Chapter 22 : Geri (2)

84 13 8
                                        






"siniin Geri!!!" gadis kecil itu berteriak sambil menangis, tangannya berusaha menggapai buku yang Geri pegang tinggi-tingggi agar Sharon—si gadis kecil itu tak dapat menggapainya

"ambil kalo bisa wlee... gak nyampe kan? Mangkanya jangan seenaknya kalo ngomong, aku lebih tua karena dulu aku gak TK, enak aja aku dibilang gak naik kelas" Geri makin mengangkat tangannya, makin menjadi-jadi Sharon nangisnya

"iya iya nggak lagi-lagi mangkanya kembalikan bukuku Geri... tar aku bilang papa kalo gak kamu balikin"

"bilang aja sana, papamu gak bakal marah... wlee"

"kamu kenapa sih ngerjain aku terus? Aku ada salah apa sama kamu? Hah?! Beraninya sama cewek. Dasar cemen!" Sharon masih sesenggukan dan sulit mengatur napasnya, keadaan di situ sedang sepi karena semua murid sudah pulang, walaupun Geri dan Sharon satu kelas namun Geri terpaut satu tahun lebih tua dibanding Sharon. Sharon celingak-celinguk dan makin takut karena tak ada satupun murid yang sekiranya dapat membantunya

"aku gak ada masalah sama kamu, masalahku itu Cuma Alga. Karena Alga musuh aku! Dia gak pernah takut sama aku kecuali kalo aku ganggu kamu! Hahaha... yang cemen itu Alga, Cuma karena cewek cengeng kayak kamu aja dia gak berani sama aku.. hahaha" Geri tertawa puas melihat Sharon menangis, tangannya masih mengangkat buku yang ia ambil dari tas Sharon namun tiba-tiba buku itu sudah berpindah tangan ke tangan Alga yang menyambar buku itu dari belakang kemudian memberikannya kepada Sharon, lalu menarik tangan Sharon agar berdiri dari posisinya yang sedang menangis terduduk

"yuk Shae pulang" Alga membawa tas Sharon dan menuntun Sharon pulang. Geri geram melihat Alga yang selalu datang dan menghadapi dirinya dengan santai, Alga bukan tak mau bertengkar hanya saja ia benci kekerasan, jika ia mau, Geri pasti sudah bonyok dari dulu dan Sharon selalu melarangnya untuk meladeni Geri

"dasar cemen!" teriak Geri dari belakang

"Kenapa ngelamun terus sih Al? sakit lo? Laper? Iya? Kenapa sih? Jawab dong" Juned menepuk pundak Alga dan membuat Alga tersadar

"gimana gue mau jawab kalo lo nyerocos terus"

"oh iya ya, nah gue diem nih, jawab pertanyaan gue, kenapa lo? Sakit? Gue diem nih" Juned merapatkan kedua bibirnya

"gue gak papa. Im okay. OKAY" Alga menekankan kalimat okay

"abis dari tadi lo bengong terus, gue kira lo kesambet setan penunggu WC pojok, parah kalo disana! Lo jongkok semenit aja pasti merinding lo! Pantat lo rasanya kayak digelitik setan. Hhiii"

"oiya... Tadi siapa tuh namanya, gue lupa" lanjut Juned mengubah topiknya sendiri, sekilas Geri melewati pikirannya dan ada yang ingin ia tanyakan tentang Geri pada Alga
"Geri" sambar Mamat
"nah iya Geri cokolatos . lumayanlah ya, lumayan ganteng.... gue kayak pernah liat dia dimana gitu ya..."
"kampret gue lupa lagi! Akh babi! Tadi gue inget" lanjut Juned sambil mengumpat karena lupa sesuatu
"lo pernah liat sebelumnya? Serius lo? Dimana?" Alga tampak penasaran dan menegakkan posisi duduknya yang awalnya bersandar pada sandaran kursi
"iya Man! Pernah liat gue kayaknya, nah itu gue lupa" Juned mencoba mengingat-ingat dan tiba-tiba wajahnya berubah cerah seperti ada lampu keluar dari batok kepalanya, wajanhya seperti orang habis mendapat ilham
"nah iya! Gue pernah liat di TV! Dia itu mirip sama artis, tapi gue lupa namanya"
"Hadeh... gue kira lo liat dimana.. taunya di tv" Mamat yang semulanya mendengarkan dengan seksama kini merasa kecewa karena kalimat yang ditunggu-tunggu malah membuatnya malas
"mirip man, sumpah..! tapi Geri keliatan lebih badboy... ckckck dipikir-pikir keren juga gayanya" Juned menggelengkan kepalanya
"ah udahlah... jangan dilanjutin, makin ngelantur tar Juned, bisa nyampek kemana-mana dia" Detox mencoba menengahi

ㅇㅇㅇ
    Kringg....Kring....Kring.... bunyi istirahat kedua di mulai, murid-murid pun berhamburan keluar dengan tak karuan, walaupun pelajaran sebelumnya kosong karena Bu Hemi yang harusnya mengajar pelajaran PKn tidak masuk pada waktu itu karena diklat untuk dua minggu kedepan yang berarti pula bahwa selama dua kali pertemuan pelajaran PKn akan kosong atau diberi tugas, hal ini cukup menjadi angin segar bagi siswa yang sudah merasa gerah akan pelajaran, padahal semester 2 baru dimulai

Sharon, Olin dan Ruby memilih untuk pergi ke kantin karena pada istirahat kedua kantin tak terlalu ramai, mereka pun duduk di meja dan memesan siomay. Tiba-tiba pandangan Olin mengarah kepada seonggok anak manusia—Geri yang tengah melambai-lambaikan tangan kearah mereka

"Shaer! liat tuh, si anak baru dada-dada ke kita" Olin menyipitkan matanya dan memperhatikan Geri dengan seksama yang tengah duduk dipojok kantin dengan teman-teman barunya. Sharon pun menoleh kepada seseorang yang ditunjuk oleh Olin. Kemudian Olin mengerjapkan matanya berkali-kali
"dia dada-dada ke lo Shaer, liat tuh matanya ngeliatin lo gitu" Lanjut Olin.
Sharon mengernyitkan dahinya sehingga membuat alisnya yang tebal itu menyatu, kemudian membalas lambaian tangan Geri dengan sungkan dan senyuman yang ia paksakan, tanpa disadari siswa-siswi yang ada dikantin menatap Sharon dan Geri, kebanyakan dari mereka terutama kaum siswi iri kepada Sharon karena mendapat lambaian tangan dari Geri—tokoh idola baru di sekolah mereka.

"dia kenapa ya? Suka kali sama lo Shaer, liat tuh senyumnya... widihh... manis banget" Ruby tersenyum-senyum sendiri seperti sedang membayangkan sesuatu
"fokus oy!" Olin menjitak kepala Ruby dengan sendok siomay yang disediakan di meja
"gak tau tuh, udah lah jangan diliatin, tar anaknya malah GR lagi"
"kalo emang ganteng bukan GR namanya Shaer, fakta itu" Ruby seakan membela Geri
"ah udahlah... iya sih gue akuin dia ganteng, baru seminggu pindah fans nya udah bejibun"
"iya Shaer... coba lo bayangin kalo lo pacaran sama Geri, bah... mendadak famous lo, plus haters" ujar Olin sambil membayangkan, kemudian tersenyum senang kemudian lagi bergidik sendiri
"iya Shaer, kayaknya dia tertarik sama lo, inget gak kemaren pas pelajaran pak Bambang, dia bolak-balik kelas kita sambil ngelirk-ngelirik jendela kan tempat lo deket jendela" Tambah Ruby dengan semangat
"ketularan Juned lo pada, mikirnya ngelantur kemana-mana. Lagian kelas Geri itu disebelah, ya pantes aja dia bolak-balik kelas kita, yang aneh kalo dia bolak-balik kelas dua belas diatas noh. Udahlah Geri juga gak bakal suka sama gue... cogan model dia itu levelnya sama Sasa si bumbu dapur tuh" kemudian Sharon menopang dagunya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mengaduk-aduk kuah siomaynya
"gak gitu juga Shaer, Alga yang cogan bule aja gak kecantol sama Sasa, apalagi cogan lokal macem Geri"
"ya nggak?" Ruby mengangkat-angkat kedua alisnya meminta persetujuan
"serah lo dah..." Ujar Sharon sambil kembali melemapar pandangan kepada Geri yang tengah berbincang-bincang dengan temannya, kemudian tatapan mereka bersatu, Geri kembali melambaikan tangannya pada Sharon, kali ini di tambah dengan senyuman super manisnya sehingga membuat matanya yang besar menyipit. Sharon membalas dengan senyuman yang kali ini tak ia paksakan, spontan ia tersenyum ketika Geri tersenyum kepadanya
"matanya familiar, tapi dimana ya?" Sharon bertanya dalam hati, kemudian kembali fokus pada siomaynya

• dont forget to vote and comment~

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang