Chapter 3 : Greenhouse

119 30 3
                                    






***

PLAK PLAK PLAK suara tepokan tangan terdengar begitu jelas "gila tuh shae. bisa-bisanya tidur di tempat kayak gini.sumpah nyamuknya genit banget, tau aja ke cowok ganteng"gumamnya sambil menepuk beberapa nyamuk-nyamuk centil yang menyedoti darahnya dari tadi, sesekali suara erangan terdengar dari anak laki-laki itu "aww..aww..kenapa shae gak pergi-pergi sih, aku mau turun nih, gak tahan"

tiba-tiba lamunnya terpecah karena pertanyaan bu indi.

"hey!kok malah senyum-senyum. Kamu tadi bilang dari Greenhouse?disitu ada speaker kok, masak iya gak denger?"cecar bu indi penasaran

"enggak kok bu, sumpah. Saya ketiduran diatas pohon bu,jadi saya gak denger bu"jawabnya sambil mengacungkan dua jarinya yang mengisyaratkan dia tidak berbohong jarinya mantap membelah angin. Sharon yang masih berdiri diposisi awal dia memperkenalkan dirinya, didepan kelas, masih terpaku dengan mulut menganga. rambutnya yang awalnya digerainya rapi, kini terurai berantakan karena sembari menutup wajahnya yang malu, sesekali sharon menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."jadi dari tadi yang diatas pohon tadi?dia beneran?? gila bener..sejuk sih tapi nyamuknya ganas gila, gue yang dibawah aja disedot sampe kek gini, apa lagi dia yang diatas??"gumam sharon dalam hati dengan wajah keheranan, sungguh Sharon tak percaya dengan kejadian ini, kajadian yang berawal dari tadi pagi,hingga berlanjut sampai siang ini , "ok,oke ibu percaya, yasudah kamu taruh tas kamu terus maju ke depan, perkenalkan diri kamu, bisa?

"bisa bu" jawabnya sambil menggaruk-garuk tangan dan kakinya yang memerah karena digigit nyamuk

"Sharon kamu boleh duduk"perintah bu Indi kepada Sharon. "Greenhouse?greenhouse yang dibawah pohon gede itu?kok tahan ya disitu?"gumam bu Indi dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepala, ia tahu dengan jelas bahwa disitu tempat bersinggahnya kerajaan nyamuk terbesar seantero sekolah, nyamuknya udah segede tawon, nyedotnya bukan lagi dah .

akhirnya Sharon duduk lega dikursinya, mengguling-guling tidak jelas. Berusaha menerima kenyataan bahwa dia sekelas dengan anak aneh ini, yang hampir membuatnya mati, tetapi bisa membuatnya tidak terlalu terlambat datang ke sekolah tadi, sekilas dia menatap wajah anak laki-laki ini, Sharon merasa tidak asing dengan tatapan mata laki-laki itu sorot matanya yang teduh itu, mengingatkannya pada satu hal, namun Sharon tak tau apa itu.
Alga, ya anak laki-laki yang sedang memperkenalkan dirinya itu bernama Alga Michael Hugo Abraham
"saya baru pindah dari Australi, di Australi saya sudah sejak SD sekitar kelas 3, mama saya bawa saya ke indonesia buat ngelanjutin SMA disini, kalo papa saya sama kakak saya masih di Australi, disana papa saya pake bahasa Indonesia jadi saya masih fasih berbahasa indonesia. Mohon bantuannya agar saya bisa menyesuaikan diri disini" ucapnya singkat untuk mengakhiri perkenalan dirinya

walaupun Alga sudah lama tinggal di Ausrali bahasa indonesianya masih lancar, walau terkadang diselingi dengan bahasa inggris sedikit,
"oohhh jadi dia murid baru dari Australi toh, ganteng yah?"tanya Ruby dan Olin ke arah Sharon, tak ada respon dari Sharon ia masih fokus memperhatikan Alga, Alga pun sama, Alga masih menatap perempuan yang duduk dibangku pojok itu, ada rasa yang sama, rasa yang pernah muncul beberapa tahun lalu.

Sharon memasang headset kesayangannya ke telinganya lalu membenamkan kepalanya di tas yang ia letakkan atas mejanya berharap frustasinya hilang dibawa hanyut oleh lagu yang ia dengarkan.

"oke Alga, kamu boleh duduk, itu disitu ada bangku kosong" menunjuk bangku di belakang sharon, karena bangku sharon terbilang pojok maka masih ada bangku kosong disana, jarang ada yang mau duduk dibangku itu, kecuali untuk anak-anak malas seperti sharon dan Juned dkk. Karena Sharon menempati pojok bagian timur sedangkan Juned berada di pojok bagian barat, ya taulah Sharon itu anti pelajaran, menurutnya sekolah hanya tempat untuk mencari iazah. Setelah duduk dibelakang sharon, sepasang matanya tak henti-hentinya memperhatikan perempuan yang tengah duduk di depannya itu, ingin hatinya menanyakan apakah perempuan itu baik-baik saja atau tidak,tapi dia tidak berani."coba aja gak aku ajak lari,mungkin dia gak lemes kayak gitu" gumamnya dengan sedih.

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang