Chapter 30 : Dicium bola

66 7 0
                                    


               Suara jingkat kaki terdengar begitu jelas di sepanjang koridor. Dua pasang kaki perempuan yang tampak terburu-buru itu tak peduli dengan suara yang mereka timbulkan dari keempat kaki mereka. Sesekali Sharon berhenti untuk menstabilkan napasnya yang terengah-engah karena berlari mengikuti Olin yang terlihat panik karena mendapat belasan miscall dari papanya.

"Stop Lin stop! ada apa sih kok kita lari? Gue capek tauk" pinta Sharon dengan nada suara yang terengah-engah

"Hape gue tadi gue silent terus papa gue miscall tapi gak gue angkat. Jadi dia ngirim sms nih" jawab Olin sambil menyodorkan hapenya pada Sharon.

Sharon menyipitkan matanya dan membaca sms dari papa Olin "Lin papa ada diruang kepala sekolah. Kamu kesini cepetan" Sharon membaca dengan pelafalan seperti anak sd yang baru bisa baca. Kemudian mendongakkan kepala dan kembali menatap Olin "emang ada apa Lin?" Tanyanya dengan dahi berkerut.

"meneketehe, makanya ayo buruan" Sharon hanya mengangguk pasrah walau dalam hatinya ia mengutuk Olin karena membuatnya harus berlari pada pagi itu.

Tiba-tiba Sharon berhenti seraya memicingkan matanya pada sebuah hape yang tergeletak di pinggir lantai "eh itu hape Alga bukan?" Sharon berhenti didepan salah satu koridor depan kelas sepuluh "oiya ini hape Alga" Sharon mengambilnya dan membuka passwordnya. Benar sekali bahwa itu hape milik Alga. Sharon tau password hape itu karena dulu ia sering sekali meminjam hape Alga sekedar untuk me-like foto pada instagramnya sendiri.

"iya bener"

"gimana nih?" tanyanya pada Olin. Merekapun saling berpandang-pandangan

"balikin tar aja gue keburu"

"yaudah deh" merekapun melanjutkan perjalananya mencari kitab suci, eh ke ruang kepala sekolah.

ㅇㅇㅇ

Juned dan Alga datang dari ruang BP membawa sebuah buku LKS yang beberapa sudah ditandai artinya soal itu harus dikerjakan. Sebagian murid mengeluh mengapa mereka harus mengambil soal dan sebagian murid acuh karena "mau dikasih soalpun gak bakal gue kerjain, toh bu Indi gak bakal marah" ya kira-kira begitulah menurut murid-murid penyamun yang tidak lain masih anak buah Juned. Yang kerjaannya kalo gak tidur ya main hape atau nonton film jepang—film animasi jepang ya maksudnya- atau paling pol mereka nempel-nempel ke murid cewek kayak ikan yang suka nempel di pantat paus. Ya sekedar untuk minta dikerjakan tugas mereka. Tak terkecuali Detox yang sedang merayu Desy yang tengah mencetin komedo dipojok.

"ayolah Des, pelit banget sih" tampak Detox mulai merayu-rayu Desy yang masih berperang melawan komedonya itu. Yang di mintai tolong malah diam. Pura-pura congek sapa tau nanti Detox pergi.

"Des, gue beliin masker kefir deh. Yang lagi ngehits banget di TL gue. Katanya bisa ngerontokin komedo sampe ke akar-akarnya. Kalo bisa rontok juga itu idung lo"

Desi menatap Detox dengan sengit membuat Detox menggigit bibirnya ngeri karena melihat Desy yang dengan Sadisnya membunuh komedo-komedo yang tak berdaya itu. "gue beliin dua deh dua" tambah Detox mengajak bernegosiasi. Tampaknya Desi tak tahan dengan rengekan Detox, terpaksa ia harus menyudahi acara panen komedonya. Dan yes Detox langsung meluncur ke bangku pojok dengan kegirangan. Kemudian mengambil posisi telungkup dengan menguasai dua kursi sebagai alasnya. Memiringkan hapenya dan mulai bermain monopoli online. "undang gue dunkz!" Detox berteriak dengan semangat empat lima.                                      

"lo mau ngerjain gak?" Tanya juned kepada Alga yang sedang menelungkupkan kepalanya di meja, tampaknya Alga mencoba untuk tidur atau bahkan sudah tidur. Juned hanya mengerdikkan bahu.

"enggak" jawabnya dengan kepala masih telungkup.

"Eh gue pikir lo udah tidur"
"beneran gak mau ngerjain? Kalo gitu gue gak ngerjain juga nih. Pegel tangan gue semaleman nungguin clipconverter lemot banget. Dasar wifi sableng, download format 3gp aja lemot. Gue mau mengistirahatkan jari-jemari gue dulu" curcolnya panjang lebar. "tidur lo?" sambungnya karena ia merasa Alga tak mendengarkan, kemudian Juned mendekatkan wajahnya pada wajah Alga. Ternyata Alga sudah memejamkan kedua matanya dan tak mendengarkan keluhan hati Juned dari tadi.

"dasar triplek berjalan eh triplek lagi tidur!" rutuknya pada Alga
" Gak biasanya tidur pas ada tugas" lanjut Juned sambil berjalan ke bangku pojok sarang para tukang kisruh.

ㅇㅇㅇ

"makasih ya Shaer, demi gue lo mau lari-lari"

"udah santai aja" ucap Sharon sambil menepuk bahu Olin. "eh tapi gue haus, bolehlah iced cappuccino satu, ternyata berlari menyusuri koridor  membuat tenggorokan gue bermarathon. Eghm eghm" sambung Sharon sambil berdehem seolah-olah tenggorokannya sakit. Sharon mah sablengnya gak ketulungan, orang yang lari kaki bukan tenggorokan ini malah tenggorokannya yang sakit. Dikira supporter sepak bola apa.

"iye gue tau. Yaudah yuk. Lagian bu Indi gak ada"

"Asik nih. Peka banget sih lo jadi cewek. Makin cinta deh abang sama kamu dek. Sini tak cium" Sharon memajukan bibirnya seperti orang mau mencium. Seperti melihat hantu Olin malah lari memotong lapangan basket yang sedang digunakan oleh kelas dua belas yang sedang olahraga.

"eh malah lari, tungguin gue Olin" Sharon ikut berlari dan Bruak!! sebuah bola basket mendarat mulus di pelipis Sharon hingga membuatnya terpental jauh ke tanah. Seketika hidungnya mengeluarkan darah begitupula lutut dan sikunya, beberapa detik kemudian pandangannya mulai kabur, pendengarannya mulai redup. Samar-samar ia mendengar Olin berteriak memanggil namanya sambil menggocang tubuhnya. Namun lama-lama ia kehilangan kesadarannya. Dalam ambang kesadaran hatinya berteriak "apakah aku akan pergi ke surga?"

ㅇㅇㅇ

Plok tamparan semi keras membelai wajah Sharon dan membuatnya membuka matanya dengan terpaksa. Jantungnya mendapat impuls cepat hingga membuatnya harus terbangun.  

"surga-surga lo belum mati kali!" Ujar Olin membantu Sharon untuk duduk

"ouch.. sakit tau"

"abis lo dari tadi ngigo. -Apakah aku di surga, surga apa ini? Kenapa gelap? Mama papa Sharon gelap-. Apaan itu? Mana ada orang pingsan ngigo?"

"tapi sorry btw gara-gara gue lo harus tiduran di tempat  yang paling lo benci selama dua jam setengah." Sambung Olin, Olin tak tega melihat keadaan Sharon yang tragis itu, tapi lebih mirip orang stress daripada orang habis kecelakaan. Dengan rambut acak-acakan dan kepala diperban hingga hampir menutup matanya. Lubang hidung sebelah kanan yang di sumbat dengan kapas dan lubang kiri di sumbat dengan daun sirih. Ini PMR nya yang sableng atau gimana. Masa iya dua lubang hidung Sharon ditutup. Mau bunuh anak orang ini namanya untung saja dengan sigap Olin langsung melepasnya. Belum lagi kantong baju Sharon yang sobek karena bertemu dengan paving. Dan lutut kiri yang diperban asal-asalan. Ditambah dengan debu dan kotoran yang menjadi pelengkap sempurnanya sandiwara eh pelengkap absurdnya penampilan Sharon. Membuat Olin makin merasa bersalah atas perubahan pada diri Sharon

Sharon hanya manggut-manggut sambil meniup luka gores yang bersarang dengan manis di lengannya itu. Seperti tidak merasakan sakit Sharon malah bangkit dan mau loncat dari kasur. Mau pingsan rasanya, batin Olin, ia makin merasa bersalah karena melihat Sharon yang mungkin gesrek otaknya karena terhantam bola basket plus paving.

"udah istirahat aja. Gue udah ijin kok jadi lo gak Alpa" cegat Olin sebelum Sharon benar-benar loncat dan berkeliaran di sekolah dengan keadaan seperti itu apalagi Sharon mengenakan kaos kaki yang bolong segede gaban, itu bukan tikus lagi yang ngigit tapi udah level biawak.

"iya sih gue pusing. Btw kenapa gue ada disini? Tadi gue inget gue lari dilapangan tiba-tiba udah ada disini aja. Gak nyangka gue sakti" 

"wah bener-bener otak lo kayaknya ketuker sama bola basket." Gobloknya Sharon gak ketulungan, bener kali ini bisa-bisa Olin yang pingsan
"Udah gak usah dipikirin tiduran aja" lanjutnya

Sharon mengeluarkan sebuah benda tipis yang merupakan hape Alga "hape Alga gimana?" . Dilihatnya ada puluhan misscal dari telepon rumah. "mending lo balikin gih, banyak miscall nih" sambung Sharon sambil menyodorkannya pada Olin

"yaudah lo tunggu sini, tar gue balik"

Sharon hanya mengangguk pelan karena kepalanya masih terasa berat. Sharon melihat punggung Olin yang kian memudar entah itu karena Olin semakin jauh atau memang matanya bermasalah. Selang beberapa menit kemudian ketika Sharon mencoba untuk tidur tiba-tiba telinganya terasa sakit dan mengeluarkan suara dengung yang menyakitkan. Segera ia sembunyikan ketika Olin kembali ke UKS.

•vote dan comment jangan lupaaaa•

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang