Part 24 Keputusan

41 5 0
                                    

Aku melihat Thomas berlari ke arahku, "Fernando berada di Meksiko, tepatnya di gedung olah raga tuan muda" katanya dengan cepat, raut kekhawatirannya mulai tampak.

"Apa?" aku terkejut, secepat ini dia menemukan keberadaan Allaric, "Lindungi Allaric sampai aku datang, siapkan jet pribadiku"

"Jet pribadi nona tidak diperbolehkan tuan Jonny lepas landas" kata Thomas semakin panik.

"Lakukan sesuatu Thomas, aku ingin ke Meksiko sekarang juga"

2 jam aku menunggu, beruntung ada penerbangan umum yang akan menuju ke Meksiko, telat satu menit saja pasti aku akan terlambat. Disinilah aku, di Meksiko.

"Cepat Thomas, kenapa kau lamban sekali" gerutuku.

Mobil melaju dengan cepat menuju rumah kecil di Meksiko, jalanan nampak sepi karena hari sudah menjelang malam jadi Thomas bisa melaku dengan cepat.

Aku berlari masuk dalam rumah, "Allaric" teriakku, aku melihat sekelilingku tak ada orang di rumah, "Thomas... Allaric tidak ada disini, dan kenapa tidak ada penjagaan sama sekali" teriakku marah.

Aku melihat Thomas yang menunduk lesu, dengan geram aku mengambil ponselku untuk menelpon Keanos.

"Allaric menghilang, cepat cari dia. Cari Fernando kemanapun dia pergi" kataku cepat dan langsung menutup telponnya.

Aku mendengar orang yang cekikikan masuk dalam rumah, "Dimana putraku" ucapku dingin.

Orang yang kulihat sekarang berubah menjadi pucat, tak ada gurauan yang tadi dia bawa "T..ttuuan mudaa"

Bugh bugh bugh "Keparat kalian, katakan dimana putraku" teriakku, kesabaranku sudah hilang, aku memukul mereka untuk melampiaskan kemarahanku.

"Saya tidak tahu nyonya, tuan muda selalu pergi di malam hari" jelas wanita itu.

"APA KAU BILANG? SEHARUSNYA KAU MENJAGA PUTRAKU DENGAN BAIK." teriakku lantang, kuacungkan pistolku ke arah mereka berdua.

"Ampun nyonya... Saya akan mencari tuan muda" mereka bersujud meminta ampun, kesabaranku ada batasnya. Allaric sudah di culik, semuanya gara gara orang-orangku yang tidak becus.

Dor dor kutembak mereka tepat di kepala mereka, matipun tak akan bisa membayar jika ada sesuatu yang dialami putraku.

Tubuhku lunglai hingga tak bisa menahan berat tubuhku, aku bersumpah untuk membunuh siapapun yang telah menyakiti putraku.

"Nona... Saya sudah menutup jalur masuk antar kota, dipastikan Fernando tidak akan bisa keluar dari kota ini" kata Thomas, mataku berkaca-kaca memandang Thomas yang berdiri didepanku. "Kediaman tuan Eric tak jauh dari sini, mungkin tuan muda sedang menginap di rumah tuan Eric"

Tanpa ba bi bu aku berlari seperti orang gila untuk menuju rumahku yang di tempati Eric.

"ERIC" teriakku lantang, tak ada jawaban. Rumah ini kosong, air mataku keluar tak dapat menahan kesedihan. Apa mungkin Eric juga dibawa Fernando? "BRENGSEK KAU FERNANDO" umpatku lantang.

***

Eric Pov

Masih jam 9 malam, sepertinya aku harus berenang sekarang. Wajah Allaric terus terngiang di kepalaku,sepertinya aku sudah mulai gila. Batinku.

Aku berjalan ke arah kolam, tak jauh dari tempatku berdiri terlihat anak kecil yang duduk murung di tepi kolam. Allaric.

"Kenapa setiap malam kau selalu berada disini?" tanyaku mengagetkan Allaric yang sedang melamun.

"Sudah kukatakan aku tak punya rumah" jawabnya ketus.

"Kau ini masih dingin seperti biasanya" kataku.

Triple E #Riga1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang