Chapter 1 : After a long time

348 43 30
                                    







"Aisshh.. bakalan telat nih gue. Mana sih bis nya?" gerutunya dalam hati. Namanya Sharon gadis imut dengan mata bulat ini sekarang duduk dikelas 2 SMA. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah sekian lama liburan semester tetapi sedari tadi tak kunjung ada angkutan umum yang datang, hal itu sukses membuat Sharon kesal. Diliriknya  jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, menunjukkan pukul 7 kurang  "mampus gue, Ntar kalo telat gimana? Kenapa mama gak bangunin sih tadi, gini deh jadinya"dumelnya dalam hati dengan tangan yang masih berkacak pinggang seperti posisi awal, tiba-tiba dia menghentikan celotehannya karena sedari tadi dia merasa ada yang memperhatikannya dari jauh, jauh disana dipojok halte. Seorang anak laki-laki bertudung jaket yang tidak memperlihatkan jelas wajahnya dan mengenakan seragam mirip dengannya, tangannya memegang buku dan matanya yang berpura-pura membaca buku dengan seksama yah sekedar agar Sharon tak tahu jika dia sedang memerhatikan sharon. karena merasa tak nyaman, Sharon pun beranjak pindah posisi ke sisi lain halte. Pikirannya tak jelas kemana-mana.

Selang beberapa menit kemudian datanglah sebuah angkutan umum yang ditunggu-tunggu Sharon, bagaikan menemukan oasis dipadang pasir. Sharon pun naik kelabakan karena takut terlambat mengikuti upacara pemetaan kelas yang akan dilaksanakan pagi ini, diikuti dengan beberapa orang yang ingin pergi dengan angkutan umum yg sama. Hingga saat di dalam bus itu ada sepasang bola mata yang terus mengawasi sharon yang sedang duduk sambil mendengarkan lagu menggunakan headset. Bibir tipis anak laki-laki itu tersenyum

***

"Alhamdulillah gak telat,tapi kenapa mereka pada lari-lari?" Tanyanya dalam hati, tetapi Sharon tetap berjalan dengan santainya bak berjalan diatas red carpet, bahkan dia tidak tahu bahwa gerbang akan ditutup, Sharon tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang lari-lari itu berlari karena telat. Alunan musik yang masuk ke telinganya melalui headset yang ia kenakan membuatnya merasa santai dan tidak terlalu memperdulikan sekitar, angin sepoi-sepoi juga tak kalah membuatnya santai ingin rasanya hati mengambil bantal lalu menggelar tikar disitu.

Sharon masih tenang walaupun sedari tadi ada seseorang yang berjalan mengekor dibelakangnya. Sekolah Sharon memang berjarak jauh dari Halte terakhir yang ia turuni, mau tidak mau dia harus berjalan untuk melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Lalu tiba-tiba ada yang menarik tangannya membuat Sharon terkaget dan secara reflek langsung menepis tangan tersebut sambil mengaduh kesakitan.

"Apaan sih?!sakit tau!! " ujar Sharon sembari mengelus-elus tangannya

"Loe mau telat?"

"apa?!"

"Loe mau telat budeg?" pekik anak laki-laki yang sedari tadi mengekor dibelakang Sharon itu setengah berteriak menjurus ke telinga sharon.

"Ngomong apa sih lo, yang keras napa!" perintah Sharon kepada anak laki-laki itu, sejurus kemudian anak laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Sharon. Tanpa diperintah wajah Sharon berubah memerah seperti kepiting rebus. Mulai sharon berpikir yang aneh-aneh. Belum sempat dia menyelesaikan pikirannya itu tiba-tiba tangan laki-laki itu memegang telinga Sharon dan pelan-pelan melepaskan headset yang sharon kenakan dan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sharon, wajahnya begitu jelas didepan mata Sharon tak lebih dari satu jengkal menampakkan bola mata anak laki-laki yang kecoklatan itu. Tambah aneh-anehlah pikiran Sharon, membuatnya terlarut dalam lamunan panjang, hatinya berdegup

"LOE MAU TELAT?" tiba-tiba suara keras membuyarkan pikirannya. "udah jam 7! Ayo cepet" suara keras dari anak laki-laki itu melunak untuk  mengajak sharon berlari karena gerbang sudah hampir ditutup. E busyet beneran ini lari? gumam Sharon dalam hati. "Dasar! gue kira apaan, mau lari, lari sendiri gih sono! gue mah ogah" tuturnya dengan nada yang masih tinggi, ya kali gua mau lari pikir Sharon, belum sempat dia mau memasang kembali headset yang tadi sempat dilepas oleh anak laki-laki itu lagi-lagi tangannya ditarik sambil berlari otomatis sharon pun ikut berlari. Pemandangan yang freak dengan cowok yang freak pula, baru ketemu udah ngajak lari, pokoknya freak-lah, dan yap Sharon berlari!menggegerkan! kalo saja papanya tahu, mungkin dia akan marah besar, karena papa Sharon sangat menentang hal itu. Dokter melarangnya untuk tidak berlari dulu demi pulihnya penyakit Sharon, sungguh kalimat yang amat menyayat hati Sharon, Sharon adalah atlet judo sejak SD, bagaimana dia tidak boleh berlari jika latihan judonya mengharuskannya lari sebelum latihan tapi apa daya, kalimat dokter lebih meyakinkan papanya ketimbang rengekan Sharon meminta untuk tidak melarangnya, jika saja papanya tidak membujuknya agar tidak berlari dulu untuk sementara maka sharon akan terus berlari.

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang