Chapter 9 : close by accident

66 20 5
                                    


***
Hari ini adalah mata pelajaran bahasa Indonesia, pak Syaiful tengah menerangkan materi di depan kelas, tangannya menulis sesuatau di papan. Pelajaran yang sangat mebosankan, terutama untuk anak-anak bagian pojok barat sarang dari Juned dkk
" Tox! Tox! " teriak Juned lirih kepada Detox yang duduk didepannya
"Tox! Geser ke kanan dikit, Tox! Detox!" Tangan Juned berusaha menggapai punggung Detox, Detox masih diam tak mendengar
"Detox!" Juned masih berteriak dengan lirih
"apa sih?" Detox memalingkan kepalanya kepada Juned
"geser ke kanan dikit, gue mau tidur"
"oke deh" bokong Detox begeser sedikit-demi sedikit menutupi posisi Juned dari pandangan pak Syaiful
"nah, gitu dong beb, makin sayang deh" Juned meletakkan kepalanya diatas kedua lipatan tangannya, kemudian sedikit demi sedikit kehilangan kesadaran karena Juned hari ini ngantuk berat, gara-gara bagadang buat download film jepang katanya
"Ned! Ned! Juned! " kini gentian mamat yang memanggil, Juned masih tertidur
" Juned! Oi! Selamet! " Mamat makin brutal, kali ini Mamat memanggil juned dengan nama bapak Juned, Selamet Dewantara, Juned masih tidak mendengar
"Selamet botak! Oy juned bin selamet! Lo tidur ya?" kaki Mamat mendorong kursi Juned yang duduk didepannya itu. Pak Saiful berhenti sejenak lalu melihat ke arah Mamat, Mamat hanya menyeringai, kepalanya dianggukannya.
pak Saiful hanya menggeleng pasrah, pak Syaiful tau benar kelakuan juned dkk, selalu saja ricuh saat pelajarannya
"berisik lo! Ada apa? Kan gue bilang jangan bangunin gue kecuali Mia Khalifa dateng kesini" Juned berbicara dengan matanya yang masih tertutup namun menoleh kearah Mamat
"lo kok downloadnya yang format 3gp sih? Gak jelas goblok!"
"lo mau gue mati? Kalo bokap gue tau lo pikir gue bakal selamet dunia akhirat gitu?"
" bokap lo kan emang selamet"
"Jono imut!" ledek Juned tak terima nama bokapnya disebut-sebut
"gue kan bener Ned, bokap lo namanya selamet!, kenapa lo bawa-bawa bokap gue?"
"lo mau gue di seret paksa ke pondokan ? bokap gue kagak bakal biarin gua hidup tenang kalo tau anaknya doyan nonton yang begituan, mau lo gue tinggal selama-lamanya? Bakalan nelangsa idup lo tanpa gue mat, bagaikan taman tak berbunga" Gaya bicara Juned dimirip-miripkan dengan gaya pak Syaiful bila sedang mengajar, puitis sekali
"Ssstttt" Dewi melotot kearah Juned dkk, tangannya mengepal seperti orang yang siap menonjok mengisyaratkan Juned untuk tidak berisik
"oke oke beb" tangan Juned membentuk symbol OK
"pelan aja kalo ngomong jon! Gue denger" Ucap Juned dengan lirih kepada Mamat, badannya kini sedikit menghadap ke Mamat. Kemudian Mamat menunjukkan Hapenya kepada Juned
"ahh keliatan tuh, mata lo burem ya?" Juned merasa tidak ada masalah dengan video yang di putar oleh Mamat, Mamat hanya menggeleng tak setuju
"lo sayang banget sama kuota, kayak yang kuota sayang balik ke lo. Download itu jangan tanggung-tanggung"
"Kalian berdua! Nagapain itu? Kemarikan hapenya!" Ternyata pak Syaiful mencium gelagat mereka yang tidak mau diam dari tadi
Tampak Detox berusaha menutup-nutupi Juned, mengikuti arah kepala pak Syaiful, kepala pak Syaiful ke kanan, Detox juga ikut ke kanan, kepala pak Syaiful ke kiri Detox juga ikut ke kiri
"Detox! Awas! Badan kamu nutupin. Geser!" dengan pasrah Detox menggeser posisinya, kemudian mendekatkan kepalanya ke belakang tanpa menoleh kearah Juned
"lo bilang mau tidur, ngapain rusuh dibelakang? badan gue tidak bisa lagi melindungi lo bro, gue gak bisa, sorry" bisik Detox dramatis
"mending lo maju keburu pak Syaip yang kesini, gawat nanti" tambah Detox dengan kepala yang masih menghadap ke depan. Juned dan Mamat pun berdiri, lalu menyerahkan kan hapenya kepada pak Syaiful
"Tunggu saya dikantor!". Juned dan Mamat hanya mengangguk pelan lalu mereka pergi ke kantor beriringan

***
"Alga!! Lo dipanggil pak Syaif ke kantor"

"gue?" Alga menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya
"iya... Alga Michael hugo... Hugo siapa lagi nama lo gue gak hapal-hapal" Sharon mengangkat kepala dan tangannya mencoba mengingat-ingat
"Ada apa?"
"meneketehe, mana gue tau, pokoknya lo disuruh ke mejanya, lo disuruh ngadep ke dia, I don't know why"
"kok gue ngerasa gak enak ya?" Alga meringis sambil mengelus-elus lengannya yang dirasanya mulai merinding
"tenang gue temenin, gausah takut ada gue"
"Gausah" Alga berlalu meninggalkan Sharon
"Santai aja bang gak usah canggung, Dedek Cuma mau ngumpulin tugas pak Syaif" ucap Sharon sambil melirik Dewi dengan senyum menggoda, Dewi hanya tersenyum kecut. Alga hanya menggeleng mendengar ucapan Sharon. Sebelum pak Syaif benar-benar pergi tadi ia memberi tugas kepada murid-murid dan memintanya untuk dikumpulkan saat jam istirahat pertama
"buku lo udah lo kumpulin kan?" Tanya Sharon sambil menunjuk tumpukkan buku ditangannya dengan dagunya, Sharon tampak tergopoh-gopoh berjalan menyusul Alga, Sharon berusaha menyelaraskan langkahnya dengan langkah Alga
"Udah" jawab Alga singkat, kemudian Mengambil tumpukkan buku di tangan Sharon
"lo balik aja sana, ini kan istirahat, biasanya kan lo kelayapan di kantin, udah sana, ini gue yang bawa ke pak Syaif"
"enggak gue mau ikut" Sharon kembali merebut buku di tangan Alga.
"Terserah deh, tapi itu buku-buku biar gue aja yang bawa, muka lo pucet tuh, masak gitu aja berat" Alga memindah tangankan buku-buku itu ke tangannya karena tak tega melihat Sharon yang sepertinya kesulitan membawa tumpukan buku itu
Merekapun akhirnya sampai di kantor, disitu terlihat Juned dan Mamat sedang diceramahi oleh pak Syaiful, Juned yang biasanya terlihat tidak pernah rapi kini berubah seratus delapan puluh derajat tiba-tiba menjadi rapi memakai dasi dan bajunya masuk ke dalam celananya, kepalanya menunduk
"lah ini yang punya hape, silahkan duduk mas" Pak Syaif menyambut Alga dengan senyum menggoda tangannya mempersilahkan Alga untuk duduk disebelah Juned, Juned sekilas menatap Alga lalu menunduk kembali, Alga menoleh kepada Sharon, Sharon hanya mengangkat kedua bahunya tak mengerti. Alga mengambil posisi duduk denga nyaman, dia tidak mengerti mengapa dia yang disebut pemilik hapenya Juned, Juned melirik Alga sekali lagi, kali ini dengan seringai, sorot matanya seakan meminta bantuan
"Ada apa ya pak"
"Gini ya Alga, Saya tau kamu sudah dewasa, saya juga tau kalo hasrat seorang lelaki itu untuk memenuhi gairah yang terpendam didalam dada.." pak Syaif makin menjadi-jadi, mau nyeramahin masih pake majas-majas dan kata-kata puitis, memang pak Syaif itu sulit to the point. Alga semakin bingung, begitu pula dengan Sharon yang masih berdiri di belakang Alga
"lo mending cabut deh, kemana gitu..nih ke kantin" bisik Juned kepada Sharon sembari memberikan uang lima puluh ribuan kepada Sharon
"cewek gak pantes denger beginian, gih!" tambah Mamat sambil mengangguk-angguk, Sharon menggeleng dengan mata disipitkan dan kerutan di dahinya
tampak Pak Syaif masih berpuisi ria, tangannya diangkatnya tinggi-tinggi persis seperti orang sedang membacakan puisi, kemudian berhenti sejenak karena melihat Juned yang sedang menyogok Sharon agar pergi
"eh eh eh.... Tidak ada suap-menyuap, biarkan gadis polos ini tau kelakuan kalian, Gadis manis.... Nanti kalo kamu sudah sampai dikelas.. bapak boleh minta tolong" pak Syaif momotong transaksi antara Sharon dan Juned
"i-iya pak" Sharon gugup
"nanti kamu bilang ke temen-temen kamu dikelas kalo tiga cowok ganteng didepan bapak ini suka nonton yang tidak-tidak, bisa kan gadis ayu?" pinta bapak berkepala 5 itu, kumis putihnya melambai-lambai,
Sharon menelan ludah, Juned dan Mamad langsung menundukkan wajahnya, ditutupnya mata mereka dengan tangan mereka
"bapak ah.. jangan keras-keras dong, tar kedengeran yang laen, kan gak enak" Mamat berbisik pada pak Syaif
"bagus dong" ucap pak Syaif dengan senyum yang membuat kerutan di dekat matanya terlihat
"pak ? saya kan gak ikutan?" Tanya Alga tak terima
"ya kamu memang tidak ikut lihat tadi, tapi kamu kan ikut memiliki, ibarat hati... kamu pinjamkan hatimu kepada orang yang kamu sayang tapi hati itu tetap milik kamu wahai anak muda"
"Assseeekkkkk" sorak Juned dan Mamat lirih berbarenganan
"Diam kalian!"
"tapi saya gak sayang pak sama mereka" Alga menunjuk Juned dan Mamat dengan dagunya
"yasudah, yasudah... saya tau kalian adalah laki-laki sejati, inginnya di puji, mencari cinta yang abadi, hasrat kalian masih suci. Wajar kalau kalian mencari jati diri, tapi jangan begini"
"saya masih nggak ngerti pak, itu hape bukan punya saya pak, ini hape saya" Alga membela diri sambil menyodorkan hapenya kepada pak Syaif. Juned dan Mamat tampak geleng-geleng minta tolong, mata mereka memancarkan rasa iba. Senakal-nakalnya Juned dkk, Juned masih takut kepada Alga, padahal Juned dkk itu musuh bebuyutan kakak kelas, kakak kelas yang modelnya sama kayak mereka, tukang rusuh
"Saya tidak mau tau, pokoknya hape ini saya sita!"
"sita aja pak" Alga tak peduli. Juned dan Mamat tampak pasrah, putus asa, seakan tak punya harapan hidup
"Untung saya baik, coba kalau guru lain, kalian langsung dapet poin, mau kalian saya adukan ke kesiswaan? Tidak mau kan? Bapak hanya kasian ke pihak kesiswaan tiap hari harus ngurusin murid model kalian, saya ingin meringankan beban mereka. Dan saya tidak ingin masalah ini jadi besar, jadi.... Sebagai gantinya, orang tua kalian besok kesini, terutama kamu Alga, bawa ayah kamu kesini"
"Ayah saya gak ada pak" Jawab Alga malas
"saya tidak mau tau, sudah bubar sana, 5 menit lagi bel masuk"
Sharon masih terpaku di posisi awal, diam tak mengerti dengan apa yang terjadi
merekapun pergi dengan sopan
di jalan mereka berempat pun mash saling diam,Juned dan Mamat masih takut dengan Alga, Alga masih kesal dengan mereka berdua, sedangkan Sharon masih belum mengerti dengan semuanya. Sharon menggigit bibir dan ingin memulai pembicaraan
"ini btw ada apa ya? Kok gue gak ngeh sama yang di omongin pak Syaif tadi"
"Shaer, gue bisa minta tolong gak? Beliin aer di kantin", Juned menyodorkan uang lagi kepada Sharon, Sharon melotot membuat Juned dan Mamat mengurungkan niatnya untuk menyogok Sharon lagi
Sharon mendengus kesal "dasar mental suap! Ini ada apa kok Alga yang dipanggil? Itu kan hape lo ned"
"Gini man..." Juned siap menjelaskan dan menanggung resiko dari Alga, Juned melirik Mamat sejenak, Mamat mengangguk mantap kemudian Juned menghembuskan napas dengan pelan dan melanjutkan ucapannya
"tadi kan hape gue dirampas oleh sang raja drama mr. Syaif, nah gue gugup banget bro..." Tangan Juned meraba-raba pundak Alga
"Sorry bro, But.." lanjut Juned
"But What? Lo pake nama gue biar lo gak di hukum? Gak gini bro, jangan cemen gitu dong, lo berani berbuat harus berani bertanggung jawab" potong Alga, wajah Alga terihat merah padam
"lagian lo juga! Nonton begituan di sekolah. Tau tempat kali" Alga mengatur napasnya yang tak teratur
Sharon tertegun mendengar ucapan Alga yang bagi Sharon itu menakutkan. Baru pertama Sharon melihat Alga se emosi itu
"Cair man.. kenapa ngomong lo malah mirip pak Syaif sih, nggak asik bratha...sebenernya kita tadi kagak nonton yang begituan man. Kita bedua masih suci, lagian gue belom tujuh belas, bulan depan baru tujuh belas. Dih najis ya kita nonton begituan" Juned menoleh kepada Mamat meminta persetujuan dengan wajah yang seakan-akan jijik dengan hal seperti itu, tangannya melambai-lambai meremehkan
"bener tuh Juned, tadi kita lagi streamingan NBA bro. Gini-gini gue pemain basket handal" tambah Mamat yang memang anak basket
"terserah lo deh! Gue gak peduli sama hape lo, bokap gue gak bakal dateng, siap-siap beli hape baru lo" Ucap Alga mulai cair, kemudian menarik tangan Sharon dan berlalu meninggalkan dua onggok manusia itu.
"yha.. gimana nih, Alga kayaknya marah sama kita" ucap mamat polos
"Alga baik kok, dulu pas TK dia itu sohib gue man, dia kenal kok sama nyokap gue, asal lo tau dulu Alga kalo mandi, makan dirumah gue man, udah tenang aja, gue sama Alga tuh gini" Juned menyantolkan jari telunjuk kanannya ke jari telunjuk kirinya, kebiasaan Juned yang lainnya adalah mengara g cerita dan ke sotoy- annya sudah terkenal sepenjuru Asia, eh Sekolah
"lo gak liat? Kegantengan Alga itu kecipratan dari siapa? , masa lo gak sadar sih" Juned mengankat-angkat alisnya mencoba memberi kode pada mamat, Mamat masih tidak megerti
"Alga itu gantengnya kecipratan dari gue man! Lo gak liat? Gayanya yang cool itu kek siapa? Kek gue man!" Juned mengambil sisir dari kantongnya
"serah lo dah" Mamat berlalu meninggalkan Juned yang masih menyisir rambutnya sambil mengaca ke jendela kelas
"gak percaya banget sih" gumam Juned dengan percaya diri, Tangannya masih menyusuri rambutnya yang rimba

(cmiiw/tyo^^)
⬇️vote and comment ya⬇️

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang