"Tokyo Paris New York party oppa oppa, im so cool im so cool, body like a superstar" suara donghae dan eunhyuk menggelegar seantero kamar, saat melantunkan lagu oppa oppa milik mereka berdua pada sore yang cerah di bilangan Jakarta itu. Kaki kecil perempuan itu berjingkat-jingkat mengikuti beat lagu yang dinyanyikan dua punggawa dari negeri gingseng tersebut, pinggulnya tak henti-henti bergoyang, rambutnya yang ia ikat kebelakang pun sama, tak mau kalah bergoyang. Bibirnya komat-kamit berusaha ikut berduet bersama dua artis korea itu, tampak sesekali ia membenahkan ikatan rambutnya yang terus turun karena tak henti bergoyang. Tangannya masih sibuk memilih-milih baju apa yang akan ia kenakan nanti. matanya mengedar ke seluruh sudut lemari gantung miliknya. nggak ada yang cocok, gumamnya.Alamak baju-baju di lemari segede banker gitu nggak ada yang cocok?namanya juga Sharon bajunya yang sebegitu numpuk tak digubrisnya.cari style yang berbeda pikirnya
"no no no,nggak bagus,warnanya kurang cerah, khkhkkh" kekehnya sambil mengangkat baju kaus lengan panjang berwarna peach dengan dua garis putih dilengannya dan renda putih memanjang seperti rok dibagian bawah, hampir satu jam ia tak turun dari kamar dan hampir satu jam pula radionya tak henti-hentinya mengoceh, andai saja donghae bisa menjerit minta air putih karena sudah satu jam penuh menyanyikan seluruh lagu pada albumnya bersama rekan-rekannya, serik rasanya seriikk
"Shae!! Cepetan sayang, Olin udah nunggu tuh didepan" terdengar suara mamanya memanggilnya dengan keras,mengalahkan teriakan 3 oktafnya Kyuhyun
"iya mah.. ini dah mau turruun"
***
Olin memeberhentikan motornya tepat didepan pagar hitam yang berdiri kokoh dengan ornament ukiran dipinggirannya, disitu terpampang relief nama pada tembok pagar yang tertulis 'Michael Hugo Abraham' mata Sharon seolah terkunci pada objek bernama itu,dikerdip-kerdipkan matanya berkali-kali pada tulisan tersebut, manik matanya berguling keatas-kesamping mencari jawaban, kakinya kirinya menggetak-getak tanah dengan tangannya kanannya menopang dagunya dan tangan kirinya terlipat dipinggang sambil menahan beban tangan kanannya tertanda ia sedang berpikir. Seperti pernah denger nama itu,tapi dimana gumamnya.
"ini rumah siapa sih?" selidik Sharon penuh dengan rasa penasaran,olin diam tak menjawab,ia hanya merapikan rambut ikalnya melalui spion, dirasanya cukup rapi kemudian mengambil buku dari jok sepedanya.
"ini rumah Alga, gue mau balikin bukunya yang gue pinjem kemaren"jawab Olin menghilangkan rasa penasaran Sharon, Sharon hanya membulatkan bibirnya bertanda ia mengerti. kembali matanya terfokus pada pagar hitam sebuah rumah besar itu, rumah yang asri dengan sebuah air mancur kecil di tengah taman samping rumah itu,rumah yang nampaknya tak asing dimatanya, namun ia tak pernah tau sebelumnya.
"masak lo gak tau sih rumah Alga, kan masih satu perumahan."kini gantian olin bertanya pada Sharon, Sharon hanya termenung masih fokus terhadap rumah itu, Sharon pun berpikir mengapa ia tak pernah tau ya rumah ini, ingatannya tak pernah menyimpan tentang hal itu.padahal masih satu perumahan, ya namanya juga perumahan besar, maklumlah kalo gak tau sama tetangganya.
"ooy, malah ngelamun"tangan olin dikibas-kibaskan ke wajah Sharon.
"Hmm?apaan?" Tanya Sharon meminta pengulangan kepada olin,Sharon mah biasa..minta ditoyor kepalanya pake helm,bikin males yang ngajak bicara, sukanya ngacangin yang ngajak bicara
"lo kok gak tau sih rumah Alga?kan masih satu Perum..."ulang olin dengan kesal
"ye..tapi kan beda komplek neng,ya gak taulah,lu pikir gua bocah petualang apa, keliling desa gak jelas"
"ya udah gih pencet tombolnya, ini buku pasti lagi dicari tu sama si Alga soalnya gue minjemnya gak bilang-bilang dulu, hehhehe"olin terkekeh dengan puas sedangkan Sharon hanya geleng-geleng kepala melihat temannya yang satu ini
"tapi gue malu ke Alga, gak enak gimana gitu lin" rengek Sharon minta pulang, entah mengapa Sharon merasa malu dan canggung saat itu. mungkin efek karena Sharon belom mandi kali ya, iya Sharon belum mandi sebelum berangkat tadi. kan gue gak sempet, lagian gue gak bau juga. Ucapnya dalam hati berusaha menenangkan diri.dia takut Alga merasa bau saat Sharon berada didekatnya dan tau kalau Sharon belum mandi, kan tengsin.
"emang kenapa? lo ngumpet aja dibelakang gue, beres" jawabnya enteng sambil mengibas-ngibaskan tangannya
"oh ok lin, enggak sih, gak ada apa-apa" jawab Sharon sambil senyum-senyum, yes olin gak tau kalo gue belum mandi,khkhkh
"eh trus ke perpusnya kapan lin?"
"tar aja" jawab Olin singkat
***
Nyanyian jangkrik menemani malam sunyi itu, malam yang begitu damai dan tenang, membawa aura klasik dan hangat dibawah sinar bulan.
diatas ranjang
matanya masih terbelalak,mereka-reka kejadian sore tadi, mengingat saat gadis perempuan tadi tersipu dibalik punggung temannya berusaha menutupi wajahnya, lekat-lekat ia pandang wajah gadis yang sedang menunduk itu.wajahnya tak berubah,masih seperti 8 tahun lalu.memorinya terbang terhempas kenangan lama yang membawanya kembali ke masa itu, 8 tahun lalu....
"udah aku bilang,jangan macem-macem sama Geri dia itu lebih tua dari kamu, masih aja kamu ladenin, gini kan" keluhnya polos,wajahnya menampilkan kekhawatiran, mata bulatnya berkaca-kaca. kekhawatiran tak dapat tertutupi dari wajahnya.ada rasa bersalah karena anak itu terluka karena membela dirinya
"masak iya aku diemin, kamu juga sih,kalo digangguin lawan gitu kek,masak harus nunggu aku dulu yang belain,judo kok penakut sih" tukas anak laki-laki itu sambil menoyor kepala anak perempuan sebayanya yang sedang duduk bersimpuh menempelkan plester luka ke kaki anak laki-laki itu. Anak perempuan itu mengaduh kesakitan karena toyoran yang jatuh tepat kearah keningnya,
"ya kamu lah, kan aku gak boleh capek-capek kata papa"jawabnya sambil tertawa lepas,sungguh manis. Gelak tawa mereka berpadu bersama menciptakan dunia mereka sendiri, dunia yang mereka bangun berdua,dihiasi dengan senyuman sinar matahari jingga yang menghangatkan batin siapa saja yang disana.taman itu menjadi saksi bisu kedua anak kecil itu mengulum kebahagian.[Alga pov]
"Alga.." "matikan dulu tvnya sayang terus tidur" teriak bunda membuyarkan lamunanku diatas ranjang kamarku, ya tuhan aku lupa mematikan tv karena terlalu asyik melamun, kaleidoskop memoriku hilang begitu saja. sayang sekali, padahal aku masih ingin melihat memori lama yang lama kusimpan didalam otakku ini, aku bisa mengingatnya kembali ketika melihat senyumnya tadi sore walaupun ia berusaha menutupinya dibalik punggung temannya, senyumnya mirip sekali seperti 8 tahun lalu, nggak ada yang berubah, tapi kenapa aku canggung ketika melihatnya, kenapa juga dia bisa lupa sama aku? apa aku berubah sejauh itu?apa Australi juga merubah penampilanku selain perangaiku? Huft malas sekali ketika mengingat Australi, pas keinget papa deh. bikin mood hilang aja. Lebih baik aku tidur gumamku malas
Vote dan komennya jangan lupa ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Remind
Teen FictionSharon bertemu dengan serpihan kecil masa lalunya yang sama sekali tak ia ingat, kenangan tentang Alga sahabatnya selalu menghantuinya, Sharon mencoba merangkai kembali memori yang sudah hilang, tentang sebuah misteri masa kecilnya Alga bertemu deng...