Chapter 17 : Greenhouse (2)

66 15 5
                                        






Langit masih cerah matahari masih kokoh bertengger di langit yang biru itu sinarnya yang terang membuat gerah mahluk yang dibawahnya, cuaca yang jauh dari kata sejuk membuat Sharon mumet dan sangat lelah, langkahnya lemas seperti tak memiliki semangat hidup, kepalanya masih tetunduk menatap lantai yang polos itu hidungnya kembas-kempis menstabilkan nafasnya yang masih tak karuan, Sharon juga tak mengerti dengan apa yang ia rasakan, Sharon merasa terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, entah mengapa akhir-akhir ini Sharon sering bermimpi aneh, tentang seorang laki-laki, mimpi itu selalu menghantuinya tak hanya ketika ia terlelap, namun ketika dia sendiri dan melamun. Matanya masih kosong menatap lantai yang tak bergeming itu, langkahnya pun masih sama namun makin tak punya tujuan hanya saja pikirannya tahu dia akan pergi kemana,greenhouse. Untuk menenangkan pikirannya
"Sharon.." Sharon hapal betul dengan suara berat itu, ya itu suara Alga. Alga berlari kecil berusaha menyusul Sharon yang tampak malas itu
"ada apa?" Sharon memperlambat langkahnya agar Alga bisa berjalan sejajar dengannya, sesungguhnya Sharon tak ingin berbicara pada siapapun pada saat ini, moodnya sedang kacau, kepalanya pusing. Namun entah mengapa ada rasa senang ketika ia melihat Alga, mendengar suara Alga yang memanggil namanya cukup membuat moodnya membaik. Mereka pun berjalan beriringan.
Alga diam tak menjawab pertanyaan Sharon ia hanya terus berjalan disamping Sharon sembari mengamati sikap Sharon, Sharon pun masih seperti awal, berjalan dengan tatapan kosong Sharon juga  tampaknya tak terlalu penasaran mengapa Alga memanggilnya dan sekarang berjalan dengannya  . Alga tahu bahwa Sharon sedang malas untuk diajak berbicara, Alga berharap Sharon dengan senang hati bercerita keluh kesahnya kepadanya agar Sharon dapat merasa lebih baik, namun Alga tahu Sharon pasti tidak mau bercerita kepadanya
Alga berdehem bermaksut mengawali percakapan "eghem. Ada masalah apa?" tanyanya dengan ekspresi khawatir, namun ia tutup-tutupi
"Masalah apa?" Sharon balik bertanya pada Alga seolah-olah dia tak mengerti dengan yang Alga tanyakan, matanya masih kosong, langkahnya masih sama.
"lo tengkar kan sama Sasa kemaren. Gue mau tanya kemaren tapi lo udah gak di sekolah" Tanya Alga serius , jujur Alga sangat khawatir ketika mendengar bahwa Sharon bertengkar, Karena Alga memang tidak ada di lokasi ketika Sharon dan Sasa bertengkar. Sharon hanya mengangkat kedua bahunya
Akhirnya merekapun sampai di greenhouse sekolah, dan duduk di kursi yang memang disediakan untuk murid apabila ingin bersantai disana, ada yang berbeda kali ini, tidak ada nyamuk yang berkeliaran seperti biasanya, cuaca pun mulai sejuk  angin sepoi-sepoi tak mau kalah membuat hari itu menjadi tenang, pohon jambu yang sangat besar itu juga membuat tempat duduk yang mereka duduki terhalang oleh sengatan sinar matahari, Sharon duduk ditepi kursi taman itu, berusaha memberi jarak dengan Alga, entah mengapa ia merasa sangat canggung dan selalu teringat akan Ruby, Sharon tau bahwa Ruby menyukai Alga, oleh karena itu Sharon berusaha tidak terlalu dekat dengan Alga, itu yang selama ini tertanam di benaknya. Namun sepertinya tidak pada hati nuraninya. Tanpa Sharon sadari Alga menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Sharon, kini jarak mereka tak lebih dari 1 meter
Sharon menghembuskan napas panjang dan melanjutkan kalimatnya "ah cuma masalah kecil kok, tenang aja. Gue gak bikin kelas dalam bahaya kok ketua kelas.." jawab Sharon bercanda berharap dapat mencairkan suasana hatinya yang tegang, matanya berkaca-kaca seakan ada bulir yang mau tumpah, kepalanya di tengadahkannya ke atas berharap air itu naik kembali ke kelopak matanya. Setelah dirasa air matanya kembali naik ke atas ia pun mengembalikan posisi awal kepalanya-menunduk. Kemudian di tariknya napas panjang-panjang dan dihembuskannya dengan tenang, berharap beban pikirannya akan ikut terbang dengan karbondioksida yang dihembuskannya, berharap perasaan dilemanya juga ikut terbang seperti buih-buih busa yang tertiup angin
Sesungguhnya Alga khawatir dengan sikap Sharon yang tidak seperti biasanya itu, Alga yakin ini bukan karena bertengkar dengan Sasa, Alga tahu betul bahwa Sharon bukan perempuan seperti itu, menurutnya Sharon gampang melupakan hal  sepele seperti pertengkaran tadi dan tidak terlalu memikirkannya, Alga yakin ada yang Sharon sembunyikan darinya, hatinya pun ikut dilanda perasaan sedih, seakan merasakan yang  apa yang Sharon rasakan.
  "iya gue tau, tapi kenapa lo gak semangat gini ? gak kayak biasanya, kalo lo ada masalah lo bisa cerita ke gue sebagai ketua kelas lo" ucap Alga yang Sharon rasa itu tidak seperti Alga yang biasanya, yang ia kenal, yang biasanya tak pernah peduli dengan teman temannya, dan juga menggunakan embel-embel "ketua kelas" agar Sharon mau bercerita, Sharon dilanda dilema untuk yang kesekian kalinya, sesungguhnya Sharon tak tahu apa yang ia rasakan saat ini, Sharon tak tahu apa yang harus ia ceritakan pada Alga, yang ia tahu hatinya hanya sedih tanpa sebab, namun hatinya seakan-akan mengatakan bahwa ia butuh seseorang yang mau mengerti dan mau mendengar ceritanya, cerita yang bahkan ia tak tahu tentang apa atau siapa. Otaknya berpikir keras. Sejenak ia mengerti sekarang... Ini semua tentang Alga, hanya Alga yang membuat perasaanya campur aduk seperti ini, bukan karena mimpi atau hal yang lain. Tiba-tiba air matanya menetes tanpa perintah, ia usapnya cepat-cepat berharap Alga tak melihatnya, namun air matanya semakin  deras sampai-sampai ia sendiri tak bisa menahannya. Hatinya semakin yakin bahwa ini tentang Alga, apa yang hatinya sembunyikan bahkan pada dirinya sendiri, semakin hatinya menyadari itu, semakin logikanya meng-iyakan itu semakin deras air matanya mengalir, seperti hujan yang membuatnya selalu teringat akan masa kecilnya yang samar itu, tak pernah jelas kenangan masa kecil macam apa yang pernah ia jalani, atau siapa yang pernah memberi warna pada masa bahagia itu
Alga berusaha menenangkan Sharon yang semakin menjadi-jadi itu, punggungnya bergeser mendekat berusaha lebih dekat dengan Sharon,  tangannya bergerak mendekati bahu Sharon, ingin rasanya Alga memeluk Sharon dengan erat lalu meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, Walaupun Alga sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada Sharon saat ini, Namun Alga berusaha tidak bertanya, Alga mengerti bahwa yang Sharon butuhkan saat ini adalah  teman yang mau menemani air matanya, memang air mata adalah jalan paling ampuh untuk melepas hormon kesedihan dalam tubuh. Tangan Alga masih mengambang dibalik punggung Sharon, sungguh Alga ingin meletakkan tangannya di pundak Sharon lalu memberikan pundakknya untuk Sharon, Namun hatinya tak yakin, ditariknya kembali tangannya yang hangat itu.
Dibalik tembok Sasa mengamati hal itu, Putri dan Wanda masih menganga tak percaya, tangan mereka menutup mulut mereka yang membentuk goa, Sasa tampak kesal akan hal yang ia lihat secara langsung itu,matanya memerah tangannya mengepal, tanpa berkata apa-apa Sasa pergi meninggalkan greenhouse, meninggalkan Putri dan Wanda yang masih menganga ria tak percaya. Mereka pun berlari kecil menyusul Sasa.
"Ada kalanya lo butuh seseorang buat dengerin cerita lo, bukan cuma ngeliatin lo nangis kayak gitu, jangan bikin gue keliatan gak ada gunanya sambil ngeliatin lo nangis, gue bisa dengerin kok, gini-gini gue punya hati"  Ucap Alga spontan namun jujur dari dalam hatinya, matanya memerah dan bening seperti ada lapisan air diluarnya. Alga masih menunggu respon dari Sharon, lambat laun tangisan Sharon memudar, tangannya tak henti mengusap air matanya. Kini ia merasa lebih tenang, dan bisa mengendalikan perasaannya
"gue gak kenapa-napa" jawabnya singkat namun terbata-bata karena masih sesenggukan, ia berusaha memalingkan wajahnya dari Alga karena ia merasa malu kepada Alga.
"kamu tau kan kalau saya itu pendiam, tapi saya gak bisa cuma duduk diam kalo ngeliat kamu nangis"
Kalimat Alga mencekat tenggorokannya, Sharon tak mengerti mengapa Alga berkata demikian dan mengubah gaya bicaranya menjadi saya-kamu, sedikit mengganjal hati Sharon namun Sharon menyukai gaya bicara Alga, tiba-tiba senyum Sharon terpilin dipinggir bibirnya, merasa terhibur dengan gaya bicara Alga yang menurut Alga hal itu serius.
"gue gak papa kok, sumpah. Gue seneng lo peduli sama gue, tapi jujur gue gak papa" jawab Sharon
"Kapanpun lo butuh temen buat cerita gue bisa dengerin, walaupun gue gak bisa kasih solusi tapi  gue bisa dengerin lo sampek lo ngerasa lebih baik, bisa?" ucap Alga lembut penuh perasaan lalu menepuk pundak Sharon dengan lembut. Sharon tersipu malu, pipinya memerah senyumnya mengembang dari bibir ranumnya. Kini ada rasa lega muncul dengan sendirinya di hati Sharon, benar kata orang menangis ditemani seseorang dapat membuat mood menjadi lebih baik, cukup ada seseorang disampingnya terutama itu Alga, hatinya sudah merasa tenang.

Sharon menggigit bibir bawahnya, bola matanya berputar melirik Alga
"Hm... Alga.. Gue mau Tanya sesuatu deh"  Suara Sharon mengambang, jantungnya berdegup kencang, lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan pertanyaannya. Alga hanya mengangkat alisnya tanpa menoleh kepada Sharon,
"Ruby, lo ss-" Tiba-tiba kalimat Sharon terpotong, pandangannya teralih kepada seorang perempuan yang ia kenal, Ruby. Yang berjalan mendekat kearah mereka
"Ruby? Ruby kenapa?" Tanya Alga kepada Sharon.  Sharon hanya menunjuk menggunakan dagunya, menunjuk Ruby yang kian mendekat, Alga pun menoleh kearah yang di tunjuk Sharon. Lalu menoleh lagi kepada Sharon
" Lo di cari Ruby tuh" tambah Sharon dengan wajah lesu, matanya kembali memerah, kepalanya di dongakkannya keatas.
"Alga..." Teriak Ruby sambil menepuk pundak Alga yang masih membelakanginya, Alga hanya menepis tangan Ruby dengan pelan
"Eh Sharon juga disini, btw kalian lagi ngapain?" tambah Ruby penasaran , Sharon hanya membalas dengan senyuman, merasa gerah Alga pun bertanya maksud dan tujuan Ruby datang kesini
"ada apa by?"
"Lo di panggil bu Indi,  di kantor. Yuk!" Alga pun beranjak dari tempat duduk di greenhouse  , meninggalkan Sharon dan Greenhouse yang damai , Sharon menyayangkan kepergian Alga, di hari yang sejuk itu, nyamuk-nyamuk  greenhouse yang biasanya tak bersahabat. Tak mucul pada hari itu seakan mendukung mereka berdua untuk duduk bersantai di bawah pohon yang rindang itu.
"gue cuman mau Tanya, apa lo beneran suka sama Ruby?" Ucap Sharon dengan lirih. Matanya panas seiring melihat punggung Alga yang kian

•vote➡️comment➡️kritik➡️saran➡️sangat berharga bagi penulis•

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang