Chapter 28 : A bouquet of daisy and baby breath

31 7 2
                                    



Alga berjalan dengan santai menuju parkiran. Tangan kanannya memegang helm dan tangan kirinya memutar-memutar kontak sepeda motornya, tiba-tiba hapenya bergetar tanda telpon masuk. Kemudian tangan kirinya merogoh kantong celananya dan menatap layar hapenya. Alga membuang napas panjang dengan malas kemudian memencet ikon hijau pada layar hapenya

"why you always rejecting my call?" tanpa salam dan basa-basi seseorang dengan suara baritone itu langsung memberi Alga pertanyaan yang sangat malas ia jawab, pertanyaan yang seperti seorang cewek yang sedang marah pada pacarnya karena diabaikan. Kembali Alga menghembuskan napas panjang ketika orang diseberang malah mengoceh—lebih tepatnya berceramah panjang lebar daripada menanyakan kabarnya dan kabar bundanya. Alga menjauhkan hapenya dari telinganya karena nanar yang ia rasakan ketika mendengar suara papanya.

"hello? Alga! Don't ignore me! Alga? Kamu masih disitu?"

"Im bussy. I've to go" Alga menutup telpon dengan sepihak dan hancurlah moodnya karena sebuah telpon yang kurang dari lima menit itu. Kemudian ia memasukkan hapenya kembali kedalam kantongnya dan bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke parkiran tiba-tiba ada suara yang ia kenal tepat dibelakangnya.

"bokap lo?" tiba-tiba Sharon muncul dari balik punggungnya dan kini sedang berdiri disampingnya.

"bukan urusan lo"

"lo kenapa sih Al?" Sharon memberanikan diri untuk berdiri berhadapan dengan Alga dengan tangan yang dibentangkan agar Alga tak menerobosnya. Dan kini jarak mereka kurang dari satu meter

Alga hanya mengernyitkan dahinya, sudah berapa kali ia mendengar pertanyaan yang tak bisa ia jawab ini. Alga hanya menunduk lalu menggelengkan kepalanya.

"gak, gak gini Alga yang gue kenal. G-gue bingung Al. gue gak tau harus ngomong apa sama lo. Intinya lo berubah. Apa gara-gara gue minta lo muterin monas kemaren? Bensin lo abis waktu itu? Iya?" Ucapnya dengan nada getir, kemudian ia menghembuskan napas dan melanjutkan kalimatnya "Apa susahnya ngomong, kan biar gue tau salah gue apa. Selama ini gue selalu ngerasa bersalah Al! Gue selalu mikirin lo! Kalo ada masalah sama gue atau masalah lain seenggaknya cerita ke gue Al, gue pasti dengerin. Dulu kan lo pernah nawarin ke gue kalo gue ada masalah gue bisa cerita ke lo, dan lo gak mau cerita apa masalah lo ke gue. Lo curang Al!"

"Shaer.." Alga menghirup napas lalu melanjutkan kalimatnya.
"teet teeet " Belum sempat Alga melanjutkan kalimatnya tiba-tiba sebuah bunyi klakson dari mobil Geri mengagetkan mereka berdua.

Geri membuka kaca jendela dan memanggil Sharon untuk masuk. "yaudah gue duluan" Alga memasang helmnya dan meninggalkan Sharon yang masih mematung menunggu lanjutan kalimat Alga.

ㅇㅇㅇ

Alga menepikan motornya didalam parkiran rumahnya yang megah itu, motornya terparkir rapi diantara deretan mobil milik bundanya dan mobilnya. Setelah meletakkan helm di spion motornya Alga bergegas masuk ke dalam untuk bertemu bundanya sesekali tersenyum ketika melirik sebuah buket dan kado yang ada ditangannya.

"Surprise" Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya dan memberikan sebuah buket bunga kesukaan bundanya, sebuah buket berisi bunga aster berwarna merah jambu yang dikelilingi bunga baby breath, bunga yang paling disukai oleh bundanya.
Alga menjatuhkan buket dan kado yang ia pegang lalu berlari mengampiri bundanya yang tengah terkulai lemas di lantai itu, ia tak peduli dengan bunga yang ia beli untuk ulang tahun bundanya hari itu. Segera ia mengangkat bundanya ke kasur dan memanggil beberapa pelayannya. Alga masih panik sambil menggenggam tangan bundanya yang lemah dan sedingin es itu.

"Den Alga, dokternya sudah datang" ucap salah satu pelayannya

"suruh masuk aja bi" jawabnya tanpa menoleh sama sekali kepada pelayannya, kedua mata Alga masih tertumbuk pada wajah bundanya yang pucat. Setetes air mata turun dari kedua matanya, setetes demi setetes dan semakin deras seperti pancuran. Segera ia seka ketika ada seseorang menepuk pundaknya dengan lembut

"oh dokter" sapanya sembari bersalaman dengan dokter yang setidaknya sudah berkepala enam itu.

"bunda saya pingsan dan ini pertama kalinya dok" lanjutnya

Sang dokter hanya mengangguk "iya saya tau" kemudian berjalan mendekati kasur dan duduk di kursi yang digunakan Alga tadi "ini bukan pertama kalinya dia pingsan, mungkin kamu tahu ini untuk yang pertama kalinya" ucapnya
"Tapi biasanya bunda kamu tidak gampang pingsan" sambung dokter itu setengah bergumam seolah berbicara sendiri. Sambil memeriksa keadaan wanita yang sangat disayangi oleh remaja laki-laki yang sedang berdiri dengan gelisah disampingnya itu.

"b-biasanya?" Alga menyatukan kedua alisnya "apa bunda punya penyakit dok?"

Dokter itu hanya menghembuskan napas panjang sambil melepaskan kacamatnya kemudian pergi keluar kamar diikuti oleh Alga

"bunda kamu cuma kelelahan. Biarkan dia istirahat dulu. Saya akan memberikan resepnya nanti dan lagi, jika di lengan bunda kamu ada ruam atau suhu tubuhnya tiba-tiba meningkat tolong segera hubungi saya" kemudian dokter berpamitan untuk pulang.

Setelah dokter tersebut pergi Alga kembali masuk ke kamar bundanya dan kembali duduk disamping wanita itu. Tangannya yang dingin membuat hati Alga terasa kelu, perih seperti teriris. Dengan lembut Alga membelai rambut bundanya. Ia tak yakin bundanya pingsan hanya karena kelelahan, ia merasa dokter dan bundanya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Alga mengangguk pelan, suatu saat ia akan mencari kebenarannya, batinnya.


ㅇㅇㅇ

"den sudah pagi, den Alga gak mau sekolah?" salah satu pelayan mengguncang bahu Alga dengan perlahan. Alga tidak beranjak dari situ sejak kemarin hingga pagi ini.
Alga menyipitkan kedua matanya dan memperhatikan sekitar berharap semuanya hanya mimpi. Tapi sayang bundanya benar-benar terbaring disitu persis seperti mimpi buruknya. Dengan infuse yang masih menancap disalah satu punggung tangan bundanya.

Dengan lembut pelayan itu kembali menepuk pundak Alga "den, biar saya yang jaga bundanya aden, nanti siang juga teh Arini dateng kok. Aden sekolah dulu ya"

"Gak usah bi, saya gak masuk hari ini sekalian nunggu tante Arin"

"Den Alga yakin?"

Alga hanya mengangguk lalu kembali menatap bundanya. Pelayan itu pun keluar kamar sebelum menutup pintu kamar pelayan itu memanggil Alga lagi dengan sedikit ragu-ragu.

"Den"

Alga tidak menjawab

"Aden gak mau ngabarin tuan? Tuan pasti juga khawatir den"

"gak usah. Papa juga gak bakal dateng" Jawab Alga ketus. Pelayan itu hanya mengangguk ketakutan, daripada mendapat semprotan lebih baik mengiyakan saja.

Alga kembali membaringkan kepalanya persis disebelah tangan bundanya yang masih ia genggam. Sesekali menguap tanda bahwa ia mengantuk dan butuh istirahat, karena semalaman ia bergadang menunggui bundanya yang tak bergerak itu. Dengan perlahan Alga memejamkan matanya karena kantuk. Akhirnya kedua matanya pun resmi tertutup dan Alga tertidur dengan pulas.

ㅇㅇㅇ

"Alga, bangun sayang" Alga merasa kedua tangannya bergetar dan ada tangan yang mengusap kepalanya dengan lembut. Alga mendongakkan kepala dan didapatinya bundanya sedang menatapnya. Ya! Bundanya sudah sadar dan dengan cepat Alga langsung membantu bundanya untuk duduk lalu memeluknya dengan erat

Wanita itu tersenyum lalu dengan perlahan melonggarkan pelukan Alga

"udah udah bunda gak bisa napas" kemudian mengelus kepala Alga lagi

"kamu kok gak sekolah? Hari ini gak libur kan?" Alga hanya menggeleng dengan polosnya. Persis seperti anak kecil yang sedang tertangkap basah habis mencuri uang.

Tiba-tiba hape Alga bergetar. Alga mengambilnya dari saku celananya lalu menatap bundanya. Kemudian menggoyangkan hapenya dengan pelan, mengisyaratkan pada bundanya bahwa ia mau mengangkat panggilan itu. Bundanya kemudian mengangguk dan kembali membaringkan badannya di kasur.

•jangan lupa vote dan comment^^

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang