terkejut.

"Anakku.." ucap lirih Liana, dan ia langsung memeluk suaminya. Liana menangis di dada bidang suaminya, ia meluapkan emosinya.

"Jangan seperti ini lagi Liana, anak kita sudah tiada. Kau harus mengerti hal itu" ucap lembut Johanes.

"JANGAN KATAKAN ANAKKU TELAH TIADA, ANAKKU MASIH HIDUP JOHANES." luapan emosi Liana pada Johanes tidak bisa ditahan lagi. "Aku tau dimana anakku" ucapnya lirih.

"Apa??? Tidak mungkin, mana mungkin anak kecil berumur 3 tahun bisa selamat dari badai salju" kata Johanes tidak percaya.

"Kenyataannya anakku masih hidup Johanes. Aku bisa merasakannya" kata Liana meyakinkan suaminya. "Gadis itu putriku Johanes, putri kita" ucao lirih Liana.

"Tidurlah Liana.. Kau butuh istirahat sekarang" Johanes memeluk erat istrinya. Johanes meraih ponsel disakunya setelah memastikan istrinya terlelap.
"Keanos... Cari tau tentang Ana Clark"

Triple E #Riga1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang