Chapter 19 : Geri

72 12 6
                                    




     Alga mengangkat tangan kirinya untuk memastikan jam, dilihatnya kembali jam yang melilit tangan kirinya, pukul sepuluh kurang lima menit. Matanya mengedar ke seluruh penjuru, mencari seseorang yang ia tunggu. Sepertinya yang ditunggu tidak akan datang, tangannya kemudian meraih koper yang ada disamping kakinya itu, kemudian beranjak pergi memasuki pesawat, tangan kirinya menarik koper dan tangan kanannya menulis pesan di hapenya
"Shaer gue berangkat, kenapa lo gak dateng?"
Alga kemudian menyenderkan bahunya pada kursi pesawat dan memejamkan matanya berusaha tidur

🍂🍂🍂

Sharon membaca pesan dari Alga, diulanginya lagi dengan suara yang agak keras, lalu menghembuskan napas panjang, kini matanya tak menatap hapenya lagi, pikirannya selalu menuju Ruby ketika ia memikirkan Alga, karena Sharon tau betul bahwa Ruby sangat menyukai Alga, dari cara Ruby bercerita tentang Alga kepadanya, cara Ruby menatap Alga dan tingkah Ruby didekat Alga menggambarkan semuanya, Sharon masih tidak mengerti mengapa Sharon selalu merasa cemburu tiap kali melihat Alga bercanda dengan Ruby atau yang lain, karena jelas Alga bukan orang yang ramah, Alga menurutnya bagaikan gunung es yang kaku dan dingin, harus benar-benar kebal dingin agar bisa dekat dengannya, walaupun Alga tidak dingin dalam ucapan atau kalimat-kalimatnya sehari-hari tapi sikapnya yang dingin itulah yang Sharon tak mengerti, seakan Alga tidak menyukai Sharon, dari awal Sharon merasakan itu, Sharon merasa Alga itu bersikap berbeda kepada dirinya, tidak seperti yang lain. Entah itu hanya pikiran Sharon saja atau memang Alga yang bersikap berbeda kepada Sharon, walau tidak terlalu parah seperti awal kepindahan Alga ke sekolahnya, namun sikap Alga cukup membuat Sharon bingung.
Sharon menarik badannya untuk bangkit dari kasur, kedua kakinya berjalan tak karuan seperti orang tak punya semangat hidup, kecampuran ngantuk dan galau, seperti ada yang hilang dari dirinya karena kepergian Alga, tangannya kirinya menyusuri pegangan tangga, sekedar agar tak terjatuh, kali-kali saking galaunya sampai jatuh. Kini Sharon sudah sampai di ruang teve, disana ada Shanon dan Sandy sedang menonton teve, tapi Sandy tampak lebih fokus kepada buku yang dipegangnya
"encyclopedia: How birds adapting with the world, liburan yang dibaca ginian, lama-lama botak kepala lo San" Sharon merebut buku yang dipegang Sandy dan diangkatnya dengan dua jari seperti orang jijik
"siniin gak?" mata Sandy melotot
"biasa aja kali.. nih gue balikin" Sharon melempar buku tebal itu kepada Sandy yang dengan sigap langsung menangkapnya
"heran deh gue, bocah jaman sekarang gak bisa ditebak yah.. kalo dulu gue sih...eh sampai sekarang sih, gak doyan baca buku, kadang ada bocah yang alay ada yang rajin.. kalo gue kecil dulu semuanya sama gak ada yang model alay facebook terus upload foto bareng pacar, beda mah jaman sekarang ya, eta mah jaman edan" Shanon meracau seperti orang ngelindur, ucapannya ngelantur yang Shanon sendiri tak mengerti apa yang ia ucapkan matanya tetap fokus ke teve dan tangan kirinya memegang remote sedangkan tangan kanannya menyuapi mulutnya dengan camilan
"iya ya Shaen.. bocah jaman sekarang itu banyak yang alay, coba Mark tau kalo users facebook itu alay kayak lo Shaen, nyesel dia bikin facebook, apalagi si siapa itu??" Sharon berpikir mencoba mengingat-ingat
"ah.. itu.. Bill Gates! Pasti nyesel dia bikin twitter, bosen dia baca tweet lo Shaen tiap hari nge tweet gak jelas" sepertinya mood Sharon kembali lagi
"Bill Gates itu bikin windows oon!" Shanon melempar Sharon dengan bantal
"keterlaluan mah itu oon nya" Sandy menimpali dengan kalimat sarkas yang cukup menohok jantung Sharon, bukan sekali ia diceramahi oleh Sandy jadi ia sudah cukup kebal dengan kalimat-kalimat Sandy, Sharon hanya menggeleng pasrah sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal
"kita mah beda Shaen.. kalo Sandy itu mirip abang, gue inget dulu abang marah gara-gara bukunya gue lemparin ke ayam tetangga gara-gara ayamnya eek di lantai" Sharon tersenyum sendiri ketika mengingat hal tersebut
"parah lo, udah tau itu bukunya Selda tetep aja lo lempar, lo tuh ya waktu itu udah gede, udah SMP tapi kelakuan kayak anak kecil, gimana gak eek di lantai coba, itu ayam lo kejar sampek lemes gitu ya balas dendam ayamnya"
"lagian bukunya ada di ruang tamu Shaen, gemes banget gue liat ayamnya, nyolot! wajahnya kayak ngejek gue gitu, udah gitu matanya suka melotot Kalo ngeliatin gue, kan gue emosi jadinya"
"orang gelo mah beda" Shanon berbicara dengan menggunakan aksen sunda yang dibuat-buat
mereka berdua pun tertawa bersama, tertawa pada diri mereka masing-masing persis seperti orang gila yang menemukan sahabat lamanya
"kenapa ini kok ketawa?" papa dan mama Sharon baru datang dari luar dan menemukan anaknya yang seperti gembel tak terurus-kecuali-Sandy karena hanya Sandy yang mandi dan terlihat bersih daripada Sharon dan Shanon
"dari mana pa?"
"biasa urusan kantor"
"kok mama ikut?" dahi Shanon mengernyit
"mama ikut buat belanja"
"ohhh..." Sharon membulatka bibirnya tanda mengerti
"oh iya pa? planning liburan kali ini kemana?"
"gak kemana-mana" jawab papanya singkat sambil berlalu, membuat Sharon, Shanon, dan Sandy menghembuskan napas panjang tanda depresi, terutama Sharon
"oiya, kalian kalo butuh plan liburan liat ke bukunya Sharon aja, banyak khan?" tambah Ayah mereka menggoda
Shanon dan Sandy bergidik ngeri, sedangkan Sharon tertawa melihat tingkah saudaranya itu
"just like ordinary days" dengus Shanon malas
"eat, sleep and more sleep" Sharon tambah malas

🍂🍂🍂

"Sandy... Sandy!! Buka dong pintunya"

Sandy beranjak dari meja belajarnya karena terusik dengan suara Sharon yang melengking sambil menggedori pintu kamarnya, setelah membuka pintu dan mempersilahkan Sharon masuk kemudian Sandy duduk kembali dan membaca buku komik miliknya
"nah gitu dong, sekali-kali buku fiksi yang dibaca jangan ensiklopedia terus, kasian Conan lo anggurin terus" Sharon menghempaskan badannya ke kasur Sandy, dengan mulut yang masih mengunyah snack dan tangan kanan yang memeluk kantung snack yang besar membuat kasur Sandy yang semulanya rapi kini menjadi berantakan dan kotor dengan remah-remah snack
"ngapain kesini, itu jajan jauhin gak dari kasurku?! Liat tuh, jajannya jadi tumpah semua"
"pinjem komik dong, yang seri 46 ada nggak?" Sharon masih mengunyah makanan tanpa mengindahkan ancaman Sandy, matanya mengedar ke seluruh ruangan
"rapi juga kamar lo, terakhir gue di ijinin masuk kesini masih berantakan"
"aku gak punya yang seri 46, udah sana keluar" Sandy bangkit dari kursi dan hendak mengusir Sharon dari kamarnya
"terakhir kan kamu Shae yang bikin berantakan, sana gih" Sandy menarik tangan Sharon, Sharon berdiri dengan malas dan berjalan kearah pintu. Sharon heran sekali mengapa Sandy sangat risih apabila ia masuk kedalam ruangannya.
"tunggu, tunggu.. mereka kok gak ada yang nge Line gue yah, kampret mereka mentang-mentang liburan gue di lupakan, tcih" Sharon berbelok dan tiduran lagi di kasur Sandy, Sandy menggelengkan kepala pasrah, mau tak mau kali ini Sandy harus rela melihat kamarnya dibuat berantakan oleh Sharon
"siapa ?" Sandy berbaring disebelah Sharon sambil melanjutkan membaca komik Detektif Conan favorit dirinya dan Sharon
"temen gue, pada liburan, nah gue ? tiduran di kamar lo kayak pengangguran" matanya kosong menatap langit-langit kamar Sharon
"bentar lagi masuk, ajak papa kemana kek, museum atau kemana gitu"
"museum ? mending di rumah nonton spongebob bareng Shanon, bisa ketawa gue nonton bareng Shanon, lucuan Shanon ketimbang Spongebob"ucap Sharon sambil membayangkan bagaimana tingkah Sandy ketika menonton kartun, terutama spongebob. random sekali seperti kuda lumping kesurupan
"yaudah ikut gue yuk, beli-beli" Shanon beranjak dan meletakkan komiknya di meja
"kemana?" Sharon bertanya dengan semangat, setidaknya ada yang mengajaknya keluar untuk menghirup udara segar
"minimarket"

merekapun meluncur ke minimarket terdekat, sekalian refreshing karena dari awal liburan mereka tidak pergi jalan-jalan atau berlibur ke luar kota
. Sharon menyusuri rak-rak berisi makanan ringan, matanya tergoda dengan snack-snack yang terpajang disitu, sedangkan Sandy masih memilih-milih buku note yang ia cari, Sharon berjalan dengan troli kecil, matanya tak melihat ke bawah atau ke depan, namun masih membaca dan meperhatikan snack yang ia pegang.
"cheese? ... uhm.. yang rasa keju ada nggak ya? tapi ini warna kuning.. mungkin keju ya.. tapi kok tulisannya cheese ? Cheese itu keju kah? ini tapi ada gambar keju. Pasti cheese itu keju. Goblok banget sih gue cheese aja nggak tau, gue tau tapi lupa kok" Sharon bergumam berdebat dengan otaknya berusaha menerjemahkan arti 'cheese'. Sebenarnya Sharon cukup pintar berbahasa inggris, hanya saja ia agak asing dengan kata cheese, *lah?
hingga tak menyadari bahwa ada seorang laki-laki tengah berdiri didepannya--yang sama-sama sibuk memperhatikan snack. Bbruakk.. Sharon menabrak laki-laki sehingga troli mereka saling bertabrakan dan menghasilkan suara yang lumayan keras
"sorry, sorry" Sharon meminta maaf kemudian berlalu meninggalkan laki-laki sebayanya yang masih menatapnya terpana, seakan ada yang aneh pada diri Sharon, Sharon tak peduli dengan tatapan anak laki-laki itu, matanya yang hitam pekat dengan garis mata yang tajam. Sharon baru pertama kali melihat mata seperti itu, namun ia sudah biasa dengan tatapan macam itu, dengan wajah Sharon yang imut dengan kulit putih dan mata besar itu cukup dapat menarik perhatian orang-orang. Namun Sharon tak terkejut dengan tatapan mata itu.

"kenapa Ger?" ucap seorang pria tambun yang berjalan menghampirinya, pria itu adalah papanya
"enggak pa, gak papa. Yuk" Kemudian laki-laki itu berjalan di belakang papanya

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang